Sayang, kejayaan karyawan laut (pelaut) Pertamina melanglangbuna lintas benua dan lintas samudra di penghunjung 1979 Â berhenti sama sekali. Waktu itu, selain dari pelabuhan (Shell, BP dan Esso) di Singapura, tanker-tanker Pertamina tidak berani menyinggahinya. Sempat beredar issue (kalau sekarang mungkin dikenal dengan istilah hoaks via medsos) jika ada tanker-tanker Pertamina yang masuk ke pelabuhan LN di mana saja negaranya, pasti akan disita.
Meski "Jasmerah tentang Pertamina" ini mungkin tidak akan ditemui jika kita bersilancar di ladang Mbah Google, namun sebagai pahatan sejarah, rakyat negeri ini yang jumlahnya 283 juta jiwa perlu tahu, bahwa Pertamina pernah mengalami masa emasnya > 50 tahun yang lalu. Dan, hari ini ---sebagaimana yang bunyi paragraf awal tadi--- kejayaan Pertamina kembali berkibar.
 Kalau doeloe pelabuhan-pelabuhan Tacoma, San Francisco, Honolulu, Hawaii, Subic (Amerika Serikat), sering disinggahi tanker-tanker Pertamina yang bernama MT. Permina Samudra III (28.000 DWT), MT. Permina Samudra V (28.070 DWT), MT. Permina Samudra VII (30.000 DWT), MT. Permina Samudra XIV (29.000 DWT), MT. Pertamina Samudra 104 (84.700 DWT), dan Pelabuhan Caracas, Venezuela, Panama, Mexico (Amerika Selatan) juga disinggahi tanker-tanker Pertamina dengan nama MT. Sally-1 (28.000 DWT) dan Sally-2 (28.000 DWT), maka hari ini berulang. PIS dengan tanker-tanker yang dimiliknya  mengulang sejarah dengan mejelajahi dunia. Mulai dari Hong Kong, Tianjin (China), Sikka (India), Dubai, Fujairah (Uni Emirat Arab), Aljazair, Australia, Amerika Serikat, Singapura, dan Malaysia sudah disinggahi.
Jika tempo doeloe kita bangga melihat cerobong tanker-tanker milik PN. Pertamina (berlogo "Sepasang Kudalaut Mengapit Bintang) lego jangkar di berbagai Pelabuhan dunia, maka hari ini bangsa Indonesia boleh bangga pula karena tanker-tanker milik Pertamina (PIS) cerobong kapalnya berlogo "Panah Melesat berwarna Biru, Hijau dan Merah) kembali bongkar muat di bandar-bandar tops dunia.
Kata "kapal milik pertamina" sengaja digaris bawahi, karena berlayar lintas tujuh samudra dan lima benua, bagi "pelaut sejati" yang biasa menamakan dirinya dengan "pelaut ocean going" adalah hal yang biasa. Tapi, berlayar di kapal-kapal milik bangsa sendiri (berbendera merah putih) adalah kebanggaan tersendiri bagi mereka yang memiliki rasa nasionlis tinggi.
Agaknya perlu juga diketahui, bahwa Pertamina International Shipping (PIS) yang didirikan pada akhir tahun 2016 adalah sebagai hasil pemisahan bisnis penyewaan kapal dari Pertamina. Pada tahun 2017, Pertamina menyerahkan empat unit kapal (MT Sei Pakning, MT Sungai Gerong, MT Sambu, dan MT Fastron) dan satu unit FSO (FSO Abherka) ke perusahaan ini. Pada tahun 2018, perusahaan ini mendirikan Pertamina International Shipping Pte. Ltd di Singapura. Pada tahun 2019, perusahaan ini mulai mengoperasikan satu unit kapal General Purpose (GP) yang diberi nama "PIS Patriot" untuk memperkuat armadanya di Singapura.
Pada tahun 2021, Pertamina resmi menunjuk perusahaan ini sebagai induk subholding pengapalan di lingkungan Pertamina. Sebagai bagian dari pembentukan subholding tersebut, Pertamina pun menyerahkan 71 unit kapal, aset kelautan selain sarana tambat, dan 99,99% saham PT Pertamina Trans Kontinental ke perusahaan ini. Pertamina juga menyerahkan enam terminal BBM dan LPG-nya untuk memperkuat rantai pasok perusahaan ini. Pada bulan April 2021, perusahaan ini mulai mengoperasikan 2 unit kapal tanker berkategori Very Large Crude Carrier atau VLCC, yakni Pertamina Prime (301.781 DWT) dan Pertamina Pride (301,000 DWT).
Yang membanggakan kita selaku bangsa yang sedang menuju Indonesia Emas di 2045, bendera kebangsaan yang digunakan pada kapal tanker Pertamina Prime dan Pertamina Pride adalah bendera Indonesia. Bukan hanya besar dalam armada tanker BBM, dalam tanker BBG pun PIS memahatkan kinerja. Â Pertamina International Shipping (9 Mei 2024) menambah dua armada tanker raksasa tipe Very Large Gas Carrier (VLGC) "Pertamina Gas Caspia" (58.300 DWT) dan "Pertamina Gas Dahlia" (59.000 DWT) yang merupakan kapal tanker gas raksasa terbesar di dunia.
 Melihat kinerja "generasi penerus di dunia perkapalan pertamina" ini, dimana tak sampai satu dasawarsa bisa mengulang sejarah kejayaan nama PERTAMINA, penulis selaku "generasi masa lalu pertamina"  perlu angkat jempol buat CEO PIS Yoki Firnandi  sambil berucap : "Teruskan, anak muda..!".
Meski terhitung 1 Januari 2001, institusi yang bernama Pertamina Direktorat Perkapalan, Kebandaran dan Komunikasi, yang awalnya lahir dari Keppres RI No. No. 44 tanggal 6 Desember 1975 kemudian disempurnakan ole Keppres No.11 tanggal 5 Maret 1990, tidak ada lagi di PERTAMINA. Bahkan di zaman Ibrahim Hasyim (yang menggantikan Direktur Ilham Syarif) Â direktorat ini sempat disebut Bidang Perkapalan Pertamina (saja). Â Namun tugas dan tanggung jawab perwira laut Pertamina Shipping selaku "pahlawan tanpa jasa" mengangkut BBM (crude atau oil product) dari pelabuhan muat (loading port) ke pelabuhan bongkar (discharging port) sampai negara RI tamat, akan selalu ada.
 Pekerjaan mulia yang dilakukan oleh pelaut-pelaut PIS tersebut berawal semenjak pertama kali Pertamina (d/h Permina) membeli dari Caltex (26 Agustus 1959) dua tanker bekas (tipe shalow draft, 3.220 DWT). MT. Caltex Bengkalis  diberi nama MT. Permina I dan MT. Caltex Rupat  diberi nama MT. Permina II, adalah dua tanker  cikal bakal  berkembangnya armada  tanker Pertamina di kemudian hari, yang di tahun 2025 akan menacapai 130 unit tanker dari berbagai ukuran.