Saat ini sedang gempar dengan kemunculan penyakit menular cacar monyet atau yang biasanya disebut mpox. Penyebaran bisa saja terjadi dengan sangat cepat jika masyarakat kurang edukasi dan kesadaran. mpox adalah virus DNA beruntai ganda yang berasal dari famili poxviridae, subfamili chordopoxvirinae, genus orthopoxvirus dalam keluarga poxviridae, keluarga yang sama pada virus cacar karena memiliki gejala yang sama dengan virus cacar (Bunge et al. 2022).Â
Virus zoonosis ini pertama kali terdeteksi pada monyet di laboratorium Denmark pada tahun 1958, oleh karena itu dinamakan sebagai mpox. Cacar monyet memiliki rata-rata case fatality rate (CFR) sekitar 3% dan dilaporkan meningkat apabila menjangkit anak-anak (Simpson et al. 2020).
Menurut data Kementerian Kesehatan, kasus mpox yang terjadi sejak Agustus tahun 2024, memakan korban sebanyak 88, dengan rincian sebanyak 59 kasus terkonfirmasi di DKI Jakarta, Jawa barat 13 kasus, Banten 9 konfirmasi, Jawa Timur 3 konfirmasi, Daerah Istimewa Yogyakarta 3 konfirmasi, dan Kepulauan Riau 1 konfirmasi. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa mpox memiliki potensi bisa menyebar di Indonesia, selain itu diperlukannya kewaspadaan agar masa lalu seperti covid-19 tidak terulang kembali.Â
Menanggapi hal ini, menurut Dr. Kurnia Dwi Artanti dr., MSc., dosen epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga, beliau berpendapat bahwa upaya mencegah transmisi mpox dapat dilakukan dengan cara meningkatkan kesadaran diri pada masyarakat serta isolasi bagi individu yang terinfeksi. Oleh karena itu, untuk meningkatkan kesadaran masyarakat di era industri 4.0, maka diperlukannya peran digitalisasi.
Memasuki era serba digitalisasi, telah mengubah cara masyarakat berinteraksi dan mengakses informasi. Mayoritas masyarakat telah beralih ke gadget dan sosial media. Peluang ini dapat dimanfaatkan dengan baik.Â
Melakukan penyebaran informasi kesehatan melalui media sosial atau bisa disebut digital health communication. Komunikasi kesehatan digital memiliki peran penting dalam menghadapi tantangan kesehatan modern. Mulai dari menyebarkan informasi kesehatan masyarakat, hingga memberikan edukasi kesehatan.Â
dengan demikian, komunikasi kesehatan digital dapat mengatasi hambatan geografis, menyebarluaskan secara rata informasi kesehatan, dan mendorong lingkungan perawatan kesehatan yang lebih kolaboratif dan inklusif. (Ben, 2024).Â
Media sosial dan situs berbagi teknologi memungkinkan menjangkau banyak orang termasuk mereka yang berada di daerah yang kurang terlayani tanpa. Dengan generasi yang lebih muda semakin tua, media sosial dan sumber daya online akan menjadi kunci untuk menjangkau generasi orang dewasa yang lebih tua berikutnya. Kami perlu mulai mempersiapkan orang-orang yang berusia 45 tahun hari ini dan akan berusia 75 tahun dalam 30 tahun (Jansen, M., & Hsu, E., 2022).
Langkah preventif dan promotif yang harus menjadi fokus dalam mencegah mpox yaitu, meningkatkan kesadaran masyarakat yang disesuaikan dengan perkembangan zaman. Melalui media sosial dapat mempermudah penyebaran pesan serta edukasi kesehatan masyarakat. Namun, adapun tantangan yang harus dihadapi, seperti hoax, dan masalah keamanan data privasi masyarakat. Â Â Â Â
KATA KUNCI: Digitalisasi, Masyarakat, Monkeypox, Pencegahan
DAFTAR PUSTAKA
Andriani Noerlita Ningrum, Indarto, Yesi Ihdina Fityatal Hasanah, 2023. Pengobatan Tecovirimat Dan Brindocivir Untuk Virus Cacar Monyet. Jurnal Farmasetis, Volume 12, pp. 300-302.
Jansen, M. &. H. E., 2019. The Role of Social Media in Health Information Dissemination. Health Informatics Journal, Volume 67, pp. 123-134.
Kementerian Kesehatan RI, 2024. 88 Kasus Konfirmasi Mpox di Indonesia, Seksual Sesama Jenis Jadi Salah Satu Penyebab https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilismedia/20240818/1546252/88-kasus-konfirmasi-mpox-di-indonesia-seksual-sesama-jenis-jadi-salah-satu-penyebab/ [Online]. (diakses tanggal 27 September 2024).
Tuck, D., 2024. Digital Health: The Future of Public Health Education. Journal of Health Communication, pp. 215-230.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H