Negeri (bernama) Kembar di Minangkabau
Oleh  Muchwardi Muchtar
Bila selama ini kita hanya mengenal adanya istilah Kota Kembar (seperti Banda Aceh dengan Apeldoorn, Belanda; Medan dengan George Town (Penang); Â Jakarta dengan Los Angeles; Bogor dengan St. Louis; Bandung dengan Paris; Semarang dengan Brisbane; Yogyakarta dengan Kyoto..... dan seterusnya) maka di Sumatra Barat (Minangkabau) kita akan menjumpai ada nama Nagari (negeri) atau wilayah kembar dengan nama negeri)/wilayah lainnya di Nusantara. Entah "temuan" saya ini kebetulan saja adanya, entah memang ada unsur kesengajaan meniru nama lain, kita kembalikan saja kepada para pakar perkotaan yang berliteraturkan asbabun nuzul sebuah nama tempat.
1) Pantai Sanur = Pantai Sunua
Sunua (atau Sunur dalam ejaan bahasa Indonesia) adalah salah satu nagari yang sekarang termasuk kedalam wilayah Kecamatan Nan Sabaris, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatra Barat, Indonesia. Nagari ini terletak sekitar 45 km dari barat laut Kota Padang atau sekitar 8 km dari selatan Kota Pariaman
Ciri khas dari Pantai Sunur adalah pasirnya yang berwarna abu-abu kehitaman dan memiliki banyak pohon cemara yang menciptakan suasana rindang. Berada di Pantai Sunur saat siang hari ketika matahari sedang terik-teriknya bukan menjadi masalah.
Di Pantai Sunur banyak terdapat warung yang menjajakan makanan yang didominasi oleh olahan laut. Selain rasanya yang enak, bahan makanan yang digunakan pun dijamin fresh dan berkualitas. Sama seperti pantai kebanyakan, melihat sunset dari Pantai Sunur  menjadi kegiatan menarik yang tidak boleh dilewatkan.
Sekitar 2.511 km dari Sunur, Pariaman ---melalui Jl. Tol Kayu Agung -- Bakauheni--- ada pula satu daerah yang namanya nyaris sama. Bahkan, kalau masih bertahan dengan nama asli (Sanua yang kemudian berubah menjadi Sunua) namanya jadi kembar. Sama-sama bernama Pantai Sanur (Pariaman) dan Pantai Sanur (Bali).
Sejarah pantai Sanur sebagai tempat liburan di pulau Bali mulai diperkenalkan pada tahun 1937 oleh seniman asal negara Belgia, yang bernama A.J. Le Mayeur. Seniman Belgia ini memiliki istri orang Bali yang bernama Ni Polok. Cara A.J. Le Mayeur mengenalkan keindahan Sanur beach ke mancanegara dengan membuat lukisan tentang pantai ini dan melakukan pameran lukisan ke mancanegara. Karena hal ini, pantai di Sanur Bali, mulai dikenal dunia internasional. Dapat dikatakan daerah Sanur adalah salah satu perintis pariwisata pulau Bali yang membuat pariwisata Bali terkenal sampai saat ini.
Sayangnya tidak ada literatur yang menjelaskan tahun berapa Pantai Sunur (d/h Sanur) di Pariaman mulai dikenal orang. Meski catatan tertua mengatakan  bahwa Pariaman ditemukan oleh Tomec Pires (1446-1524), seorang pelaut Portugis yang bekerja untuk kerajaan Portugis di Asia, tidak dijelaskan apakah pantai  Sunur sudah diberi nama waktu itu.
Yang jelas Pantai Sunur di Pariaman menyangkut keindahan alamnya tidak akan kalah dengan Pantai Sanur di Bali. Bedanya hanya satu saja. Kota Pariaman selaku bagian dari Ranah Minang yang berkredokan Adat Bersandi Syarak, Syarak Bersandi Kitabullah (ABS-SBK), sudah pasti tidak akan membolehkan wisatawan yang berkunjung untuk mandi atau bersilancar ombak di pantai pakai bikini.
2) Jurang Mangu = Ngarai Sianok
Ngarai Sianok di Bukittinggi merupakan sebuah lembah sempit yang dikelilingi oleh bukit-bukit bertebing curam yang dihiasi dengan aliran sungai kecil di tengahnya. Bicara tentang Ngarai Sianok yang sempat dijuluki "grand canyon" Bukittinggi, saya kira tidak perlu lagi diperdebatkan keindahannya. Kontur Lembah Sianok terbentuk karena proses turunnya sebagian lempengan bumi, sehingga menimbulkan patahan berwujud jurang yang curam. Ngarai ini membentang sejauh 15 km dari sisi selatan Nagari Koto Gadang hingga Nagari Sianok Enam Suku, dengan kedalaman tebing mencapai 100 meter dan lebar celah sekitar 200 meter.
Ngarai Sianok, di samping menjadi salah satu tempat tujuan wisata di ranah minang, belakangan  banyak warga Kota Bukittinggi mengisi akhir pekan mereka dengan berolahraga di sekitar ngarai ini. Olahraga yang biasa dilakukan di sini antara lain, tracking, bersepeda gunung, maupun sekedar berjalan-jalan ringan melepas kepenatan.
Jika Anda hanya singgah sejenak di Bukittinggi dan tidak memiliki banyak waktu, tidak perlu khawatir. Anda masih dapat menikmati keindahan panorama Ngarai Sianok yang menghijau dari kejauhan di sebuah tempat bernama Taman Panorama. Di taman yang terletak di Jalan Panorama, Kota Bukittinggi ini, pengunjung dapat bersantai sejenak sambil mengagumi dan mengabadikan pemandangan indah lembah ini. Sambil menikmati suasana, pengunjung juga bisa berbelanja beberapa souvenir khas Bukittinggi di kios-kios di sepanjang jalan setapak taman ini.
Ketika menyebut nama ngarai di Bukittinggi ini saya jadi teringat pada nama tempat yang namanya mirip dengan Ngarai Sianok (jika dibahasa Indonesiakan).
Jurang Mangu adalah nama dua tempat di Pulau Jawa. Satunya nama sebuah tempat (desa) di Pondok Aren, Tangerang, Provinsi Banten, dan satunya lagi desa yang paling kecil di wilayah Kecamatan Pulosari, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
Di awal tahun 2000-an nama Jurangmangu tidak sering terdengar disebut-sebut orang via media massa. Semenjak maju pesatnya industri perkereta-apian di republik ini kata Jurangmangu seakan akrab di kuping para penumpang Kereta Api Jabodetabek, khususnya jalur Kebayoran -- Tangerang.
Stasiun Jurangmangu atau Stasiun Jurang Mangu (JMG) merupakan sebuah stasiun kereta api kelas III/kecil yang terletak di Sawah Lama, Ciputat, Tangerang Selatan. Stasiun yang terletak pada ketinggian +25 meter ini termasuk ke dalam Daerah Operasi I Jakarta. Meskipun bernama Jurangmangu, stasiun ini tidak berada di atas jurang yang mengerikan kalau kita menengok ke bawahnya. Lokasinya di dataran biasa, Â terletak di sebelah selatan kelurahan Jurangmangu itu sendiri.
Bila kita buka Kamus Bahasa Indonesia edisi elektronik (Pusat Bahasa, 2008) makna dari dua kata yang membentuk nama desa tersebut sungguh menakjubkan bukti kekembarannya.
Dalam bahasa Indonesia JURANG bisa berarti NGARAI, dan kata MANGU, termangu berarti termenung; terdiam (karena sedih, kecewa, bingung, terkejut). Kemudian arti kata ANOK dalam bahasa Minang bila dibahasa Indonesiakan berarti bungkam atau diam. Terdiam = Termangu.
Apakah pemberian nama desa Jurang Mangu di Tangerang Selatan terinspirasi dari nama Ngarai Sianok yang sudah ada semenjak nenek moyang "orang kurai" di Bukittinggi, Kabupaten Agam  menemukan ngarai yang indah di daerahnya?! Wallahu alam.
3) Pauhkambar = Manggadua
Nagari Pauh Kamba berada di Kecamatan Nan Sabaris, Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatra Barat. Luas nagari 4,97 kilometer persegi ini berjarak 0,5 kilometer dari ibu kota kecamatan, 14 kilometer dari ibu kota kabupaten dan 44 kilometer dari ibu kota provinsi. Â Penduduknya 6.390 jiwa (2017), terdiri dari 3.049 laki-laki dan 3.341 perempuan. Nagari Pauh Kamba terdiri dari 8 korong, yakni: 1. Bayur, 2. Gunung Basi, 3. Kampung Kandang, 4. Parit, 5. Pasar Pauh Kamba, 6. Pauh Kamba Hilir, 7. Pinang, 8. Rimbo Dulang-Dulang.
Mengacu pada nama aslinya dalam baso Minang Pauah Kamba dapat dijelaskan sebagai berikut : pauah (bahasa Indonesia pauh) adalah jenis buah-buahan yang sama dengan mangga. Sedangkan kata kamba dalam bahasa Minang berarti kembar, dan dibakukan oleh Pemda menjadi Pauhkambar (yang seharusnya : Pauhkembar).
Sekitar 1.321 km dari Pauhkambar, Pariaman ---melalui Jl. Tol Kayu Agung -- Bakauheni--- ada pula satu daerah yang namanya nyaris sama kalau dibahasa Indonesiakan, yaitu Mangga Dua di wilayah Jakarta Pusat. Kita tidak akan membicarakan pusat perbelanjaan yang bernama  ITC Mangga Dua atau Mangga Dua Mall di wilayah tersebut. Yang menjadi fokus bahasan adalah menyangkut nama tempat di Pariaman ternyata juga menjadi nama tempat  di Jakarta.
Seperti yang telah dikemukakan di atas tadi, PAUH = sejenis dengan buah MANGGA, Â dan KEMBAR dalam bahasa Indonesia = mirip; Â rangkap; dobel/ DUA. Oleh karena itu nama daerah Pauhkambar di Pariaman sama juga artinya (dalam bahasa Indonesia) dengan Manggadua. Sejauh ini saya belum bisa mengatakan apakah desa Pauhkambar (Manggadua) di Pariaman adalah nama tempat yang lebih dahulu lahirnya sebelum orang mengenal nama tempat yang sama di Jakarta Pusat.
Bukan berarti penulis di Kompasiana yang sedang Anda baca ini pengidap chauvisme yang berlebihan, bila di sini saya mengatakan, bahwa orang Minang itu memang hebat. Sampai-sampai untuk membuat nama negeri atau wilayahnya orang Bali, orang Tangerang bahkan orang Jakarta ---tempo doeloe--- mesti "meniru" dari nama-nama di daerah Minangkabau sebagai nama tempat di wilayahnya.
                                                                                            Bekasi Jaya, 2 Desember 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H