.
KEMBALIKAN KITA KEPADA KAMI
Oleh Muchwardi Muchtar
Hari ini, setiap kita mendengarkan dialog atau wawancara di radio atau televisi acap kali terdengar pemakaian kata dalam Bahasa Indonesia yang salah oleh mereka yang berbicara. Jika pewawancara yang bertanya kepada teman diskusinya sedikit cerdas, sebetulnya saat itu juga ia bisa langsung memperbaiki pemakaian kata dalam Bahasa Indonesia yang tidak tepat tersebut. Dengan secara langsung ---dalam dialog tersebut--- pihak pewawancara mengingatkan teman bicaranya untuk teliti dalam menggunakan kata kita atau kami, berarti dia sudah punya andil dalam mencegah semakin rusaknya penggunaan kata kita dan kami dalam dialog.
Diharapkan untuk ke depan kesalahan pemakaian kata kita dan kami yang sudah akut ini bisa dikurangi, sehingga nantinya makna kita dan kami yang hakiki benar-benar bisa dipahami oleh generasi penerus.
Namun, masalahnya apakah host  (di televisi atau radio) tersebut punya pengetahuan  bahwa pemakaian kata kami dan kita yang semakin parah akhir-akhir ini adanya di televisi dan radio yang mereka kelola?
      Ketika penyimpangan pemakaian kata kami menjadi kita ini mulai dipopulerkan oleh generasi Baby Boomers*) di tahun 70-an melalui radio (Prambors, ARH, Kayumanis, dll), jika ada pendengar (di rumah) mendengar kata yang dimaksudkan si pembicara adalah kami, tapi digunakan kata kita, mereka akan langsung menelepon operator radio swasta tersebut. Biasanya secara on air komentar dari pendengar akan diudarakan saat itu oleh radio yang bersangkutan.
"Kita? Akh..., loe aja kali. Gue nggak.....!"
Dengan adanya ledekan sambil bercanda ini, biasanya radio yang tengah menyiarkan dialog tersebut akan memperbaiki penggunaan kata kita yang seharusnya digunakan kami tersebut.
Soalnya pendengar di rumah paham, bahwa kita itu berarti orang yang mendengar pembicaraan di radio atau televisi juga terlibat dengan topik yang dibicarakan. Padahal sejatinya, apa yang dikisahkan mereka dalam dialog, pendengar di rumah tidak bereperan serta.
Maka zaman itu populerlah jargon ngeledek dari para pendengar (selaku pihak ketiga) :
"Kita? Akh..., loe aja kali. Gue nggak.....!"
      Seiring dengan perjalanan waktu, ketika kehidupan manusia madani sudah mulai dengan pola hidup emangnya gue pikirin (E-ge-pe), lagak langgam generesi  Baby Boomers dalam bertutur basa gaul semakin terjadi pembiaran (masa' bodo). Sementara "centeng bahasa" seperti Jus Badudu, Anton Muliono, Amin Singgih, Lukman Hakim yang setiap pekan ---tempo doeloe--- selalu ada di TVRI, kini tidak ada lagi. Oleh karena itu jangan heran jika pada  saluran televisi ada keanehan berbahasa, kita dengan kuping nyaman membiarkan testimoni selebiritis tentang dirinya, atau cuek ketika Kadiv Humas, atau Juru Bicara Instansi memberi penjelasan dengan kalimat aneh ---salah kaprah--- seperti ini :
- "Kita selaku penggemar narkoba yang akut sudah semakin terdesak, akhirnya mencoba insaf", ujar salah seorang selebritis agak ternama.
- "Kita berhasil mengejar pelaku curanmor tersebut hingga ke sarangnya di desa Mangu", ujar Pak Kombes yang jadi juru bahasa Kepolisian sebuah Provinsi.
- "Penuggak pajak hingga tahunan itu telah kita paksa melunasinya karena sanksi pidana menunggu mereka jika mangkir", kata jubir Dirjen Pajak.
Cobalah kita perhatikan dengan seksama tiga kalimat yang saya kutip dari media elektronik yang bernama televisi di atas.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata kami (ka*mi) adalah orang yang berbicara bersama dengan orang lain (tidak termasuk orang yang diajak berbicara); tidak termasuk pembaca ceritanya, tidak termasuk pendengar atau penonton siarannya. Kemudian, kata kita (ki*ta) adalah pronomina persona pertama jamak, yang berbicara bersama dengan orang lain termasuk yang diajak bicara; juga pendengar atau penonton yang tengah menyaksikan dialog melalui layar kaca tersebut.
Apakah Anda membiarkan terus kebodohan yang tengah berlangsung di sekitar kita dalam era "e-ge-pe" yang semakin menjadi-jadi di negeri kita belakangan ini?
Relakah Anda selaku pendengar atau penonton siaran berita di rumah (pada kalimat No.1) disamakan dengan mereka yang menjadi pengidap narkoba akut? Apakah betul Anda selaku pendengar atau penonton siaran berita di warung atau di bengkel saat itu (pada kalimat No.2) dikatakan oleh Pak Kombes juga ikut mengejar pencuri motor hingga ke desa Mangu? Betulkah Anda selaku pendengar atau penonton yang lagi isoma di tempat kerja (pada kalimat No.3) ikut memaksa penunggak pajak agar segera membayar pajaknya yang terutang?
Jika Anda selaku manusia madani  tidak rela, tidak merasa ikut atau tidak pernah terlibat dengan statemen salah yang bersileweran di radio dan televisi belakangan ini, katakanlah dengan lantang "Kembalikanlah kita kepada kami, wahai para host, jubir dan orang-orang yang senang diwawancarai para pewarta"...!!!!
Masih mangkuskah jika ada penonton di rumah mengirimkan SMS atau WA kepada saluran televisi yang menyiarkan kata-kata salah melalui siaran langsung tersebut di atas? Atau, kita selaku bangsa Indonesia yang berusaha menggunakan bahasa lisan dan tulisan dengan baik dan benar akan mencoba berusaha mengingatkan sesama manusia madani untuk berhentilah merusak Bahasa Indonesia. Salah satu caranya ---seperti yang tengah saya lakukan--- Â adalah menulis melalui media yang tengah Anda baca ini.
Bekasi Jaya, 15 September 2024
*)PEMBAGIAN GENERASI :
Menurut Beresfod Research secara umum pengelompokan generasi adalah sebagai berikut:
- Generasi Alpha, yaitu mereka yang lahir antara tahun 2010-2011 hingga sekarang.
- Gen Z: kelahiran 1997-2012 dan berusia antara 9-24 tahun pada 2021
- Gen Y atau Millennials: kelahiran 1981-1996 dan berusia antara 25-40 tahun pada 2021
- Gen X: kelahiran 1965-1980 dan berusia antara 41-56 tahun pada 2021
- Baby Boomers: kelahiran 1946-1964 dan berusia antara 57-75 tahun pada 2021,
(Kompas.com : "Mengenal Apa Itu Generasi Baby Boomers, X, Y, Z, Millenials, dan Alpha", https://www.kompas.com/tren/read/2021/12/26/170000565/mengenal-apa-itu-generasi-baby-boomers-x-y-z-millenials-dan-alpha?page=all).
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI