Cinta Dengan  Sekeping luka
Bagian 36
Dalam detik-detik itu, mereka merasakan kehidupan yang telah berubah. Keberadaan sang bayi mengisi rumah mereka dengan kegembiraan yang tak terbatas. Kedua orang tua mengasuhnya dengan penuh perhatian dan kasih sayang, menjadikan kehidupan keluarga mereka sebagai tonggak kebahagiaan dan kesempurnaan.
Purbaningrum dan Aditya melihat anak mereka tumbuh, bermain, dan belajar dalam kebun buah yang penuh warna. Mereka mengajarkannya tentang keindahan alam, mengenalkan buah-buah yang tumbuh di kebun mereka, dan membantu sang anak memahami nilai-nilai kehidupan yang penting.
Malam-malam sunyi di rumah mereka kini tidak lagi sepenuhnya sunyi. Suara tawa anak kecil dan tangisan kecil yang sesekali terdengar mengisi ruangan, mengingatkan mereka akan keberuntungan dan kebahagiaan yang mereka miliki. Purbaningrum dan Aditya merangkul satu sama lain, menatap wajah anak mereka yang penuh kepolosan, dan bersyukur atas karunia cinta yang tak terhingga.
Dalam kebersamaan mereka, Purbaningrum, Aditya, dan putri kecil mereka merayakan setiap momen indah dalam hidup mereka. Keberadaan kebun buah menjadi saksi bisu atas perjalanan cinta mereka, dan setiap buah yang mereka petik adalah simbol kebahagiaan dan keberuntungan yang tak terhingga.
Mereka terus menjaga dan merawat kebun buah serta kehidupan keluarga mereka dengan penuh dedikasi dan cinta. Setiap pagi, mereka berjalan-jalan di kebun buah, menikmati keindahan dan keberlimpahan alam yang mengelilingi mereka. Mereka mengajar putri kecil mereka tentang pentingnya menjaga lingkungan, memahami siklus alam, dan menghargai setiap buah yang tumbuh dengan penuh rasa syukur.
Purbaningrum dan Aditya juga melibatkan putri kecil mereka dalam proses merawat kebun buah. Mereka mengajarkannya bagaimana menanam bibit, memberi pupuk, dan merawat tanaman dengan penuh kasih sayang. Dalam proses ini, mereka tidak hanya menanam kecintaan pada kebun buah, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kerja keras, ketekunan, dan tanggung jawab.
Ketika putri kecil mereka tumbuh, Purbaningrum dan Aditya mendorongnya untuk mengeksplorasi kebun buah dengan keingintahuan dan kreativitasnya. Mereka bermain bersama di antara pohon-pohon buah, mencicipi rasa buah-buahan segar, dan merasakan kegembiraan dalam menemukan kehidupan kecil yang bersemayam di dalamnya.
Ketika senja tiba, mereka berkumpul di teras rumah, dikelilingi oleh harumnya bunga-bunga di kebun buah. Mereka berbagi cerita tentang petualangan, impian, dan harapan. Mereka mendengarkan suara alam yang mengalun lembut, sementara embun pagi menetes perlahan di daun-daun pepohonan.