Apa perbedaan CCRB dengan sistem budidaya rumput laut yang ada di Indonesia?
Sistem di Indonesia masih merupakan sistem tunggal, artinya budidaya rumput laut jauh dari hutan kelp dan budidaya laut lain misalnya keramba udang. Sedangkan sistem ini mengusulkan agar budidaya rumput laut, hutan kelp dan budidaya laut dirancang berdekatan. Hal ini karena untuk memaksimalkan potensi dari rumput laut dan hutan kelp itu sendiri sebagai penyerap CO2.
Nah, peneliti korea merancang sistem CCRB ini dengan beberapa modifikasi. Ada dua zona utama pada CCRB modifkasi ini, yaitu zona kontrol dan zona sistem. Zona kontrol dihuni oleh vegetasi rumput laut alami, sedangkan zona sistem ditanam rumput laut uji dari spesies Ecklonia cava dan Ecklonia stolonifera.
Peneliti akan mengukur pertumbuhan rumput laut coklat setiap bulan selama 22 bulan. Pengukuran dilakukan oleh penyelam, dengan mengumpulkan sampel untuk menentukan berat basah, panjang daun, dan lebar daun rumput laut. Beberapa tools yang digunakan oleh peneliti yaitu Gran Electrotitration, sistem VINDTA, & CO2SYS Package dan masih banyak lagi.
Selain itu, peneliti juga mengukur biomassa yang dihasilkan oleh masing-masing rumput laut dan dikonversi menjadi kandungan karbon. Jadi kita bisa mengetahui jika rumput laut menyerap karbon setelah mengetahui biomassa yang dihasilkan tadi. Mudah, bukan?
Dan hasilnya adalah setelah 3 tahun pertumbuhan, spesies Ecklonia cava dapat mencapai biomassa 1300 g di akhir musim semi, menurun menjadi 720 g di musim panas ketika kehilangan blade/pelepah daunnya sekitar 70%. Nilai untuk DIC (oksigen anorganik terlarut) menurun sebanyak 10 ton CO2eq dalam sistem rumput laut uji coba jika dibandingkan dengan lokasi kontrol. Itu artinya rumput laut uji coba bisa lebih efekif mengubah karbon yang tersimpan menjadi biomassa.
Bagaimana? Ada yang mau mencoba menanam rumput laut dengan metode ini?
Source : Chung, I.K., J.H. Oak, J.A. Lee, J.A. Shin, J.G. Kim, Kwang-seok, Park. 2013. Installing kelp forest/seaweed beds for mitigation and adaptation against global warming: Korean Project Overview. ICES Journal of Marine Science, 70(5): 1038-1044.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H