Meski demikian, strategi mengikuti keinginan pasar bukannya tanpa cela. Wisata ala kampung Eropa, Jepang, dan Korea di Lembah Harau, Sumatera Barat misalnya. Sebagian pihak kontra pada destinasi wisata tersebut. Mereka menyorot bahwa wahana wisata tersebut tidak mencerminkan kebudayaan Indonesia, khususnya Minangkabau. Pendapat kontra lain mengatakan bahwa bangunan-bangunan artifisial di destinasi wisata tersebut merusak pemandangan alam asli yang ada di sana yang menurut mereka merupakan core dari wisata Lembah Harau.
Sampai di sini, saya malah menjadi semakin pusing. Sebenarnya seperti apa konsep wisata ideal yang seharusnya dikembangkan? Haruskan dipertahankan keunikan aslinya atau ikuti kemauan pasar? Katakanlah kombinasi keduanya mengingat zaman selalu berubah. Tetapi, ini pun kemudian memunculkan pertanyaan baru, yakni pasar yang seperti apa? Mengingat pasar wisata di tanah air juga bervariasi, sesuai kondisi masyarakatnya yang memang beragam.
***
Referensi:
https://twitter.com/ismailfahmi/status/1600257199351402497?t=3lvcYj4JpusBIZ9Pd2wsNQ&s=08
https://twitter.com/sandiuno/status/1614075593213227008?t=y8HesAj0ZoLpzLkA1RNfeQ&s=08
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H