Di tengah hiruk-pikuk kota, Purbaningrum juga merasakan kesunyian yang tersembunyi. Di sudut-sudut taman dan taman-taman kecil yang jarang diketahui orang, dia mendengar desiran daun dan suara burung yang bernyanyi. Kesunyian ini membawa urbaningrum ke dalam refleksi diri dan momen keheningan yang berharga di tengah kehidupan yang serba cepat.
Dalam perjalanan Purbaningrum di kehidupan perkotaan, suara menjadi lebih dari sekadar kebisingan. Suara-suaranya membentuk orkestra yang memainkan simfoni kehidupan yang kompleks dan menarik. Melalui keberagaman suara, Purbaningrum merasakan kehidupan yang penuh warna dan dinamis. Suara itu memperkuat ikatan Purbaningrum dengan kota dan menginspirasinya untuk menjelajahi setiap sudutnya dengan antusiasme dan ketertarikan yang tak terbatas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H