Mohon tunggu...
Mugiarni Arni
Mugiarni Arni Mohon Tunggu... Guru - guru kelas

menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Bukan Istri Kedua

23 Juni 2023   08:58 Diperbarui: 23 Juni 2023   09:02 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerpen Religi.

Aku Buatkan Istri Kedua

Mugiarni

Di sudut kota Tangerang, terdapat seorang wanita cantik bernama Tina. Tina adalah seorang perempuan yang memiliki tekad kuat dalam menjalani kehidupan beragama yang saleh. Suatu hari, takdir mempertemukannya dengan seorang pria tampan bernama Bimo

Bimo adalah seorang pria yang cerdas, berkepribadian menarik, dan banyak digemari oleh wanita di sekitarnya. Tina, yang tak dapat menahan perasaannya, jatuh cinta padanya. Namun, kebahagiaan Tina berubah menjadi kekhawatiran yang mendalam ketika dia mengetahui bahwa Bimo telah beristri.

Tina merasa terperangkap antara cinta yang membara di dalam hatinya dan prinsip-prinsip keagamaannya. Dia sangat menghargai nilai-nilai kesucian dan kejujuran. Tina tahu bahwa berpacaran dengan seorang pria yang sudah beristri akan membawa dampak negatif dan dosa besar dalam agamanya.

Dengan hati yang berat, Tina memilih untuk menekan perasaannya. Namun, takdir berkata lain. Mereka terus bertemu secara kebetulan di berbagai tempat, dan cinta mereka semakin tumbuh kuat. Bimo pun terpesona oleh keindahan hati dan kesalehan Tina. Dia mulai menyadari bahwa hatinya sudah terikat pada Tina, meskipun dia juga menyadari kesalahannya telah berselingkuh dari istrinya.

Suatu hari, Bimo memutuskan untuk jujur kepada Tina tentang situasi pernikahannya. Dia memberitahukan bahwa istrinya sedang berjuang melawan kanker rahim yang ganas, dan prognosisnya tidak menggembirakan. Bimo mengungkapkan penyesalannya atas kesalahannya dan menyampaikan bahwa jika suatu hari dia menjadi janda, dia ingin menikahi Tina sebagai istri yang sah.

Tina terkejut dan bingung. Hati dan akalnya bertentangan. Dia tidak ingin menghancurkan kehidupan pernikahan Bimo dan istrinya, tetapi juga tidak dapat menahan cinta yang kian berkobar di dalam dirinya. Dia memutuskan untuk memberi Bimo waktu dan menjalani masa-masa sulit yang penuh pertimbangan.

*****

Setelah berbulan-bulan bergulat dengan pertimbangan yang berat, Tina memutuskan untuk menghormati kehidupan pernikahan Bimo dan istrinya. Dia menyadari bahwa menjadi istri kedua bukanlah pilihan yang tepat bagi mereka. Dalam sebuah surat yang penuh kebaikan hati, Tina menjelaskan bahwa dia harus meninggalkan Bimo dan mendoakan kesembuhan istri  Bimo dengan tulus.

Beberapa tahun berlalu. Tina melanjutkan hidupnya dengan penuh kebahagiaan dan menemukan kebahagiaan kembali dalam kehidupannya. Dia fokus pada pengembangan diri, kegiatan sosial, dan mendalami agamanya. Meskipun ada rasa kehilangan, Tina menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang sejati.

Suatu hari, takdir mempertemukan Tina dengan Bimo  lagi setelah sekian lama berpisah. Mereka bertemu di sebuah acara amal yang diadakan di kota Tangerang. Saat itu, Tina melihat Bimo dari kejauhan. Wajahnya terlihat lebih tua, namun ada kesedihan yang dalam di matanya.

Tina pun memutuskan untuk mendekati Bimo. Mereka saling memeluk dan terlihat rasa rindu yang tak terungkapkan di antara mereka. Bimo menceritakan bahwa istrinya telah berpulang karena kanker rahim yang tak bisa ditolak. Dia menjelaskan betapa dia merindukan Tina dan betapa beratnya hidup tanpa kehadirannya.

Mendengar kabar itu, hati Tina terenyuh. Dia menyadari bahwa hidup adalah perjalanan yang penuh dengan liku-liku tak terduga. Mereka berdua menyadari bahwa cinta yang mereka miliki begitu kuat dan tak terpisahkan.

Bimo melamar Tina untuk menjadi istrinya yang sah. Dia berjanji untuk memuliakan dan mencintainya dengan sepenuh hati. Tina, setelah melalui banyak pertimbangan dan introspeksi diri, menerima lamaran itu. Dia menyadari bahwa cinta sejati adalah tentang memberi dan menerima dengan tulus, serta memperbaiki kesalahan yang telah terjadi di masa lalu.

Tina dan Bimo menjalani kehidupan baru mereka dengan penuh keberanian dan ketulusan. Mereka berdua tumbuh dalam iman dan saling mendukung dalam setiap perjalanan hidup yang mereka hadapi. Meskipun masih ada beberapa orang yang tidak menerima keputusan mereka, Tina dan Bimo mengabaikan pandangan negatif tersebut. Mereka yakin bahwa takdir telah membawa mereka bersama dan mereka siap menghadapi segala rintangan yang mungkin terjadi.

*****

Tina berdiri di tengah taman yang indah, mengenakan hijab putih yang melambangkan kesucian hatinya. Dia melihat Bimo dari kejauhan, yang terlihat sedih dan penuh kerinduan.

Tina: (dengan hati berdebar) Bimo...

Bimo: (mengangkat kepalanya dan terkejut) Tina? Apa kamu benar-benar itu?

Tina: Ya, Bimo. Aku di sini. Setelah sekian lama kita berpisah, takdir mempertemukan kita lagi.

Bimo: (menghampiri Tina dengan langkah ragu) Aku merindukanmu, Tina. Aku merindukan senyumanmu, cinta dan kehangatan yang kamu berikan.

Tina: (menggenggam tangannya dengan lembut) Aku juga merindukanmu, Bimo. Tapi kita harus bicara dengan jujur. Bagaimana keadaanmu, bagaimana istrimu?

Bimo: (menundukkan kepala dengan lesu) Istriku... Dia telah meninggal karena kanker rahim yang tak bisa ditolak. Aku kehilangan dia dan merasa hampa. Tapi sejak itu, aku juga menyadari betapa besar peranmu dalam hidupku.

Tina: (tersentuh) Bento, kehilangan seseorang yang kita cintai adalah pengalaman yang berat. Aku tidak ingin menambah bebanmu dengan masalahku. Kita pernah melalui banyak hal sulit.

Bimo: (mengangkat wajahnya, penuh tekad) Tapi aku ingin memberikan yang terbaik untukmu, Tina. Aku ingin membangun masa depan yang sah bersamamu. Apakah kamu mau menjadi istriku yang Syah?

Tina: (terkejut namun tenang) Bento, aku memikirkannya dengan matang. Aku tahu bahwa takdir telah membawa kita kembali bersama. Tapi pernikahan bukanlah keputusan yang bisa diambil dengan ringan. Apa kamu siap menghadapi segala konsekuensi dan prasangka?

Bimo: (menggenggam tangan Tina dengan kuat) Aku siap, Tina. Aku siap untuk menghadapi apa pun asalkan kita bisa bersama. Aku berjanji akan menjaga kehormatanmu, menghormati dan mencintaimu dengan sepenuh hati.

Tina: (sorot matanya penuh keyakinan) Jika itu yang kamu katakan, jika kamu sungguh-sungguh memperjuangkan cinta ini dengan integritas dan kesetiaan, maka aku siap menerima lamaranmu.

Mereka berdua saling memeluk erat, merasakan getaran cinta dan kebahagiaan dalam dekapan mereka. Setelah melewati banyak cobaan, mereka berdua menyadari bahwa cinta yang sejati membutuhkan pengorbanan, kesabaran, dan keyakinan yang tulus.

Dalam dekapan itu, mereka tahu bahwa meskipun tantangan masih menanti mereka di masa depan, mereka akan menghadapinya bersama, mengikuti jalan yang benar dan menjaga cinta mereka dalam lingkup yang penuh berkah.

 

 

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun