Kematian akan selalu mendatangi makhluk yang bernyawa. Pada saat kematian itu datang, kita sebagai makhluk Allah tidak memiliki apa-apa untuk bernegosiasi. Tiada ada harapan, meski hanya sekedar meminta penundaan, mempercepat, memilih tempat yang sesuai atau diberi waktu tenggang guna membenahi urusan dunia yang terbengkalai. Baik itu harta dan keluarga, amal sosial, ibadah, maupun urusan lainya.
Kematian menjadi pilihan tematik "Tausiah Bulanan" yang diselenggarakan oleh Paguyuban Keluarga Nagari Lawang (Kecamatan Matur, Kabupaten Agam), yang berlangsung 2 Oktober 2022, di rumah H. Nico Masri e.Datuk Temanggung Kayo, SH.MH, Pengurus Yayasan Keluarga Besar Lawang, Jabodetabek.
Tema ini telah dipilih oleh pengurus dan akan disampaikan oleh Ustadz Dr. Elfa Hendri Mukhlis, MA jauh hari sebelum insiden tragis yang terjadi di Stadion Kanjuruhan, Malang (1. Oktober, 2022), malam. Dalam peristiwa ini telah meninggal lebih 130 orang dan sejumlah lain yang masih dalam perawatan.
Terlepas dari hasil penyidikan kepolisian dan pihak terkait tentang penyebab mematian dan siapa yang bertanggung jawab, korban yang meninggal dan keluarga, tidak lah menyangka bahwa mereka akan meninggal kan dunia yang fana ini. Karena niat nya ke lapangan bola ini, untuk menyaksikan pertandingan antara Arema Malang melawan Persebaya.
Ingat lah saudara ku, jamaah keluarga Lawang di Rantau ini dan para jisan dan kerabat, bahwa kematian itu sudah pasti datang, seperti tercantum dalam Surat Al Anbiyaa ayat 35, artinya "Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu akan dikembalikan hanya kepada Kami"
Allah kemudian menetapkan garis bahwa hidup adalah ujian. Kami akan menguji kamu dengan dua macam ujian, keburukan dan kebaikan, sebagai cobaan untuk mengukur kualitas iman dan kesabaran manusia. Dan kamu, seluruh manusia, akan dikembalikan hanya kepada Kami untuk mempertanggungjawabkan hidup di dunia dan mendapatkan hasilnya, keridaan Allah atau murka-Nya.
Surat Al Baqarah ayat 155, artinya "Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, "Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun.". Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
Pertanyaan kunci yang perlu dijawab adalah, apakah akan meninggal dengan "husnul khatimah", dengan umur panjang atau sebaliknya meninggal dalam usia pendek dan menderita?.
Kembali pada kasus tragedi Kanjuruan sebagai misal, seorang ibu tidak akan menyangka dua anaknya meninggal saat itu, meninggal karena kapanikan penonton di saat dihalau dengan semprotan gas air mata. Sebuah umur yang pendek dengan akhir yang tidak diharapkan.
Bantuk kematian kedua adalah seorang hamba yang berumur panjang, dekat dengan pencita dan sesama makhluk, taat dalam menjalankan perintah dan menghindari larangan. Hamba yang selalu merasakan pahit getir dan keceriaan hamba di sekitarnya, selalu berbagi atas nikmat yang Allah yang diperolehnya.
Dalam uraian ceramah Ustadz Elfa itu, hamba hamba yang dicintai Allah perlu mempersiapkan datang nya kematian. Baik kematian dengan pola pertama "keburukan" maupun kedua "kebaikan". Secara khusus unuk kematian pola pertama, tidak ada waktu untuk memperbaiki diri dan menamah amal.
Perlu direnungkan dengan dalam, saat kematian datang tanpa pemberitahuan itu, mengakakibatkan kepanikan, kesedihan dan memporak-porandakan alur kehidupan dunia yang bersifat sementara dan sebuah permainan. Banyak orang tidak memiliki kesempatan untuk mempersiapkan kematian itu, karena terbuai oleh kesibukan dunia.
Hanya kain kafan yang menyertai diri semua manusia makhluk Allah, disaat dimasukkan ke liang lahat. Apakah kita telah mempersiapkan bekal lebih dini ?. Anak yang shaleh, amal jariah atau ilmu yang bermanfaat?
Barkaitan dengan ujian kematian ini, diperlukan ekstra kesabaran seorang hamba dan selalu mendekat kan diri kepada Allah Swt dan juga menjadikan diri seorang hamba untuk kembali mendekatkan diri kepada-Nya. Allah Swt memerintahkan kepada Nabi Muhammad Saw, untuk memberi kabar gembira bagi siapa pun yang bersabar dalam segala bentuk ujian, yaitu kemuliaan dan keagungan karena telah sabar atas segala bentuk ujian baik di dunia ini maupun di akhirat nanti.
Sabar itu sendiri terdiri dari tiga tingkatan. Pertama, adalah sabar dalam menghadapi sesuatu yang menyakitkan, seperti musibah, bencana atau kesusahan. Kedua, yakni sabar dalam meninggalkan perbuatan maksiat, dan Ketiga yaitu sabar dalam menjalankan ketaatan.
Sementara Surat Al Baqarah ayat 157 menegaskan bahwa sebagai imbalan dari sifat sabar atas ujian yang telah diberikan adalah Allah akan memberikan keberkahan dalam hidupnya secara sempurna. Hal ini bisa jadi imbaalan sebagai ganti bagi orang-orang yang bersabar atas ujian atau cobaan Allah; berupa limpahan pengampunan, pujian, menggantikan yang lebih baik dari sebelumnya dan lain sebagainya.
Dalam kondisi menghadapi kematian, disaat sakit menghampiri, kepanikan, emosi yang labil dari kerluarga yang ditinggalkan. Tidak jarang pula kebingungan dalam penanganan jenazah terjadi. Ketika dalam kondisi itu, sering pula dhadapi sulitnya informasi dan acuan dalam penanganan musibah kematian, sakratul maut, memandikan, mengkafani dan menguburkannya, termasuk saat menghadapai musibah sakit. Tentunya juga, apa yang ditempuh paska kematian, karena kerabat yang dipanggil Allah itu, adalah bahagian dari keluarga sendiri.
Sebuah buku berjudul "Manajamen Kematian", di terbitkan 7 tahun yang lalu (2015), diharapkan dapat menjadi salah satu rujukan ketika musibah datang, baik keadaan sakit, sakratul maut, sudah meninggal dan seusai pemakaman. Penerbitan bersama dengan Mesjid Al Hurriyah, Koperasi Syari'ah Al Inayah-BMS Foundation, Yayasan Insan Kamil, Yayasan Silaturrahmi dan Unit Pelayanan Penazah (Puri Indah dan sekitarnya), Paguyuban Rumah Batu, Lawang dan Yayasan Pembangunan Masyarakat Utama Indonesia (YPMUI). Editor sekaligus penulis yakni Hermansyah, A.Rohadi dan Muchtar Bahar, setetebal 200 halaman, lebih.
Mungkin buku ini, dapat digunakan sebagai salah satu tambahan referensi untuk dapat memperdalam kesadaran saat dalam musibah sakit, ketika sakratul maut mendekat, pengurusan janazah hingga pemakaman. Lebih penting adalah mempersiapkan diri menghadapi kematian itu sendiri, dengan anugerah umur panjang atau pendek. Ustadz Dr.Elfa menekan kan, silahkan pilih mau mati meninggal dengan "kebaikan" atau "keburukan", terserah anda!.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H