Belajar Menjadi Pelajar di Atas Rata-Rata
Belajar merupakan kata yang acap kali didengar dalam kehidupan sehari-hari. Suatu kata yang mudah diucapkan tapi tidak banyak yang mampu benar-benar melakukannya dalam praktek. Belajar merupakan kata kerja. Sederhana, tapi kata ini juga telah menginspirasi banyak orang karena kata tersebut adalah pesan universal dari kata membaca. Dalam Islam, membaca merupakan suatu perintah. Ini pulalah, yang menjadi pesan pertama dalam wahyu Tuhan yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW.
Jika dilihat dalam dunia pendidikan, maka jenjang pendidikan di Indonesia dimulai dari Persiapan sekolah formal (Taman bermain, PAUD, TK), SD, SMP,SMA, Hingga Perguruan Tinggi. Perguruan tinggi inipun meliputi berbagai tingkat, mulai S1, S2, S3, dan gelar kehormatan yaitu Professor.
Bukan menjadi suatu yang disangsikan bahwa, dalam setiap level pendidikan pasti ditemukan tolak ukur prestasi siswa. Biasanya, mulai dari tingkat SD hingga SMA dikenal dengan rangking kelas. Begitupun tingkat perguruan tinggi, kualitas lulusan secara akademik diukur dari raihan IPK yang diperoleh setelah mata kuliah selesai atau lebih dikenal dengan yudisium.
Pertanyaannya adalah benarkah pada dasarnya setiap pelajar atau mahasiswa itu berbeda kemampuan akademiknya sejak lahir. Jawabannya tentu beragam. Tergantung dari sudut mana seseorang memandangnya. Tetapi, hemat penulis, kemampuan seseorang pada umumnya sama. Faktor utama yang membedakan mereka dengan pelajar atau mahasiswa lainnya adalah bagaimana cara mereka belajar. Belajar boleh jadi dapat dilihat dari sisi keseriusan, keefektifan, dan prioritas yang ada pada pelajar atau mahasiswa tersebut.
Belajar dari pengalaman, kebanyakan siswa yang meraih prestasi di kelas adalah mereka yang memiliki standar belajar diatas rata-rata pelajar` lain. Jadi, dapat dikatakan bahwa mereka yang berprestasi adalah pelajar atau mahasiswa diatas normal. Ukuran belajar siswa diatas rata-rata setidaknya dapat dilihat dari tiga ketegorisasi berikut ini.
Pertama, pelajar yang kurang baik. Biasanya pelajar tipe ini menghabiskan waktu bermain lebih banyak dari waktu belajar. Ketika belajar, mereka tidak fokus terhadap materi yang disampaikan. Umumnya, pelajar tipe ini, ketika mendapat tugas atau pekerjaan rumah dari gurunya tidak mampu menyelesaikannya dengan baik. Tidak jarang mereka disebut sebagai siswa pemalas dan tidak pintar. Apabila seorang pelajar telah biasa dengan aktivitas belajar seperti ini maka dapat dipastikan secara akademik mereka digolongkan sebagai pelajar yang tidak berhasil. Mereka juga tidak memiliki orientasi yang jelas dan cenderung menomorduakan belajar. Pada akhirnya, mereka akan disibukkan dengan aktivitas yang tidak bermanfaat seperti bermain, berkumpul bersama teman (nongkorng) yang kurang memberi manfaat, dan aktivitas-aktivitas lain yang sebenarnya tidak mempunyai dampak yang positif di kemudian hari.
Kedua, pelajar biasa. Pelajar dalam kategori ini dikatakan sebagai pelajar yang mengikuti segala aturan dan tata tertib sekolah dengan baik. Mereka mampu mengikuti pelajaran dengan baik, menyelesaikan tugas dan pekerjaan rumah dengan baik. Pelajar tipe ini, menjadikan belajar sebagai fokus utama mereka. Pelajar tipe ini disebut sebagai pelajar tipe biasa, karena tipe ini adalah tipe umum pelajar kebanyakan. Pelajar yang biasa dengan aktivitas seperti ini, pada umumnya memperoleh prestasi yang cukup baik dikelas. Namun mereka tidak punya harapan lebih untuk maju menjadi lebih baik, mereka juga tidak memiliki daya kreatif dan inovatif untuk memperoleh sesuatu yang diluar yang didapatnya di kelas. Akhirnya, mereka tetaplah menjadi pelajar yang biasa-biasa saja, tidak ada keistimewaan khusus yang mereka miliki.
Yang terakhir adalah pelajar luar biasa. Pelajar tipe ini adalah pelajar biasa namun memiliki semangat yang lebih dari pelajar biasa. Mereka tidak hanya puas dengan apa yang diperoleh di dalam kelas semata. Tetapi mempunyai harapan yang lebih dari yang telah diraihnya dikelas. Apabila dihadapkan pada satu tugas atau pekerjaan rumah, mereka tidak semata puas dengan materi sebagaimana yang telah diajarkan. Tetapi mereka selalu berusaha mencari ide-ide kreatif dan mencari sumber-sumber informasi yang berbeda yang didapatnya dari luar sekolah. Mereka adalah tipe pelajar yang sangat memprioritaskan waktu untuk diisi dengan aktifitas yag bermanfaat. Apa yang diperoleh dikelas bukanlah menjadi prioritas utama mereka tetapi hanya sebagai jembatan atau sumber inspirasi untuk menggali pengetahuan yang lebih di luar kelas. Pelajar yang terbiasa dengan aktivitas belajar seperti inilah yang dikategorikan sebagai tipe pelajar yang diatas rata-rata. Soal prestasi, mereka adalah para pelajar yang meraih prestasi tertinggi yang bisa dicapai baik di sekolah atau prestasi-prestasi lain di luar sekolah.
Dilihat dari tiga kategori diatas maka dapat dipahami bahwa aktivitas belajar sebenarnya menuntut keaktifan dan kreativitas siswa untuk menggali pengetahuan yang lebih. Apalagi di era globalisasi saat ini, terbuka akses yang sangat besar untuk menggali informasi dari berbagai sisi. Aneka materi pembelajaran dapat diakses dalam berberbagai bentuknya mulai dari artikel-artikel, buku-buku, suara, video-video, yang menjadi variasi tersendiri untuk menunjang informasi tentang pengetahuan yang tidak di dapat di dalam kelas. Pelajar yang pandai memanfaatkan teknologi sebagai penunjang utama belajar mereka tentu akan menjadi seorang pelajar yang luar biasa.
Karena itu, prinsip yang biasa ditanamkan oleh guruku ketika sekolah di madrasah dulu yaitu “jangan ada orang di depan kita” kiranya tepat untuk dijadikan sebagai motto bagi pelajar dalam rangka menjadi yang diatas rata-rata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H