Pendekatan dalam konteks ini adalah cara pandang atau sudut pandang dalam melihat suatu hal. Ketika kita bicara tentang pendekatan dakwah, kita mengacu pada cara pandang yang menggunakan dakwah sebagai alat untuk melihat suatu hal. Ada dua jenis pendekatan dakwah, yaitu sosial dan budaya.
Pendekatan sosial dalam dakwah adalah ketika kita berdakwah dengan memperhatikan hubungan komunikasi dan partisipasi masyarakat serta memahami realitas sosial yang berbeda-beda, seperti perbedaan suku, bangsa, bahasa, dan kelas sosial. Sedangkan pendekatan budaya dalam dakwah adalah ketika kita berdakwah dengan memperhatikan norma, nilai, dan keyakinan yang ada dalam masyarakat. Karena masyarakat memiliki beragam corak, nilai, dan keyakinan, maka diperlukan strategi dan metode dakwah yang berbeda-beda.
Dalam Al-Qur'an, kedua pendekatan dakwah ini juga terlihat jelas. Misalnya, dalam ayat yang menyatakan bahwa manusia diciptakan dari laki-laki dan perempuan, berbangsa-bangsa, dan bersuku-suku agar saling mengenal satu sama lain. Ayat ini menunjukkan pentingnya saling memahami dan menghormati perbedaan antar individu dalam masyarakat. Hal ini juga menunjukkan bahwa orang yang paling mulia di mata Allah adalah orang yang paling bertakwa, bukan berdasarkan suku, bangsa, atau kelas sosialnya.
Dengan demikian, pendekatan sosial dan budaya dalam dakwah sangat penting untuk memahami dan menghormati keragaman masyarakat serta memberikan pesan dakwah yang sesuai dengan konteks sosial dan budaya yang ada.
Pada teks tersebut, dijelaskan bahwa manusia terdiri dari laki-laki dan perempuan yang berasal dari Adam dan Hawa. Manusia juga memiliki berbagai bangsa dan suku. Bangsa dianggap sebagai tingkatan keturunan tertinggi, sedangkan suku berada di bawah bangsa. Untuk menjaga hubungan antar bangsa dan suku yang berbeda, Nabi mengajarkan pentingnya mempelajari silsilah keluarga. Hal ini bertujuan untuk mempererat hubungan keluarga, meningkatkan harta, dan memperpanjang umur.
Selain itu, tujuan diciptakannya manusia yang berbeda-beda adalah agar saling mengenal satu sama lain. Dakwah memiliki peran penting dalam membentuk manusia agar dapat saling memahami, memiliki solidaritas, dan bersedia saling membantu. Tujuan utama dari dakwah adalah membawa umat manusia agar bertakwa kepada Allah, bukan berdasarkan keturunan atau kedudukan. Nabi juga mengingatkan bahwa Allah melihat hati dan amal perbuatan seseorang, bukan penampilan fisik atau kekayaan.
Dengan demikian, dakwah memiliki peran penting dalam membentuk hubungan sosial yang harmonis dan membawa umat manusia menuju ketaatan kepada Allah. Melalui pemahaman dan solidaritas antar sesama, diharapkan manusia dapat hidup berdampingan dengan damai dan saling mendukung.
Dalam ayat tersebut, Allah memerintahkan manusia untuk takut kepada-Nya dan menjaga hubungan baik antara sesama manusia. Allah menciptakan manusia dari satu diri, lalu menciptakan pasangannya, dan dari keduanya Allah menciptakan banyak laki-laki dan perempuan. Ini menunjukkan bahwa manusia seharusnya hidup dalam kebersamaan dan saling tolong-menolong.
Allah juga mengajarkan agar manusia berhubungan baik dan saling meminta pertolongan dengan menyebut nama-Nya. Dengan demikian, manusia diingatkan untuk selalu menjaga hubungan baik dengan sesama dan meminta pertolongan kepada Allah.
Dalam pendekatan dakwah, menggambarkan realitas objektif diharapkan dapat membangkitkan kesadaran manusia untuk kembali kepada fitrah manusia yang sejati. Tujuannya adalah agar semua manusia hidup dalam keadaan takwa dan akhirnya kembali ke surga, tempat asal manusia yaitu Adam dan Hawa.
Dengan demikian, pesan dari ayat tersebut adalah agar manusia hidup dalam kebersamaan, menjaga hubungan baik, dan selalu berusaha untuk lebih dekat kepada Allah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H