Tanker Pertamina, Dulu dan  Kini
Oleh  Muchwardi Muchtar
Jumlah kapal tanker Pertamina International Shipping (PIS) per Mei 2024 adalah 102 unit. Dari jumlah tersebut, 60 kapal beroperasi di 50 rute internasional. PIS menargetkan untuk memiliki 130 kapal tanker pada tahun 2025. PIS akan menambah kapal tanker ukuran besar dan ramah lingkungan, baik dengan membeli maupun membangun kapal baru. Kapal-kapal yang dioperasikan PIS bermacam-macam, mulai dari kapal pengangkut minyak, gas, hingga petrokimia. PIS juga merencanakan untuk menambah kapal yang berteknologi dual fuel, yaitu mengombinasikan bahan bakar minyak dan gas, serta kapal LNG.
Paragraf yang saya kutip dari laman Pertamina International Shipping (PIS) di atas, mengingatkan saya pada kejayaan PN Pertamina setengah abad  yang lalu. Berbeda dengan tarikh Islam yang konon katanya akan ada siklus 100 tahunan (1924-2024) kebangkitan Islam di dunia, maka Pertamina (hari ini) malah memproklamirkan siklus 50 tahunan untuk pengulangan sebuah kejayaan. Soalnya, sejarah mencatat bahwa periode 1970 -1980  jumlah tanker yang dimiliki Pertamina mencapai 153 unit terdiri dari berbagai ukuran. Tampaknya, jumlah tanker tersebut tak lama lagi akan dimiliki oleh PIS.
Selaku karyawan yang pernah bertugas di Bagian LitBang Pertamina yang kemudian berganti nama menjadi Dinas Perencanaan dan Pengembangan (RenBang) Pertamina Direktorat Perkapalan, Kebandaran dan Komunikasi (Dit. PKK), 1993-2000, mengenai jumlah kapal yang dimiliki Pertamina masa lalu saya belum lupa. Sebagai karyawan yang tiap bulan melaporkan ke Kantor Pusat Pertamina di Jl. Medan Merdeka Timur, Jakarta Pusat dan ke Kantor Pusat Evaluasi, Perencanaan Anggaran Pertamina (PEPAP) di Jl. Merdeka Barat, kondisi naik turunnya asset dan proyek-proyek yang operasional, maintenance dan pengembangannya dibawah tanggung jawab Direktur Pertamina Dit. PKK, yang berkantor di Jln. Yos Sudarso 32-34 Jakarta Utara.
Mulai dari "kapal spesifik" di sungai dengan ukuran tertentu yang biasa disebut kapal Bulk lighter (BL), Â kapal Self Propelled Oil Barge (SPOB) 700 -- 1000 DWT, Â sampai ke tanker mini tipe Small-1 (3.500 DWT), Small-2 (6.500 DWT), General Purpose / GP-1 (15.000 DWT), GP-2 (17.500 DWT), tipe Medium Range / MR (30.000 DWT), Long Range / LR (80.000 DWT) hingga tanker raksasa (di zamannya) pernah dimiliki Pertamina.
 Setiap akhir bulan fungsi RenBang PKK mengevalusi dan rekapitulasi kondisi dan kinerja asset apung tersebut, dan kemudian dilaporkan ke Dirut Pertamina. Oleh karena itu jangan heran bila mendengar disebut tanker Pertamina, di depan mata saya terpampang dereta tanker-tanker berbagai jenis tipe dan ukuran tersebut. Dan kebetulan pula, saya sebelum direkrut (Direktur PKK Ir. Kartiyoso, 1993) untuk bertugas di kantor (darat) pernah bekerja di tanker-tanker milik Pertamina periode 1975-1992.
Sebagai anak mudabelia (usia 21 tahun) waktu itu mau berlayar dengan kapal laut adalah untuk bisa "keliling dunia". Sedangkan untuk  mewujudkan keinginan tersebut, sudah tentu tanker-tanker yang dipilih adalah trayek lintas samudra. Kalau cuma bekerja di tanker trayek domestik rasanya belum sempurna bagi seorang manusia disebut pelaut.
Meski berlayar selama 17 tahun (1975-1992) di berbagai milik Pertamina tersebut tidak semuanya rute internasional, lintas samudra atau lintas benua, namun ---gini-gini--- saya pernah menginjakkan kaki atau (istilah sopannya) pernah kencing di toilet kota-kota pelabuhan dunia, antara lain  Napoli (Italia), Durban (Afrika Selatan), Terusan Suez, Port Said (Mesir), Mina Al Ahmadi (Kuwait), Dhahran,  Ras Tanura (Arab Saudi), Port Dickson (Malaysia), Batangas, Manila (Filipina), Sasebo, Osaka (Jepang) dan beberapa pelabuhan beken lain di luar sana.
Kalau saja tahun 1979 Â pembayaran dan penagihan menyangkut sewa menyewa tanker-tanker milik (atau yang dicarter) PN Pertamina tidak ada masalah dengan beberapa stake holder-nya di berbagai penjuru dunia, tentu pelabuhan top lainnya di Eropa, Amerika atau Amerika Selatan juga akan disinggahi oleh mantan pelaut yang tulisannya tengah Anda baca ini.
Sayang, kejayaan karyawan laut (pelaut) Pertamina melanglangbuna lintas benua dan lintas samudra di penghunjung 1979 Â berhenti sama sekali. Waktu itu, selain dari pelabuhan (Shell, BP dan Esso) di Singapura, tanker-tanker Pertamina tidak berani menyinggahinya. Sempat beredar issue (kalau sekarang mungkin dikenal dengan istilah hoaks via medsos) jika ada tanker-tanker Pertamina yang masuk ke pelabuhan LN di mana saja negaranya, pasti akan disita.
Meski "Jasmerah tentang Pertamina" ini mungkin tidak akan ditemui jika kita bersilancar di ladang Mbah Google, namun sebagai pahatan sejarah, rakyat negeri ini yang jumlahnya 283 juta jiwa perlu tahu, bahwa Pertamina pernah mengalami masa emasnya > 50 tahun yang lalu. Dan, hari ini ---sebagaimana yang bunyi paragraf awal tadi--- kejayaan Pertamina kembali berkibar.
 Kalau doeloe pelabuhan-pelabuhan Tacoma, San Francisco, Honolulu, Hawaii, Subic (Amerika Serikat), sering disinggahi tanker-tanker Pertamina yang bernama MT. Permina Samudra III (28.000 DWT), MT. Permina Samudra V (28.070 DWT), MT. Permina Samudra VII (30.000 DWT), MT. Permina Samudra XIV (29.000 DWT), MT. Pertamina Samudra 104 (84.700 DWT), dan Pelabuhan Caracas, Venezuela, Panama, Mexico (Amerika Selatan) juga disinggahi tanker-tanker Pertamina dengan nama MT. Sally-1 (28.000 DWT) dan Sally-2 (28.000 DWT), maka hari ini berulang. PIS dengan tanker-tanker yang dimiliknya  mengulang sejarah dengan mejelajahi dunia. Mulai dari Hong Kong, Tianjin (China), Sikka (India), Dubai, Fujairah (Uni Emirat Arab), Aljazair, Australia, Amerika Serikat, Singapura, dan Malaysia sudah disinggahi.
Jika tempo doeloe kita bangga melihat cerobong tanker-tanker milik PN. Pertamina (berlogo "Sepasang Kudalaut Mengapit Bintang) lego jangkar di berbagai Pelabuhan dunia, maka hari ini bangsa Indonesia boleh bangga pula karena tanker-tanker milik Pertamina (PIS) cerobong kapalnya berlogo "Panah Melesat berwarna Biru, Hijau dan Merah) kembali bongkar muat di bandar-bandar tops dunia.
Kata "kapal milik pertamina" sengaja digaris bawahi, karena berlayar lintas tujuh samudra dan lima benua, bagi "pelaut sejati" yang biasa menamakan dirinya dengan "pelaut ocean going" adalah hal yang biasa. Tapi, berlayar di kapal-kapal milik bangsa sendiri (berbendera merah putih) adalah kebanggaan tersendiri bagi mereka yang memiliki rasa nasionlis tinggi.
Agaknya perlu juga diketahui, bahwa Pertamina International Shipping (PIS) yang didirikan pada akhir tahun 2016 adalah sebagai hasil pemisahan bisnis penyewaan kapal dari Pertamina. Pada tahun 2017, Pertamina menyerahkan empat unit kapal (MT Sei Pakning, MT Sungai Gerong, MT Sambu, dan MT Fastron) dan satu unit FSO (FSO Abherka) ke perusahaan ini. Pada tahun 2018, perusahaan ini mendirikan Pertamina International Shipping Pte. Ltd di Singapura. Pada tahun 2019, perusahaan ini mulai mengoperasikan satu unit kapal General Purpose (GP) yang diberi nama "PIS Patriot" untuk memperkuat armadanya di Singapura.
Pada tahun 2021, Pertamina resmi menunjuk perusahaan ini sebagai induk subholding pengapalan di lingkungan Pertamina. Sebagai bagian dari pembentukan subholding tersebut, Pertamina pun menyerahkan 71 unit kapal, aset kelautan selain sarana tambat, dan 99,99% saham PT Pertamina Trans Kontinental ke perusahaan ini. Pertamina juga menyerahkan enam terminal BBM dan LPG-nya untuk memperkuat rantai pasok perusahaan ini. Pada bulan April 2021, perusahaan ini mulai mengoperasikan 2 unit kapal tanker berkategori Very Large Crude Carrier atau VLCC, yakni Pertamina Prime (301.781 DWT) dan Pertamina Pride (301,000 DWT).
Yang membanggakan kita selaku bangsa yang sedang menuju Indonesia Emas di 2045, bendera kebangsaan yang digunakan pada kapal tanker Pertamina Prime dan Pertamina Pride adalah bendera Indonesia. Bukan hanya besar dalam armada tanker BBM, dalam tanker BBG pun PIS memahatkan kinerja. Â Pertamina International Shipping (9 Mei 2024) menambah dua armada tanker raksasa tipe Very Large Gas Carrier (VLGC) "Pertamina Gas Caspia" (58.300 DWT) dan "Pertamina Gas Dahlia" (59.000 DWT) yang merupakan kapal tanker gas raksasa terbesar di dunia.
 Melihat kinerja "generasi penerus di dunia perkapalan pertamina" ini, dimana tak sampai satu dasawarsa bisa mengulang sejarah kejayaan nama PERTAMINA, penulis selaku "generasi masa lalu pertamina"  perlu angkat jempol buat CEO PIS Yoki Firnandi  sambil berucap : "Teruskan, anak muda..!".
Meski terhitung 1 Januari 2001, institusi yang bernama Pertamina Direktorat Perkapalan, Kebandaran dan Komunikasi, yang awalnya lahir dari Keppres RI No. No. 44 tanggal 6 Desember 1975 kemudian disempurnakan ole Keppres No.11 tanggal 5 Maret 1990, tidak ada lagi di PERTAMINA. Bahkan di zaman Ibrahim Hasyim (yang menggantikan Direktur Ilham Syarif) Â direktorat ini sempat disebut Bidang Perkapalan Pertamina (saja). Â Namun tugas dan tanggung jawab perwira laut Pertamina Shipping selaku "pahlawan tanpa jasa" mengangkut BBM (crude atau oil product) dari pelabuhan muat (loading port) ke pelabuhan bongkar (discharging port) sampai negara RI tamat, akan selalu ada.
 Pekerjaan mulia yang dilakukan oleh pelaut-pelaut PIS tersebut berawal semenjak pertama kali Pertamina (d/h Permina) membeli dari Caltex (26 Agustus 1959) dua tanker bekas (tipe shalow draft, 3.220 DWT). MT. Caltex Bengkalis  diberi nama MT. Permina I dan MT. Caltex Rupat  diberi nama MT. Permina II, adalah dua tanker  cikal bakal  berkembangnya armada  tanker Pertamina di kemudian hari, yang di tahun 2025 akan menacapai 130 unit tanker dari berbagai ukuran.
Dalam mengenang kelahiran Pertamina  ke 67 di 10 Desember 2024, para Direktur Pertamina Shipping (yang waktu itu belum diembeli dengan Internasional) mulai dari Brigjen Drs Sukotjo, rahimahullah (1975-1979); Laksamana Muda Sumarno, rahimahullah (1979-1982); Drs. Indra  Kartasamita (1982-1992); Ir. Kartiyoso, rahimahullah (1992-1998); Ir. Ilham Syarif (Dir.PKK 1998-2000); Drs. Ibrahim Hasyim, MM, rahimahullah (Deputi Bidang Perkapalan 2001-2004) melihat keberhasilan PIS hari ini, akan bangga dan tersenyum di alam baqa sana.
Bekasi Jaya, 5 Desember 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H