Mohon tunggu...
Mudhofir Abdullah
Mudhofir Abdullah Mohon Tunggu... profesional -

Mudhofir Abdullah adalah Dosen Filsafat Hukum Islam IAIN Surakarta. Tinggal Surakarta.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kiamat Itu Benar-benar Telah Tiba: Menakutkan!

23 Desember 2012   06:58 Diperbarui: 24 Juni 2015   19:10 726
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh: Mudhofir Abdullah

Menurut ilmu semiotika, “makin sering suatu ‘kata’ digunakan dan diperbincangkan maka makna dan artinya makin tidak berarti.” Kata yang saat ini jadi perbincangan adalah kata ‘kiamat’. Kata ini bermakna kehancuran total seluruh alam. Dalam arti ini, maknanya sangat menakutkan dan terkadang membuat yang memahaminya kurang semangat hidup. Inilah yang saat ini meneror sekelompok umat manusia di sejumlah belahan dunia.

Kita tak usah menyalahkan mereka. Ketakutan kepada kehancuran adalah salah satu dari empat hal yang menghantui manusia hidup dan berfikir. Sigmund Freud menyebut tiga sumber penderitaan manusia, yakni: kekuatan alam, sifat tubuh yang akhirnya membusuk (kematian), kelemahan dalam menjaga antar hubungan dengan lainnya (cinta, benci, permusuhan, dan kepalsuan). Tiga sumber penderitaan itu direspon dengan berbagai sikap oleh manusia. Dan aneka sikap itu membentuk serpih-serpih kebudayaan, ritual-ritual, dan bahkan peradaban.

Mengamati bentuk-bentuk ketakutan atas isu kiamat, maka penjelasannya dapat merujuk pada teori Freud di atas. Jadi, manusia selalu melakukan pembelaan sebisa mungkin meski pun berupa ritual-ritual atau simbol-simbol dan meski itu hanya sebuah katarsis. Tapi, ketika manusia memiliki penjelasan rasional dan tidak bergantung pada pemahaman ilusional, maka mereka memperoleh kekuatannya kembali. Pertarungan antara ketakutan ilusional dan kekuatan rasional menghasilkan berbagai mozaik peradaban sepanjang masa.

Posisi saya jelas. Saya menolak isu-isu kiamat dalam pengertian ril dalam waktu jutaan abad mendatang. Saya lebih percaya pada penjelasan fisika-astronomi yang menyatakan bahwa kiamat total terjadi pada kira-kira 5 milyar tahun lagi bersamaan dengan habisnya cahaya energi matahari yang padam dan menyerap planet-planet di sekitarnya. Tentu saja, manusia sudah punah satu atau dua milyar sebelumnya karena perubahan iklim sudah sedemikian ekstrim sehingga mahkluk hidup tak mampu bertahan. Namun ini pun baru kiamat di dalam Tata Surya. Kehidupan akan terus berlangsung di bumi-bumi lain di galaksa tetangga yang jaraknya kira-kira 74 triliun tahun kecepatan cahaya atau lebih. Ini sebuah gambaran yang tak terbayangkan. Tapi inilah literarur yang bisa kita baca dari para ahli astronomi.

Karena masih jauh, isu-isu kiamat tak perlu ditanggapi. Saya lebih suka memaknai kiamat dalam pengertian simbolik. Misalnya, kiamat karena tewas mengenaskan akibat kecelakaan atau tawuran; kiamat karena putus cinta berkepanjangan dan merapuhkan semangat hidup; kiamat karena hidup tertindas oleh sistem sosial yang tidak adil; kiamat karena putus sekolah akibat kemiskinan akut; kiamat karena busung lapar; kiamat karena Indonesia disandra oleh tikus-tikus negara; kiamat karena sulitnya mencari pekerjaan; kiamat karena hidup tak lagi nyaman akibat teror dan radikalisme agama; dan kiamat-kiamat jenis lainnya yang lebih nyata dalam kehidupan kita sehari-hari. Mengapa kiamat simbolik tak pernah memperoleh perhatian?

Kiamat yang ini justru yang seharusnya menjadi pemikiran besar dan tindakan besar. Yang memerlukan tindakan segera baik oleh para elit politik, maupun tokoh-tokoh masyarakat. Inilah kiamat sehari-hari dan sangat dekat dengan kehidupan kita. Dengan makna ini, sesungguhnya, kita telah mengalami kiamat dan terjadi setiap detik. Dan kiamat yang diisukan benar-benar terjadi. Hanya saja, hanya manusia-manusia yang berjiwa-rohani luhur yang mampu merasakannya.

Surakarta, 23 Desember 2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun