Keterbatasan berikutnya terkait jumlah keikutsertaan murid, serta keterbatasan cabang seni yang dapat di akses oleh satu sekolah dalam program GSMS. Â Pada program ini, umumnya satu sekolah hanya mendapatkan fasilitasi untuk satu bidang seni dengan satu orang seniman yang terlibat.Â
Selain itu, berdasarkan data statistik yang disajikan dalam portal https://gsmsppk.kemdikbud.go.id/, ditemukan fakta bahwa bidang seni sastra, film, penulisan naskah skenario dan seni media baru merupakan bidang seni yang masih jarang terlibat.
Seni sebagai Media Penguatan Identitas dan Budi PekertiÂ
Seni memiliki kekuatan untuk menyampaikan nilai-nilai kehidupan yang mendalam, seperti empati, toleransi, kerja sama, dan rasa hormat terhadap sesama. Melalui seni, murid dapat belajar memahami dan mengapresiasi perbedaan, menghargai proses, dan mengembangkan kedisiplinan serta tanggung jawab. Nilai-nilai ini sejalan dengan prinsip penguatan budi pekerti yang ingin dikedepankan dalam Kurikulum Merdeka khususnya pada 6 dimensi profil pelajar Pancasila.
Karakter kreatif, kritis, bertanggungjawab, percaya diri, komunikatif, empati, toleransi, kerja keras, disiplin, ketekunan dan apreasiasi terhadap keberagaman menjadi nilai-nilai yang terasah dalam proses kreativitas seni. Dalam konteks apresiasi seni hal ini sesuai dengan adagium 'seni memperhalus budi pekerti'.Â
Wiflihani (2012) menegaskan bahwa kontribusi seni dalam pendidikan adalah bagaimana nilai keindahan seni bukan hanya menjadi ekspresi yang menyibak keindahan dan memperkaya batin namun juga memperhalus budi pekerti manusia.Â
Hal ini dapat dipandang sebagai upaya yang dapat ditempuh untuk mewujudkan pikiran Aristoteles tentang pendidikan yang ideal. Dimana ia menyebut "Mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah bukan pendidikan sama sekali".Â
Kegiatan GSMS juga sejalan dengan upaya penguatan budaya lokal dan pengenalan seni tradisional kepada generasi muda. Dalam konteks ini, program GSMS menjadi sarana penting untuk memperkenalkan seni tradisional yang kaya akan nilai-nilai moral dan sosial kepada murid.Â
Dengan demikian, menumbuhkan apresiasi terhadap budaya juga dapat membantu murid menguatkan profil pelajar Pancasila dalam dimensi berkebhinekaan global.
Karakter berkebhinekaan global merupakan bekal penting dalam menghadapi tantangan dengan interaksi tanpa batas di masa mendatang. Wawasan dan ketrampilan ini harus ditopang dengan kearifan pada lokalitas murid a agar mereka mampu eksis tanpa harus tercerabut dari identitasnya sendiri.Â
Identitas diri dan konteks berkebhinekaan global dapat membantu murid untuk meningkatkan rasa percaya diri dan kejelasan posisi dalam dinamika kehidupan yang terus berubah. Seni dalam hal ini dapat membantu menghindarkan murid sebagai sponge citizen yang mudah terombang ambing dan terhasut dan sekaligus membantu murid dalam mengembangkan rasa kemanusiaan universal.