Hanya Tersisa Doa
Â
Tertatih merintih peluh terperih
Teriris relung sanubari  gapai secuil mimpi
Secercah asa raga membahana
Sukma merekah halusinasi merana
Jiwa terpasung lara lunglai mengelak surya
Tersungkur luluh lantah tersedak lara
Nestapa terhunus pusaka nista
Mentari tak lagi menopang
Rembulan tak lagi memancar
Sang bintang tak lagi mengawal
Langit pun enggan terhampar
Kau terus berjuang meski upeti tak imbang
Kau terus melawan meski sayembara tak janjikan
Daya juangmu pantas dirayakan
Prestasi puncak tak terelakkan
Tak pantas mekar jika tak ada ikhtiar
Tak layak tuai jika tak tanam
Untukmu lelaki perkasa
Tak lekang regang nyawa
Buah hati dan belahan jiwa
Tiada pernah putus satu masa
Lengan kekarmu mencakar langitÂ
Kaki raksasamu mendobrak bumiÂ
Bentang samudera kau lalui
Luas benua kau telusuri
Untukmu wanita sahaja
Selalu ada seribu satu cintaÂ
Cinta sejatimu tak kan sirnaÂ
Meski raga kan terpisah
Rahim suci penuh kesejukan
Setetes air lambang kehidupanÂ
Untaian doa jaminan kemuliaanÂ
Belaian tangan segenap kepasrahan
Mudzakkir Harun Alrasyid