Arbiter Tutiko seorang yang peduli pada lingkungan. Tidak hanya pada keluarga tetapi juga pada rekan kerja dan tempat tinggal. Dalam perjalanan hidupnya hampir 44 tahun selalu menanam benih manfaat. Refleksi ini diungkapkan oleh sejawat kerja dan sahabat Arbiter Tutiko dalam acara silahturahmi dan tausiah setelah dia wafat di Dili, Timor Timur. Mengenang almarhum yang berlangsung di kantor Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sosial Ekonomi (LPPSE) Jati Padang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan .(Mei 1996).
Arbiter Tutiko lahir di Turawan (Batusangkar, Sumatra Barat) Juni 1952, meninggal saat menjalankan tugas sebagai konsultan Bank Indonesia (BI) Timor Timur pada tahun 1996. Almarhum di kebumikan di tempat kelahirannya Turawan, Batusangkar, 25 Maret 1996.
Sesudah menyelesaikan pendidikan tingkat lanjutan “SMA” telah merantau ke Jakarta dengan kemandiriannya, melanjutkan studi di UPN Jakarta dan menamatkan Sarjana Muda ekonomi pada tahun 1982, kemudian melanjutkan studi S1 di fakultas ekonomi Universitas Muhammadiyah Jakarta. Selain menjalankan pendidikan formal, almarhum Arbiter Tutiko juga mengikuti pelatihan di dalam dan luar negeri, diantaranya; latihan Pengembangan Industri Kecil oleh Lembaga Penelitian, Pendidikan, Penerangan Ekonomi Sosial (LP3ES) tahun 1983, pelatihan pelatih (TOT) di LP3ES 1985, latihan Metorologi Penelitian LP3ES 1987. Mengikuti latihan LSM dan pembangunan kota (LPPSE, Jaringan LSM Perkotaan, Institute for Housing Studies (IHS) Roterdam) yang dibantu oleh pemerintah Belanda, yang berlangsung di Jakarta, Rotterdam (Belanda), dan Bangkok selama 6 bulan di tahun 1992.
Perjalanan karir almarhum Arbiter Tutiko tidak lepas dari kepeduliannya kepada masyarakat kecil. Sejak tahun 1975 hingga 1989 bergabung di LP3ES sebagai Tenaga Pengembangan Industri Kecil di Cirebon, manajer program perbaikan kampung, tenaga ahli sanitasi dan air bersih di DKI Jakarta, serta berbagai program pengembangan masyarakat dan Industri kecil di LP3ES. Sejak tahun 1989, membidani lahirnya LPPSE dan merintis berbagai program pengembangan masyarakat kota, penataan kampung kumuh dan pelatihan-pelatihan lembaga keuangan masyarakat. Rangkaian kegiatan itu berlangsung sejak tahun 1989-1994. Dengan pengalamannya yang kaya dalam pengembangan industri kecil, usaha kecil serta pemberdayaan masyarakat dia ikut aktif menjadi tenaga ahli di PT.Tri Aco Development Consultant, PT.Pupuk Kaltim dan PT.Daun Buah yang berpusat di Samarinda, Kalimantan Timur. Mulai awal 1984 almarhum Arbiter Tutiko menjadi konsultan Bank Indonesia untuk program kredit kecil bagi pengusaha kecil di Samarinda dan Dili melalui sebuah lembaga internasional Apraca Consultan Service (ACA).
Dalam perjalanan hidupnya almarhum Arbiter Tutiko juga mengembangkan bakatnya sebagai penulis. Rangkaian tulisan yang dihimpun ini (In Memoriam Arbiter Tutiko, 1952-1996) oleh LPSSE dapat dilihat betapa kepedulian almarhum yang tinggi terhadap persoalan masyarakat lapis bawah. Tulisan-tulisan tersebut memuat substansi tentang masyarakat kecil dan bagaimana cara meningkatkan martabatnya. Salah satu tulisannya tentang “Koperasi dan dilema peran masa datang” mendapat penghargaan karya jurnalistik dari Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi Jawa Timur pada tahun 1992. Tulisan itu dimuat dalam harian Jawapos, Surabaya.
M Jaya Nasti merangkai kenangan pada almarhum Arbiter Tutiko, yang ditulis di Kompasiana.com, di Lembaga Peneleitian, Pendidikan dan Penerangan Ekonomi Sosial (LP3ES), pada tahun 80 an, saat lembaga ini sangat gencar mengembangan usaha industri kecil dan kerajinan. “Saya pendamping lapangan baru di Program Pengembangan Usaha Kecil, dikoordinir oleh almarhum”. Dia sosok yang lembut dan nggak mudah emosional. Sewaktu merintis Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Sosial Ekonomi (LPPSE) tahun 1988, memperlihatkan sifat yang akomodatif. Selain itu dia adalah sahabat yang sangat peduli pada sejawat dan para perantau. Berbagai upaya difasilitasi agar sejawat dan sahabat dapat mengembangkan kemampuan dan pengalaman nya”. Ketika mengikuti program study di Belanda, Jakarta dan Bangkok lebih 6 bulan di tahun 1990-1991, dia sangat tertib dalam ubudiah dan akhlak. Selalu kalau memakai baju, celana dan sepatu memulai dengan kanan”.
Selain itu dia telah meninggalkan “warisan” yakni LPPSE, sebuah lembaga yang peduli rakyat kecil, didirikan oleh almarhum tahun 1988. Alhamdulillah lembaga ini tetap istiqamah dengan nilai dan tujuan sejak pendiriannya. LPPSE, bukan lembaga besar, namun sejak awal telah menjadi tempat magang para usia muda untuk menimba pengalaman dalam berbagai program pemberdayaan masyarakat di desa dan kota.
Arbiter Tutiko termasuk salah satu dari puluhan “murid” saya, ujar M Jaasti, di LP3ES. Dari 1977 sampai 1984, saya menjadi pelatih untuk berbagai pelatihan pemberdayaan ekonomi rakyat yang diselenggarakan LP3ES. Ada beberapa angkatan pelatihan untuk mempersiapkan tenaga pengembangan industri kecil, di mana salah satu pesertanya adalah Arbiter Tutiko. Ia seangkatan dengan Fachry Ali dan Imam Pituduh. Lalu mereka menjadi TPL Industri Kecil angkatan tahun 1978-1979.
Salah satu hal yang mendekatkan saya dengan Arbiter Tutiko, karena mempunyai kesamaan sub etnis, yaitu sesama perantau Minang di Jakarta. Selain itu, ternyata ayahnya adalah guru saya di PGAN Bukittinggi dan juga di PGAN Padang. Ayahnya, Dt. Tumanggung, adalah wakil kepala PGAN Padang, sewaktu saya bersekolah di sana. Hal lainnya, kampung halaman Arbiter hanya berjarak sekitar 10 km dari kampung isteri saya. Pernah pula saya berjalan-jalan melewati kampung Arbiter. Nama Tutiko di belakang Arbiter sebenarnya adalah singkatan dari Turawan (nagari) dan Tigo Koto (kampung/dusun) di mana Arbiter berasal.
Seingat saya, setelah mengikuti pelatihan TPL Industri Kecil, Arbiter bertugas sebagai TPL, namun saya lupa sentra IK tempat tugasnya. Tapi Arbiter kemudian bertugas pada proyek pengembangan industri kecil DKI, bekerja sebagai anggota tim yang dipimpin Muchtar Bahar. Arbiter juga menjadi salah satu pendiri LSM yang diberi nama LPPSE bersama Muchtar Bahar. Saya agak jarang bertemu Arbiter, karena selama beberapa tahun meninggalkan Jakarta, bertugas di Provinsi Jambalaman dalam i/Sumsel, dan juga di NTB.
Warisan Arbiter Tutiko berupa kelembagaan LPPSE, kumpulan tulisan nya dalam buku “In Memoriam Arbiter Tutiko”, pengalaman dan ilmu yang di bagi serta amal jariah lain, akan menjadi imbalan pahala pada nya yang tidak bertepi. Bila ada yang berminat ada beberapa dari buku ini di pesan pada Siswanto Imam Prabowo dan saya Muchtar Bahar