Oleh : Yaniwarti Dhira
●Aku suka sekali mengenang-ngenang
●Ketika kecil bersama amak di Lawang
●Awalnya tinggal di pasar di kedai usang
●Lalu tinggal di atas tanah lapang
●Tanah sirah disebut orang
●Rumah sederhana tempat kami pulang sore menjelang
●Didepan rumah banyak orang lalu lalang
●Puasa menjelang hari raya amak membuat lamang
●Beras ketan dan santan dimasukkan dalam talang
●Ditambahkan garam sebayang-bayang
●Dalam talang dialas daun pisang
●Daun dalam talang diputar-putar amak dengan senang
●Berharap anaknya nanti makan lamang
●Dibakar-bakar di tungku arang
●Ditiup-tiup apinya berulang-ulang
●Mata amak terpicing, kadang air mata tergenang
●Disembur asap tak kenal sayang
● Sampai akhirnya jadi lemang
●Lamang.... lambang kasih sayang
●Untuk anak amak yg segera pulang
●He anak-anak
●Amak sudah bersusah membuat lamang
●Anak-anak kadang tidak memakan dan tidak memandang
●Tapi amak tidak berang
●Kini aku terkenang-kenang
●Kenapa amak tidak lagi membuat lamang
●Lamang lambang kasih sayang
●Kutitip tanya bagi yang pulang....
---------------------------------------------
*Yaniwarti, DCN, M.Kes.Tenaga kesehatan di RS Mohammad Hoesin Palembang, tinggal di Palembang.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI