Mohon tunggu...
Mugiarni Arni
Mugiarni Arni Mohon Tunggu... Guru - guru kelas

menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Insan yang Terabaikan

23 Juni 2023   03:56 Diperbarui: 23 Juni 2023   05:05 147
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di kesunyian malam yang gemilang bercahaya, Tahajud hadir, merona dalam keheningan nan syahdu. Hati tersentuh oleh keagungan Sang Pencipta, Mengalun curahan kata-kata, penuh kerinduan dan doa.

Dalam liputan gelap, sujud menjadi petunjuk jalan, Seperti nyala lilin yang terang, tanda keikhlasan yang tak berkesan. Namun, di sana terukir cerita pilu, temaram di balik tatapan, Mereka yang menolak, tak memahami alasan yang hadir di dalam diri.

Dalam aura dunia yang suram, nurani terpapar api ragu, Sinis pandangan merayap, menusuk hingga ke akar jiwa. Namun tahajud, saksi setia keluh kesahku, Mengurai bening helaian hati, bak embun pagi di pesona suka.

Misteri alasan mereka yang tak ku pahami, Deras curahan rasa, teriris dalam sepi doa yang merajai. Dalam gelap gulita, kunyanyikan keluh sedalam samudera, Setiap hembusan angan melodi mengikuti detak napas yang tercipta.

Adakah iri yang membara di dalam dada mereka? Saksi tahajud, ku raih peluk cinta yang tak terhingga. Tak ku mengerti, mengapa mereka enggan berbagi, Hanya karena meraih-Nya, mencumbu kasih-Nya yang tak terbatas.

Namun di sini, dalam redup batin, kudapati kedamaian, Tahajud mengepakkan sayap, mengusir duka yang memeluk. Bermunajat dengan kerendahan, kunikmati esensi hidup, Di dalam kesamaran dunia yang mengabaikan, aku merasa terus hidup.

Berpegang teguhlah, wahai hati yang luka tergores, Tak semua mata akan menebarkan sinar cinta, penuh kedamaian. Namun dalam kelammu, undang Sang Pencipta datang menerangi, Biarkan orang-orang yang tak mengerti, teruskan mengenal dirimu.

Keheningan tahajud, waktu keintiman nan magis, Rahasia terungkap dalam sepenggal curahan yang paling ikhlas. Biarkanlah hatimu damai, jiwa bebas terbang tinggi, Karena di hadapan-Nya, hanya cinta-Nya yang abadi dan tulus.

Di malam nan sunyi, dalam keheningan tahajud, Berhamburan harapku yang dalam, memeluk Sang Pencipta yang agung. Curhatkan mereka yang tak mengerti tentang hatiku, Dalam tahajud, alirkan cinta-Nya, yang tiada pernah pudar dan redup.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun