Mohon tunggu...
Mugiarni Arni
Mugiarni Arni Mohon Tunggu... Guru - guru kelas

menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Mugiarni: Menjadi Editor Naskah Cerita Barra Abdullah SDN Daru 3

29 Agustus 2023   13:12 Diperbarui: 29 Agustus 2023   13:17 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar pixabay.com dengan inshot 

Mugiarni: Menjadi Editor Naskah Cerita Barra Abdullah SDN Daru 3

Assalamualaikum

Sahabat Literasi di seluruh nusantara, kali ini saya mengedit naskah cerita Barra. Semoga Barra tetap semangat dalam berbagi cerita. Aamiin.

Selamat Membaca cerita Barra

Judul: Reuni Hangat di Kampung Halaman

Hari itu, tanggal 26 Juli, aku dan keluargaku dengan penuh antusiasme berangkat kampung halaman ke Jepara, Jawa Tengah. Liburan sekolah menjadi momen yang dinantikan, terutama karena kami

Sesampainya di kampung halaman, kami disambut dengan hangat oleh kerabat dan tetangga. Senyum dan pelukan dari nenek buyut membuat perasaanku memohon.

Suatu hari di kampung itu, aku dan sepupuku, Nanda dan ZalFa, berencana untuk menjelajah sekitar dengan motor offroad. Saya merasa sangat bersemangat karena jarang sekali memiliki kesempatan untuk mengendarai motor offroad. Bersama-sama, kami menjelajahi jalanan dan jalan setapak di sekitar kampung, bahkan sampai ke pantai. Angin sejuk dan pemandangan indah membuat

Kegembiraan kami semakin bertambah ketika kami menemukan dua sepeda yang tersimpan di gudang. Tanpa ragu, kami mengambil dan segera mengelilingi kampung dengan penuh riang. Sepeda menjadi alat kami untuk menjelajahi sudut-sudut kampung yang belum pernah terjamah sebelumnya. Kami tertawa dan bercanda, seolah waktu berhenti saat kami berdua mengejar sinar matahari senja.

Tidak hanya itu, kami juga menghabiskan waktu di Kali Ratu Kalinyamat, sebuah tempat bersejarah dari zaman Majapahit. Tempat ini terkenal dengan kisah-kisahnya yang menarik, dan saya memilih untuk membaca lebih banyak tentang sejarah itu.

Kami juga tak melewatkan kesempatan untuk bermain di belakang rumah, di mana kami menemukan sebuah kali yang bersih dan segar. Kali ini menjadi saksi bisu bagi tawa riang kami dan segala keseruan yang kami alami selama di kampung. Sungguh, momen-momen seperti inilah yang takkan pernah terlupakan.

***

Suatu hari, saat matahari mulai merunduk dan langit memerah, aku duduk di beranda rumah nenek buyut sambil menikmati udara senja yang sejuk. Di sana, aku bergabung dengan Barra, sepupu yang lebih tua dari Nanda dan ZalFa. Kami duduk di bangku kayu yang sudah tua namun tetap nyaman.

"Bagaimana perjalanan offroad tadi?" tanyaku pada Barra, sambil mengingat pengalaman luar biasa itu.

Barra tersenyum sambil melipat tangannya di pangkuan. "Luar biasa! Aku senang bisa berbagi pengalaman seperti itu denganmu dan Nanda. Memangnya kapan lagi kita bisa bebas menjelajahi kampung dengan motor offroad?"

Aku mengangguk setuju, "Betul sekali. Rasanya seperti petualangan yang tak terlupakan."

Kami terdiam sejenak, menikmati keheningan yang nyaman. Kemudian, Barra mulai membicarakan masa lalu dan cerita-cerita keluarga. Dia bercerita tentang nenek buyut kita, tentang bagaimana dia dikenal sebagai pribadi yang bijaksana dan penuh kasih sayang. Dia juga mengenang momen-momen manis saat mereka masih kecil, bersama-sama menjelajahi ladang dan kali yang sama sekali belum diubah oleh waktu.

"Aku rindu waktu-waktu seperti itu," kata Barra dengan nada nostalgia. "Semua keluarga berkumpul, tertawa bersama, dan menjalani kehidupan yang lebih sederhana."

Aku merasa terharu mendengarnya. Aku menyadari betapa berharganya momen-momen sederhana seperti ini, di mana kami bisa berkumpul dan saling berbagi cerita. "Kita mungkin tidak bisa kembali ke waktu itu, tetapi kita masih bisa menciptakan momen-momen berharga bersama sekarang," ujarku dengan semangat.

Barra tersenyum penuh pengertian. "Kamu benar. Kita harus menghargai setiap momen yang kita miliki sekarang dan menciptakan kenangan baru yang kelak akan kita kenang."

Kami melanjutkan obrolan kami tentang impian dan harapan kami di masa depan. Barra bercerita tentang cita-citanya untuk menjaga warisan keluarga dan melestarikan budaya di kampung halaman. Kami berbagi pandangan tentang betapa pentingnya menjaga hubungan keluarga meskipun jarak dan waktu terpisahkan.

***

Beberapa hari kemudian, aku dan Barra memutuskan untuk melanjutkan percakapan kami di bawah pepohonan rindang di halaman belakang rumah nenek buyut.

"Iya, rasanya seperti pepohonan ini punya cerita-cerita tersendiri tentang sejarah keluarga kita."

Barra tersenyum. Dulu, nenek buyut sering bercerita tentang bagaimana dia dan saudara-saudaranya bermain di bawah pohon-pohon ini.

Aku terpikir tentang betapa beruntungnya nenek buyut dan generasi-generasinya.

Barra mengangguk. "Tapi mungkin kita bisa menciptakannya kembali, meski sebentar

Kami melanjutkan pembicaraan kami, berbicara tentang harapan kami untuk masa depan, tantangan yang mungkin akan kami hadapi, dan bagaimana kami dapat memberikan kontribusi positif pada keluarga, kampung halaman.

Kami diam sejenak, memikirkan kata-kata tersebut. Kemudian, kami melanjutkan percakapan dengan semangat baru. Kami merencanakan beberapa kegiatan yang

Waktu berlalu begitu cepat, dan aku merasa bersyukur atas setiap momen berharga yang kami habiskan bersama.

***

Kami mengatur acara membersihkan pantai dan ladang di sekitar kampung. Sama seperti saat kami bermain offroad, anak-anak muda dari kampung bergabung bersama kami dengan antusias. Bersama-sama, kami membersihkan sampah-sampah yang mengotori pantai, dan selama proses itu, kami berbicara tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan alam.

Kemudian, kami mengadakan pertemuan kecil di rumah nenek buyut, di mana kami berbagi cerita tentang sejarah kampung dan nilai-nilai budaya yang perlu dijaga. Barra membagikan cerita tentang nenek buyut kita, dan anak-anak muda sangat tertarik dengan

Proses ini tidak selalu mulus. Kami menghadapi tantangan dalam merencanakan dan mengkoordinasikan acara-acara ini, tetapi semangat dan dedikasi kami terus menggerakkan kami maju. Melihat kebahagiaan dan rasa bangga pada wajah anak-anak muda yang berpartisipasi membuat segala usaha ini sebanding.

Obrolan-obrolan kami dengan Barra juga semakin mendalam. Kami berbicara tentang bagaimana kami bisa berkolaborasi dengan lebih banyak orang di kampung untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan positif yang lebih besar. Kami merencanakan seminar dan lokakarya untuk lebih mendalami sejarah dan budaya kampung, serta mengundang narasumber dari luar untuk berbagi pengetahuan.

Setiap langkah yang kami ambil membawa kami lebih dekat pada tujuan kami. Kami merasa terhubung dengan nenek buyut dan para leluhur kami, merasa bahwa kami melanjutkan perjuangan mereka untuk melestarikan nilai-nilai dan tradisi. Obrolan dengan Barra terus memberi kami semangat untuk mencapai impian kami, dan kami menginspirasi satu sama lain untuk tetap teguh pada jalan yang kami pilih.

Ketika saatnya tiba untuk kembali ke kota, hati kami dipenuhi oleh perasaan kebahagiaan dan puas. Reuni hangat di kampung halaman tidak hanya memberi kami kenangan yang indah, tetapi juga menginspirasi perubahan positif dalam hidup kami dan kampung kami. Kami meninggalkan kampung dengan tekad yang lebih kuat dan harapan yang lebih besar untuk masa depan.

Mugiarni: Menjadi Editor Naskah cerita Barra Abdullah SDN DARU 3 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun