Mohon tunggu...
Mugi
Mugi Mohon Tunggu... Freelancer - Let me know if you have a time machine

Sedang belajar

Selanjutnya

Tutup

Horor Pilihan

Kutukan Pantai Viral (Bagian 2)

9 Juli 2024   20:20 Diperbarui: 10 Juli 2024   21:54 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Horor. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Mystic Art Design

Meski merasa janggal, Nina pun akhirnya mengikuti Fajar meninggalkan kafe. Keduanya menyusuri paving blok parkiran yang basah sebelum akhirnya melaju menembus gerimis di jalanan yang sepi.

Fajar menghentikan motornya di hutan kecil di pinggiran kota. Ia turun dan melangkah masuk ke dalam hutan. Mau tak mau, Nina pun mengikuti orang yang dikenalnya sejak bangku SMA itu.

Keduanya masuk semakin dalam ke hutan. Perasaan takut mulai merayapi Nina. Telinganya menangkap suara-suara aneh terdengar di sekelilingnya, seperti bisikan lembut yang tak ia mengerti.

"Fajar, kenapa kita ke sini? Bukankah lebih baik kita kembali ke kafe?" tanya Nina dengan suara gemetar. Fajar hanya tersenyum dan menggenggam tangannya erat-erat.

Setelah berjalan cukup jauh, keduanya tiba di sebuah pondok tua. Atapnya yang miring ditumbuhi lumut hijau gelap, memberikan kesan bahwa pondok itu telah lama ditinggalkan.

"Masuklah, Nina. Di sini kita bisa berbicara lebih banyak," kata Fajar dengan nada yang terdengar asing. Merasa ada yang tidak beres, tubuh Nina gemetar. Tetapi, kakinya seolah tak bisa menolak ajakan lelaki itu.

Mengikuti Fajar, Nina melangkahkan kakinya memasuki pondok usang dan rapuh itu. Dinding-dinding kayunya---yang dulunya mungkin berwarna cerah, tampak telah pudar dan retak di berbagai bagian, menunjukkan keroposnya usia. Beberapa papan dinding terlihat berlubang, menciptakan celah-celah yang cukup besar untuk hembusan angin dingin yang merayap masuk seolah membawa bisikan-bisikan samar yang membuat bulu kuduk merinding. Kaca-kaca jendelanya tak ada yang utuh, beberapa benar-benar berlubang, tampak seperti mata kosong yang tengah mengawasi, memperhatikan setiap gerakan yang dilakukan Nina.

Lantai pondok yang terbuat dari papan kayu berderit pelan saat Nina dan Fajar melangkah. Debu tebal menyelimuti setiap permukaannya menambah kesan terbengkalai dan terlupakan dari pondok itu. Tak lupa, sudut-sudut ruangan diselimuti oleh jaring laba-laba yang tebal, seolah sebuah perangkap yang tak bisa dihindari.

Pondok ini juga memiliki bau khas yang menyengat, perpaduan antara aroma kayu yang membusuk dan jamur yang tumbuh subur di kelembapan. Bau itu begitu kuat hingga seakan-akan menempel pada kulit, tak bisa dihilangkan.

Dari jendela, Nina melihat suasana di luar pondok tampak redup. Tampak kabut tebal menyelimuti hutan. Bayangan-bayangan pohon di sekitar tampak seperti tangan-tangan kurus yang mencoba meraih apa pun di sekitarnya. Dan cahaya matahari yang tak kunjung tampak makin memperjelas betapa sunyi dan terisolasinya tempat itu.

Di tengah suasana suram pondok, Nina menoleh ke arah Fajar, tetapi wajahnya berubah menjadi sosok yang menyeramkan yang beberapa hari ini mengganggunya. Matanya merah menyala, kulitnya pucat seperti mayat, dan senyumnya mengerikan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Horor Selengkapnya
Lihat Horor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun