Mohon tunggu...
Mugiarni Arni
Mugiarni Arni Mohon Tunggu... Guru - guru kelas

menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Aku Bukan Istri Kedua

23 Juni 2023   08:58 Diperbarui: 23 Juni 2023   09:02 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Input sumber gambar Canva

Tina: Ya, Bimo. Aku di sini. Setelah sekian lama kita berpisah, takdir mempertemukan kita lagi.

Bimo: (menghampiri Tina dengan langkah ragu) Aku merindukanmu, Tina. Aku merindukan senyumanmu, cinta dan kehangatan yang kamu berikan.

Tina: (menggenggam tangannya dengan lembut) Aku juga merindukanmu, Bimo. Tapi kita harus bicara dengan jujur. Bagaimana keadaanmu, bagaimana istrimu?

Bimo: (menundukkan kepala dengan lesu) Istriku... Dia telah meninggal karena kanker rahim yang tak bisa ditolak. Aku kehilangan dia dan merasa hampa. Tapi sejak itu, aku juga menyadari betapa besar peranmu dalam hidupku.

Tina: (tersentuh) Bento, kehilangan seseorang yang kita cintai adalah pengalaman yang berat. Aku tidak ingin menambah bebanmu dengan masalahku. Kita pernah melalui banyak hal sulit.

Bimo: (mengangkat wajahnya, penuh tekad) Tapi aku ingin memberikan yang terbaik untukmu, Tina. Aku ingin membangun masa depan yang sah bersamamu. Apakah kamu mau menjadi istriku yang Syah?

Tina: (terkejut namun tenang) Bento, aku memikirkannya dengan matang. Aku tahu bahwa takdir telah membawa kita kembali bersama. Tapi pernikahan bukanlah keputusan yang bisa diambil dengan ringan. Apa kamu siap menghadapi segala konsekuensi dan prasangka?

Bimo: (menggenggam tangan Tina dengan kuat) Aku siap, Tina. Aku siap untuk menghadapi apa pun asalkan kita bisa bersama. Aku berjanji akan menjaga kehormatanmu, menghormati dan mencintaimu dengan sepenuh hati.

Tina: (sorot matanya penuh keyakinan) Jika itu yang kamu katakan, jika kamu sungguh-sungguh memperjuangkan cinta ini dengan integritas dan kesetiaan, maka aku siap menerima lamaranmu.

Mereka berdua saling memeluk erat, merasakan getaran cinta dan kebahagiaan dalam dekapan mereka. Setelah melewati banyak cobaan, mereka berdua menyadari bahwa cinta yang sejati membutuhkan pengorbanan, kesabaran, dan keyakinan yang tulus.

Dalam dekapan itu, mereka tahu bahwa meskipun tantangan masih menanti mereka di masa depan, mereka akan menghadapinya bersama, mengikuti jalan yang benar dan menjaga cinta mereka dalam lingkup yang penuh berkah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun