ara, dan sugan, itu nama sahabat ku. suatu hari kami ingin pergi liburan atau pengen relax aja dari pekerjaan. kita pengen boking hotel dan ketemu akhirnya. kita juga udah dapet tiketnya nih. "kita berangkat lusa nanti" kata si sugan. lusa pun tiba kita juga udah siap nih. "ayo berangkat" kata aku. kita berangkat jam 03.00, di tengah perjalanan sekitar jam 04.46 an lah kita istirahat bentaran di warung kecil pinggir jalan yang sepi itu. "bu?!" kata ara, perempuan sendiri di antara kita. dia memanggil pemilik warung. "buu?!!" panggilnya agak keras yang kedua kalinya. dan kita terkejut entah darimana nenek tua itu berasal tapi tiba-tiba dia datang dari arah belakang kita. sontak kita menengok dan terlihat nenek tua yang berkeriput di seluruh tubuhnya
"bu??" kata ara memastikan.
"yaa. apa neg..." kata nenek tua itu sambil terbata bata.
"nenek pemilik warung??!" tanya ara memastikan sekali lagi
"iya neng. mau pesen ya eneng sama yang lainnya??" jawabnya kali ini yang lebih pelan dan masih terbata bata
"ooh. oke deh, saya pesan..." di tengah pembicaraan ara tiba-tiba ada suara burung gagak yang bertengkar, "KOAK, KOAK" sontak kita langsung menengok dan menontoninya selama satu menit. kita juga gak sadar kenapa kita malah nontonin burung gagak dan bukan langsung pesan. pas kita nengok lagi nenek tadi dah gak ada awalnya kita kaget banget, dan nenek tua tadi cuma ninggalin sehelai kain merah marun yang bergambar batik cantik dan terlihat antik. "wih kain antik bro" kata si sugan kepada ku. lalu tiba-tiba ara mengeluarkan wajah musam yang terlihat tak senang.Â
"kok gua rasanya kayak genak gitu ya?!!" kata ara sambil terputus putus dan terbata bata.
sontak kita langsung nengok lagi
"kenapa lo ra!!" "perasaan lo aja kali?" kata ku.
Selang beberapa menit aku juga ngersain hal yang sama, sugan pun juga. terus karna kita juga debar debar jantungnya, kita langsung cus aja lagi pake motor yang tadi kita pakai. udah pagi sekitaran jam 09.50 an. di google map udah dekat, tinggal belok kanan 200m lagi terus belok kiri di perempatan dan lurus aja sampai ketemu danau besar. saat kita belok kiri kita gak sadar lagi, kita lagi-lagi lepas pandangan ke cahaya di belakang motor saat kita liat lagi di google map tiba-tiba dah gak ada sinyal. sontak kita berhenti sejenak dan muter muter nyari sinyal.
"dahlah!! gak usah cari sinyal lagi, kan dah dekat. masih pada inget kan, depan tinggal belok kiri lurus dah, iyakan" kata aku
"iya juga sih" kata sugan lagi lagi ara mengatakan hal yang sama seperti saat di warung tadi. tapi kali ini ada yang bikin kita ikutan merinding juga.
"eh guys!!!, GUUYS!!!, kaki gw kayak di tarik. tolongin gw dong. gw takut"kata ara sambil terburu buru
"eh, yaudah ayo cepetan, cepet" kata sugan tanpa rasa curiga
"ayo naik" kata sugan, ara pun berhasil naik juga. saat di gas ara terjatuh dari motor seperti di tarik yang dia bilang.
"GUUYSS!!! TUNGGU GW" kata ara sambil teriak dan terbata bata tapi entah mengapa motor kami seperti di dorong dan tak bisa di rem belok juga gak bisa.
"AAAAAGRH!!, GIMANA NIHH" kata aku. dan terpaksa kita harus loncat dari motor!
kita udah loncat dan udah jalan ke arah balik lumayan jauh dan kita ketemu warung yang tadi kita jumpai, dan gak di sangka motor kita sama ara ada di warung itu sontak kita mundur perlahan. dan negor ara
"araa...a..ra" kata ku sambil terbata bata dan hampir kehabisan suara karna sangat kaget
"eh, iya guys...ayo sini nenek tadi bikinin mie goreng nih" kata ara sambil melambai tangan ke atas
"ara gimana kamu bisa di situ. motor juga??!!" kata sugan penuh rasa khawatir dan takut
"tadi nenek itu bantu gw kesini motornya juga di bawa in sama neneknya"jelas ara
"gimana caranya bawa motornya kan tadi motornya kabur ke sono" kataku sambil lantang dari jauh
" gak kok, motornya tadi kalian parkirkan di deket gw" kata ara bingung
saat itu siang tiba jam 14.44, kita lanjut jalan setelah lama berbincang dan mulai nyambung omongannya. malam tiba. dan tiba-tiba hp ara mendapat telpon. tak ada namanya hanya no yang bertulisan 000-000-000, kita terkejut tapi ara tak merasakan hal yang sama dengan kita. ara tak merasa takut dan dengan enteng mengankat telpon dan berbicara dengan santai dan tertawa histeris dan tanpa sebab, bahkan yang lebih membuat sugan dan aku  terkejut adalah tak ada satu katapun yang keluar dari telpon itu
(bersambung)
iqna
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H