Mohon tunggu...
Mudzakkir
Mudzakkir Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang blogger

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menikmati Dua Sejoli Wisata Selam Sulawesi Utara

12 Juni 2012   06:26 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:04 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selat Lembeh secara umum diakui sebagai ibukota ‘muck dive' di dunia, dan menawarkan apa yang hanya dapat digambarkan sebagai penyelaman makro. Penyelaman di Lembeh didominasi oleh dasar laut berpasir hitam dan berlumpur, lokasi yang merupakan ekosistem bagi berbagai makhluk dan kehidupan laut yang “aneh-aneh” dan mungkin tidak akan ditemukan di tempat lain. Hanya berjarak 20 menit dari bibir pelabuhan ikan Bitung, selat Lembeh sangat mudah diakses. Lokasinya yang berada di antara dua pulau berbukit membuat perjalanan laut kami sangat nyaman. Semilir angin, laut tanpa ombak dan beberapa pulau karang kecil di tengah selat. Sempurna.

Nudi Retreat, Jahir-2 dan Nudi Falls adalah 3 dive spot yang sempat kami eksplorasi di hari ketiga. Kamera underwater adalah benda wajib yang harus dibawa bila ingin benar-benar menikmati penyelaman di Lembeh. Dan berhubung saya tidak punya kamera, maka tugas saya adalah berburu biota untuk ditunjukkan pada para pemegang kamera.

[caption id="attachment_1250" align="alignnone" width="300" caption="Frogfish di Lembeh"]

Frogfish di Lembeh
Frogfish di Lembeh
[/caption]

Kami benar-benar beruntung. Hampir semua target biota buruan bisa kami temukan. Di Nudi Retreat, dive spot dengan coral di kedalaman 5m dan bentangan dua buah wall dengan dasar pasir hitam hingga 28m, kami bertemu si mungil Pigmy Seahorse dan si cantik Chromodoris. Di Jahir-2, kami berhasil bertemu Hairy Frog Fish, Flounder Fish dan Flamboyan Cuttelfish. Dan di Nudi Falls, 1 dari 3 dive spot terpopuler di Lembeh, Rhinopias dan Herlequin Shrimps sesekali mengintip kami dari celah karang. Semuanya belum termasuk puluhan Nudibranch berbagai jenis yang tersebar di seluruh lokasi.

The Moment of Truth : Decompression Stop


[caption id="attachment_1245" align="alignleft" width="300" caption="Decompression Stop di Bunaken"]

Decompression Stop
Decompression Stop
[/caption]

8 penyelaman dalam 3 hari belum membuat saya puas. Di hari ke empat, saya masih berkesempatan menjajal kembali Bunaken di dive spot yang berbeda. Saya memilih Mandolin Point dan Lekuan-3. Mandolin Point terkenal dengan “Narc Zone” atau zona narcosis. Zona di kedalaman 30-50 meter di bawah permukaan laut. Dinamakan demikian karena di zona itulah justru pesona andalan dive spot ini. Berhubung dalam rombongan hanya saya yang memegang lisensi penyelaman dalam, saya tidak ingin mengambil resiko dengan mengajak rombongan turun ke zona ini. Saya memilih menyelam sendiri sedikit lebih dalam di bawah rombongan dengan tetap menjaga jarak pandang dengan dive master. Luar biasa, saya bertemu White Tip Shark, Maori Wrasse dan Bumphead Parrotfish berwarna kombinasi biru dan pink. Tentu saja saya terkena decompression-time. Sebagai kompensasinya, saya wajib melakukan decompression stop selama 9 menit dilanjutkan safety stop selama 5 menit. Membuat rombongan yang sudah selesai harus menunggu sedikit lebih lama sebelum saya naik ke kapal.

Normalnya, semua diver sebisa mungkin menghindari penyelaman dekompresi demi menghindari decompression sickness. Namun terlepas dari ‘tabu’nya melakukan deco-stop, momen ini bagi saya adalah salah satu momen langka yang sangat fantastis. Momen di saat saya mengapung di kedalaman tertentu di dalam laut biru sebagai “pengakuan dosa” atas penyelaman dekompresi. Diam, hening dan sendiri.

Di spot berikutnya, Lekuan-3 didukung cuaca yang cerah, jarak pandang saat itu mencapai 40m. Jarak pandang yang luar biasa jernih dengan suhu air sekitar 29°C. Dinding curam di sisi kiri kami menyajikan terumbu karang yang fantastis. Pelagis seperti Tuna dan Trevalli sangat mudah ditemui dalam jumlah banyak dan berkelompok (schooling). Di sini sekali lagi saya bertemu sepasang Sea Turtle yang sedang kawin. Ikan-ikan kecil seperti Bannerfish, Anthias dan Fairy Basslets juga ikut menari-nari menemani saya.

Saya Pasti Kembali


Potensi ekowisata Sulawesi Utara sangat istimewa. Terlebih dengan kesadaran masyarakat di pesisir dan para nelayan yang sudah paham pentingnya konservasi dan menjaga ekosistem laut. Bunaken dengan perairan dalamnya menawarkan pengalaman diving dengan level yang berbeda dengan biodiversitas bawah laut yang mempesona. Lembeh dengan muck divenya, dan pulau lain seperti Siladen, Montehage, Gangga hingga ke kepulauan Sitaro semuanya adalah kekayaan yang tidak ternilai harganya. Saya pasti kembali lagi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun