Mohon tunggu...
Muhammad Mufti Faiq Kamal
Muhammad Mufti Faiq Kamal Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa || Study Forever

Mahasiswa Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, aktivis HMI Cabang Ciputat, dan guru Tahfidz Pesantren Al-Adzkar Pamulang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ibnu Sina dan Teori Manusia Mengambang

12 Oktober 2024   16:42 Diperbarui: 15 Oktober 2024   13:33 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

2. Keberadaan Jiwa: Eksperimen ini digunakan untuk mendukung pandangan bahwa jiwa manusia adalah substansi non-material. Jiwa adalah entitas yang berbeda dari tubuh fisik dan tidak memerlukan tubuh untuk eksis atau untuk memiliki kesadaran diri. Pandangan ini sejalan dengan pemikiran dualisme, yaitu keyakinan bahwa jiwa dan tubuh adalah dua entitas yang terpisah.

3. Epistemologi dan Kesadaran: Dalam konteks epistemologi, Ibnu Sina menunjukkan bahwa kesadaran manusia tidak datang dari pengalaman sensorik atau fisik semata, melainkan dari sesuatu yang lebih mendalam, yaitu kesadaran diri yang intrinsik. Ini menjadi dasar penting dalam teori pengetahuan dan cara manusia memahami eksistensinya sendiri.

Pengaruhnya dalam Filsafat Barat

Eksperimen pemikiran ini memiliki dampak besar dalam sejarah filsafat, baik di dunia Islam maupun di Barat. Pemikiran ini sangat berpengaruh pada filsafat skolastik di Eropa pada Abad Pertengahan dan sering dibandingkan dengan 

"Cogito, ergo sum" ("Aku berpikir, maka aku ada") 

dari Ren Descartes pada abad ke-17. Keduanya berupaya menunjukkan bahwa kesadaran diri adalah dasar dari keberadaan manusia.

Meskipun Descartes mengembangkan pemikirannya secara independen, eksperimen "Manusia Mengambang" dari Ibnu Sina dianggap sebagai salah satu pendahulu dari argumen modern tentang kesadaran dan jiwa.

Kesimpulan

Teori Manusia Mengambang dari Ibnu Sina berfungsi untuk menunjukkan bahwa jiwa manusia tidak tergantung pada tubuh fisik. Ia menggambarkan bahwa meskipun manusia terputus dari semua indera fisiknya, manusia masih memiliki kesadaran diri.

Ini mendukung pandangan dualisme, bahwa jiwa dan tubuh adalah dua entitas yang berbeda, dan memberikan dasar bagi pemikiran metafisik tentang jiwa sebagai substansi non-material. Teori ini tetap menjadi bagian penting dalam sejarah filsafat, terutama dalam diskusi tentang kesadaran, jiwa, dan keberadaan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun