Mohon tunggu...
Muhammad Muflih Ilham
Muhammad Muflih Ilham Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Telkom University

Critical thinking is something I can hold from Science Communication. I'm still learning now. Love to dissect the brief and talk.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Permainan Anak Jawa Barat Congklak

14 November 2023   01:00 Diperbarui: 15 November 2023   20:22 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Congklak

Congklak adalah permainan sederhana yang menggunakan papan congklak dan biji congklak sebagai wadah dalam bermain. Permainan ini dimainkan oleh 2 orang dengan menggunakan papan yang terbuat dari kayu ataupun plastik dan mempunyai 16 lubang, dimana terdapat 2 lubang besar dan 14 lubang kecil. Sebelum permainan dimulai, lubang kecil tersebut masing-masing diisi 7 buah biji congklak dan lubang besar yang dikosongkan. Menurut Mulyani dalam Nataliya P, (2015) papan congklak biasanya terbuat dari kayu atau plastik, dimana pada papan congklak tersebut terdapat 16 lubang yang terdiri dari 14 lubang kecil dan 2 lubang besar.

 Dua lubang besar (lubang induk) tersebut merupakan milik masing-masing pemain untuk menyimpan biji congklak yang dikumpulkannya. Biji congklak dapat berupa cangkang kerang, biji-bijian, batu, ataupun kelereng. Jumlah biji congklak yang diperlukan pada saat bermain yaitu 98 buah. Dimana biji tersebut dimasukkan ke dalam lubang kecil yang ada dengan jumlah masing-masing 7 buah.

Nilai Sejarah Congklak

  • Warisan Tradisional

Congklak adalah bagian dari warisan budaya tradisional di banyak masyarakat di Asia, Afrika, dan bahkan Amerika Latin. Permainan ini mencerminkan nilai-nilai lokal dan tradisi lisan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Pada zaman dulu permainan congklak banyak dilakukan di pendapa, teras rumah atau di bawah pohon dengan menggelar alas duduk. Para remaja wanita dan anak-anak akan bermain diwaktu senggang yaitu setelah selesai membantu pekerjaan orang tua dan setelah belajar. tokoh veteran pejuang 45 di Prambanan yang bernama bapak Rusdi, (2014) mengatakan, bahwa permainan congklak telah ada dan berkembang sejak zaman penjajahan Belanda. Namun pada saat itu hanya dari keluarga Kraton dan keluarga orang Belanda yang berani bermain congklak, itupun dimainkan sambil melantunkan lagu-lagu dolanan. Menurut bapak Rusdi, saat itu beliau menyaksikan jika tujuan bermain congklak hanya sebagai hiburan atau mengisi waktu senggang dikala terjadi peperangan dan perebutan kekuasaan. Ia juga mengatakan permainan congklak saat itu sudah memiliki filosofi penting diantaranya tempat silaturahmi, membina kerukunan, melatih saling berbagi, melatih kesabaran dan tanggung jawab bersama.

  • Hubungan dengan Pertanian

Beberapa ahli berpendapat bahwa konsep permainan ini mungkin berasal dari aktivitas pertanian, dengan biji-bijian yang mewakili benih yang ditanam dan diharapkan akan tumbuh menjadi tanaman. Beberapa budaya melihat congklak sebagai simbol kesuburan, keberuntungan, atau keseimbangan hidup. Simbolisme semacam itu dapat memberikan kedalaman makna budaya pada permainan.

Fungsi Komunikasi Congklak

  • Ritual

Bermain congklak secara rutin dalam suatu masyarakat dapat menjadi ritual yang memperkuat identitas dan rasa kebersamaan komunitas. Komunikasi ritual ini mengukuhkan pemahaman bersama akan sejarah, tradisi, dan nilai-nilai yang dipegang oleh kelompok. Komunikasi ritual pada congklak juga dapat berperan dalam mentransfer pengetahuan dan keterampilan dari generasi yang lebih tua ke generasi yang lebih muda. Metode bermain congklak, strategi, dan hikayat di seputar permainan dapat diwariskan melalui pengalaman dan interaksi langsung.

  • Sosial

Congklak sering dimainkan dalam kelompok, memungkinkan terjadinya interaksi sosial antar pemain. Pemain dapat berkomunikasi, tertawa bersama, dan membangun hubungan sosial selama permainan. Pengalaman bermain congklak pun dapat menciptakan kenangan bersama antarindividu atau kelompok. Memori positif ini dapat memperkuat hubungan dan membuat hubungan sosial lebih bermakna. Permainan ini juga dapat membantu dalam pengembangan keterampilan sosial, terutama pada anak-anak. Mereka belajar berbagi, berkomunikasi, dan bekerja sama dengan teman-teman mereka dalam konteks yang santai dan menyenangkan.

  • Budaya

Melalui permainan congklak, nilai-nilai budaya tradisional dapat dipindahkan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Ini termasuk cara bermain, aturan, dan mungkin juga cerita-cerita atau mitos terkait dengan permainan tersebut. Congklak bisa menjadi simbol identitas lokal suatu komunitas atau daerah. Cara orang memainkannya, aturan yang mereka ikuti, atau bahkan variasi-variasi tertentu dapat menjadi ciri khas yang membedakan satu kelompok dari kelompok lainnya. Beberapa komunitas masyarakat bahkan mengekspresikan seni dan kreativitas mereka melalui permainan congklak, misalnya, dengan menghias papan congklak atau biji-bijian dengan motif-motif tradisional atau simbol-simbol budaya.

Relevansi Nilai Budaya Congklak

Meskipun congklak adalah permainan tradisional dengan nilai-nilai budaya yang berasal dari masa lalu, nilai-nilai ini tetap relevan dengan nilai-nilai masa kini. Dalam era digital dan terhubung secara daring, nilai interaksi sosial tetap penting. Congklak, yang dimainkan secara kelompok, dapat membantu mempromosikan interaksi langsung dan memperkuat ikatan sosial, yang pada gilirannya mendukung kesejahteraan emosional dan mental. Congklak dengan Keterhubungan nya bersama warisan budaya dan nilai-nilai tradisional menjadi semakin penting dalam masyarakat yang global dan berubah cepat. Congklak dapat berfungsi sebagai sarana pendidikan untuk mengenalkan nilai-nilai tersebut kepada generasi muda dan memperkokoh identitas budaya. Meskipun teknologi semakin canggih, keterampilan motorik halus tetap penting, terutama dalam era teknologi di mana penggunaan perangkat pintar dan layar sentuh semakin umum. Permainan congklak dapat membantu mengembangkan keterampilan motorik halus, terutama pada anak-anak.

Nilai Komunikasi Antar Budaya Congklak

Congklak adalah permainan yang melibatkan dua pemain atau lebih. Pemain harus bekerja sama dengan baik untuk memahami aturan permainan dan mencapai tujuan bersama. Ini mencerminkan pentingnya kerjasama dalam komunikasi antar budaya di mana pemahaman bersama dan saling mendukung dapat memperkuat hubungan.  Congklak memiliki aturan tertentu yang harus diikuti. Hal ini mengajarkan nilai disiplin dan penghargaan terhadap aturan. Dalam konteks komunikasi antar budaya, pemahaman dan menghormati norma-norma budaya orang lain sangat penting. Congklak sebagai permainan tradisional Indonesia mencerminkan keberagaman budaya dalam negeri. Dalam konteks komunikasi antar budaya, permainan ini dapat dijadikan simbol keberagaman budaya dan mengajarkan pemain untuk menghargai dan memahami keanekaragaman budaya di sekitar mereka.

Dengan demikian, permainan Congklak dapat dijadikan pelajaran yang menarik untuk memahami nilai-nilai penting dalam komunikasi antar budaya, membangun kerjasama, menghormati perbedaan, dan mengembangkan keterampilan komunikasi yang efektif.

REFERENSI

Nursahid (2022) Permainan tradisional Congklak Sebagai Upaya Dalam peningkatan Keterampilan Sosial Siswa [Preprint]. doi:10.31237/osf.io/wj5sm.

Najmi, N., Mugnisjah, W.Q. and Budiarti, T. (2016) 'Kajian Ruang Terbuka untuk pelestarian Khazanah Permainan tradisional di Kota Bogor, Jawa Barat', Jurnal Lanskap Indonesia, 8(2), pp. 70--80. doi:10.29244/jli.v8i2.14698.

Bandem Alfian (ed).1985. Persepsi Manusia Tentang Kebudayaan, Jakarta: Gramedia Press, Jerman.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun