Di Tanah suci kita akan mengunjungi tempat-tempat bersejarah para nabi dan rasul. Dengan menyaksikan tempat-tempat tersebut dan mempelajari sepak terjang mereka maka kita akan sampai pada tahapan ainul yakin dan haqqul yakin sehingga menginspirasi kita untuk belajar dari para pendahulu.
Ibadah haji penuh dengan 'gerakan' dari satu tempat menuju tempat lain. Dari Miqat menuju Arafah, dari Arafah menuju Muzdalifah, dari Muzdalifah menuju Mina. Haji merupakan gerakan bukan sekedar perjalanan. Bila perjalanan akan sampai pada ujung, maka haji adalah sasaran yang berusaha kita dekati, bukan tujuan yang kita capai. Untuk menuju Allah ada 3 fase yang harus dilalui : Arafah, Masy'ar (Muzdalifah) dan Mina. Arafah berarti "Pengetahuan", Masy'ar berari "Kesadaran" dan Mina berarti Cinta dan keimanan. Arafah melambangkan penciptaan manusia dan tempat pertemuan Adam dan Hawa, di sanalah mereka saling memberi kasih sayang.
Berkumpulnya umat Islam sedunia melaksanakan Ibadah haji merupakan sarana dan media efektif untuk meningkatkan dakwah Islamiyah dan mempersatukan umat manusia dalam satu panji Islam yang akan menggentarkan musuh-musuhnya.
Indikator Haji Mabrur
Kembalinya dari haji, kita masih merasa dekat dengan Allah swt, sehingga alangkah baiknya bila kebiasaan selama berhaji dilanjutkan sebelum datangnya rasa malas dan jemu yang membuat sirna haji kita bersama tiupan angin. Berjuanglah agar kita tidak menjadi lemah sebagaimana ketika berjuang pada hari-hari kita berada di tempat yang suci tersebut.
Bersamaan dengan kepulangan kita menuju tanah air, yaitu: janganlah kita memandang terhadap diri sendiri seperti pandangan orang-orang yang tertipu, yaitu orang-orang yang apabila mengerjakan sedikit saja keta'atan, mereka menganggap diri mereka seolah-olah manusia paling mulia dimuka bumi, akan tetapi lihatlah dirimu dengan pandangan kekurangan, karena sesungguhnya sebanyak apapun amal shalih yang kita kerjakan, maka ia tidak bisa digunakan untuk mensyukuri kenikmatan terkecil yang Allah anugerahkan terhadap kita.
Rasulullah saw mengajarkan kepada kita bagaimana cara beribadah kepada Allah swt, Beliau beribadah di malam hari hingga bengkak kedua kakinya, apabila mereka bertanya akan hal tersebut, beliau akan menjawab: "Apakah aku tidak boleh untuk menjadi hamba yang sangat bersyukur?" Dan Nabi saw bersabda:"Demi Allah, sesungguhnya aku meminta ampun dan bertaubat kepada Allah swt dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali" HR - Bukhari
Haji Mabrur
Mabrur atau tidak dari ubudiah haji hanya dipahami oleh masing-masing pribadi. Namun demikian himpunan pengalaman keberagamaan itu, mengarah pada sejumlah indikator kemambruran haji, seseorang. Mari direnungkan sejauh mana ada perubahan pada diri dalam konteks hubungan dengan Allah dan hubungan sesama manusia, sebelum berangkat haji dibandingkan dengan paska pelaksanaan ubudiah itu. Artinya, "Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik" (QS. Al-Ankabuut: 69)
Artinya, "Adapun orang yang melampaui batas, (37) dan lebih mengutamakan kehidupan dunia (38) maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya). (39) Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Rabbnya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya (40) maka sesungguhnya surgalah tempat tinggal(Nya)" (QS. An-Nazi'aat:37-41).
Semoga bermanfaat.