Mohon tunggu...
Mugiarni Arni
Mugiarni Arni Mohon Tunggu... Guru - guru kelas

menulis cerita

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Cinta....

15 Juni 2023   14:11 Diperbarui: 15 Juni 2023   14:20 138
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rumah mereka menjadi sebuah tempat yang bercahaya dengan kebahagiaan dan kasih sayang. Di dalamnya, suara tawa anak-anak menggema, cerita-cerita penuh inspirasi terbagi, dan ciuman mesra diucapkan. Dinding-dinding rumah mereka dipenuhi dengan foto-foto kenangan, mengingatkan mereka akan momen-momen indah yang telah mereka alami bersama.

Setiap pagi, mereka bangun dengan rasa syukur dan berjalan bersama di antara kebun buah yang indah. Mereka merasakan sentuhan lembut dedaunan, mendengarkan nyanyian burung-burung, dan menghirup aroma segar yang tercium dari buah-buah yang mulai matang. Keberadaan kebun buah menjadi pemberi inspirasi dan tempat berbagi cerita mereka.

Pada waktu senja, Purbaningrum dan Aditya duduk bersama di teras rumah mereka, menatap keindahan matahari terbenam yang menerangi langit. Mereka berbagi cerita tentang kehidupan mereka, membagikan kegembiraan dan kesedihan, serta memberikan dukungan dan pengertian satu sama lain. Setiap percakapan adalah lembaran baru yang mengikat ikatan mereka dengan lebih erat.

Tidak hanya itu, Purbaningrum dan Aditya juga mengundang Bapak Enduduk untuk berkunjung ke rumah mereka. Mereka duduk bersama di kebun buah, berbagi cerita dan kebijaksanaan. Bapak Enduduk menjadi sumber inspirasi bagi mereka, mengajarkan nilai-nilai kehidupan yang berharga dan memperkaya hubungan mereka dengan kebijaksanaannya.

Dalam perjalanan hidup mereka, Purbaningrum dan Aditya terus tumbuh dan berkembang bersama. Mereka saling menguatkan dan mendukung dalam setiap mimpi dan tujuan yang ingin mereka capai. Bersama-sama, mereka mengatasi rintangan dan menjadikan setiap tantangan sebagai peluang untuk belajar dan tumbuh.

Dalam hati mereka, Purbaningrum dan Aditya merasa bersyukur atas segala keberkahan yang mereka miliki. Mereka menghargai kehidupan yang mereka jalani bersama, mengerti bahwa cinta sejati dan kebersamaan adalah anugerah yang tak ternilai harganya. Di dalam rumah mereka yang indah di dekat kebun buah, mereka menemukan kedamaian dan kebahagiaan yang mereka cari.

Dan pada malam-malam sunyi, ketika hanya cahaya remang-remang yang menerangi kamar mereka, Purbaningrum dan Aditya saling berhadapan. Dalam ke

hangatan pelukan, mereka memandangi satu sama lain dengan penuh cinta dan rasa syukur. Dalam diam, mereka saling berbicara dengan bahasa hati yang hanya mereka berdua yang bisa mengerti.

Purbaningrum menatap mata Aditya dengan penuh harap. "Aditya, kita telah membangun sebuah kehidupan yang indah bersama. Kita memiliki kebun buah yang berlimpah, rumah yang hangat, dan keluarga yang penuh kasih. Namun, di balik semua ini, ada satu harapan terbesar yang belum terwujud."

Aditya membalas tatapan Purbaningrum dengan senyuman lembut. "Apa itu, Purbaningrum?" tanyanya dengan rasa penasaran.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun