Mohon tunggu...
Mufidah Laela Marsiah
Mufidah Laela Marsiah Mohon Tunggu... Mahasiswa - SMA

Saya Mufidah Laela Marsiah, asal sekolah saya di SMAN 3 Cibinong, saya kelas XII A1.2, umur saya 17tahun, tempat tanggal lahir saya Bogor, 2 April 2006, saya memiliki 3 bersaudara dan saya anak ke 2 dari 3 bersaudara, saya memiliki hobi jajan, shopping, traveling, membeli alat kecantikan seperti skincare dll, saya sangat suka eskrim, saya sangat suka eskirm vanilla, matcha, saya juga sangat suka ramen, sushi, dan lain sebagainya, saya juga hobi bermain bulu tangkis, warna kesukaan saya pink,putih,hitam,coksu,abu-abu,biru

Selanjutnya

Tutup

Roman

Selalu Bersama

24 November 2023   08:54 Diperbarui: 24 November 2023   09:41 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di saat angin berembus dari laut bersamaan dengan matahari yang meninggalkan peraduannya. Menyinari separuh permukaan bumi, meneteskan butiran-butiran embun yang jatuh dari langit, warna hijau berseri menghiasi tanah yang membentang luas tak terhingga.

Berdiri sebuah rumah sederhana terbuat dari kayu pohon jati berkualitas rendahan yang sewaktu-waktu akan roboh ditiup angin maupun karena dimakan usia. Di sanalah sepasang suami istri bernama Zaini dan Azzahra menjalani kehidupan di sisa usianya.

Pada musim kemarau, mereka terbangun melihat kebun yang tak lagi menghasilkan apapun. Padahal hanya kebun itulah yang menjadi sumber kebutuhan mereka sehari-hari. Sedih dan rasa putus asa menyelimuti suasana hati mereka.

"Azzahra, tolong buatkan aku segelas teh hangat," pinta Zaini.

Dengan langkah gemulai Azzahra membawa segelas teh hangat yang diinginkan suaminya. Segera Zaini meminum teh itu sebelum kehangatannya mulai hilang.

Kok, rasanya begini?" bertanya dan memandang Zahra dengan tatapan sedingin es.

"Kita saat ini kehabisan gula dan bahan dapur lainnya." jawabnya dengan lembut.

Ditatapnya lagi Azzahra, gadis berusia 24 tahun yang dinikahinya satu tahun lalu, meski bibirnya tak semerah buah naga, juga kulit dan rambutnya tak seputih salju dan selembut sutra. Namun, Zaini sangat mencintai Zahra begitu pula dirinya.

Meski kemiskinan menjerat mereka berdua, Azzahra rela menyisakan hidupnya bersama Zaini hingga ajal menjemput. Dengan rasa ikhlas Zaini meminum teh buatan istrinya tersebut.

Karena malam telah menyelimuti, Azzahra beranjak dari tempat duduknya dan meminta izin untuk beristirahat terlebih dahulu.

Zaini terduduk membisu memandang gelasnya yang kosong, hingga saat ini Zaini merasa bahwa menit-menit yang berlalu pada saat itu adalah menit-menit terpanjang dalam hidupnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Roman Selengkapnya
Lihat Roman Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun