Mohon tunggu...
Mu ezul Khoir
Mu ezul Khoir Mohon Tunggu... Jurnalis - Anak desa berusa membahagiakan orang tua

Adalah sang pujangga yang berdomisili di sebuah desa yang amat sederhana.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Nyata, Akibat Pesugihan Anak Istri Meninggal Kebahagiaan Hilang

23 Februari 2022   14:35 Diperbarui: 23 Februari 2022   14:36 5688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pesugihan memang selalu menjadi jalan pintas paling menarik untuk orang yang buta arah dan ingin segera kaya dengan cepat.

Namun sayangnya pesugihan memiliki syarat yang cukup berat untuk bisa menjadi kaya dengan cepat.

Dimana salah satu syaratnya adalah menyiapkan tumbal. Tumbal yang dimaksud tidak hanya nyawa dari manusia, hewan, namun juga kabahagiaan.

Mungkin pada awalnya akan merasa sangat bahagia lantaran memiliki banyak uang dan juga harta benda.

Namun lama kelamaan mereka harus membayar apa yang telah diberikan setan kepadanya. Bisa jadi nyawanya sendiri orang lain, keluarga atau bahkan kebahagiaannya selama hidup.

Salah satu sumber pesugihan yang paling terkenal adalah Gunung Kawi yang berada dikawasan Jawa Timur.

Salah satu mantan pelaku pesugihan Gunung Kawi mengatakan bahwa persyaratan yang diberikan sangat tidak sebandingkan dengan apa yang didapatkan.

Bejo (nama samaran) mengatakan dirinya pernah terlibat didalam pesugihan pada awal tahun 1999. Dimana pada kala itu mengalami krisis moneter sehingga membuat usaha yang dikembangkannya mengalami kemunduran.

Bejo yang berprofesi sebagai pengusaha ekspor pun merasa terpuruk dan stress lantaran segala kebutuhan hidup yang harus dipenuhi tak dapat dilakukan.

Bersama dengan kesulitan yang menghampiri seolah Bejo mendapatkan pemikiran jika dirinya melakoni pesugihan maka akan terbebas dari segala kendala.

Dirinya pun memutuskan unuk pergi mendatangi Gunung Kawi dan mengikuti ritual pesugihan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun