Pun doa adalah ramuan mujarab untuk memupuk “pohon-pohon” kebaikan. Saat doa kita panjatkan, entah itu tertuju pada istri, anak, orang tua, saudara, tetangga atau kepada siapapun, pasti doa itu berisi harapan tentang kebaikan-kebaikan pada sosok yang kita doakan. Dengan doa kita mencoba melibatkan Tuhan pada harapan-harapan kita. Kita mencoba agar seseorang mendapati kebaikan atas izin dari Sang Pemilik kebaikan itu sendiri. Harapannya tentu sosok yang kita doakan itu benar-benar mendapati kebaikan yang benar-benar “baik”.
Menjadi pertanyaan bila permohonan kepada Tuhan untuk seseorang tapi bukan untuk kebaikannya. Apalagi bila permohonan itu diperuntukkan untuk orang-orang yang dicintainya. Berdoa dengan memohon keburukan-keburukan lebih tepat disebut sebagai sumpah serapah. Mungkin sumpah serapah ini adakalanya dimohonkan kepada Tuhan, tapi tentu lebih dialamatkan pada sosok yang dibenci, “musuh” atau pun mereka yang dianggap musuh.
Walhasil, lanjutkan kebiasaan berbagi doa, khususnya kepaada orang-orang yang kita cinta. Lebih khusus lagi pada mereka yang serumah atau sekeluarga dengan kita. Bila itu sudah mampu kita lakukan, akan tiba saatnya kita pun mampu berbagi doa pada siapapun, bahkan pada mereka yang membenci dan memusuhi kita sekalipun.
Bukankah Tuhan, Sang Pemilik segala urusan, selalu menyambut doa dan permohonan kita sembari berjanji akan mengabulkannya? Ingatlah Allah berfirman dalam Surat Al Baqarah : 186 yang artinya:
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, Maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”
Wallahu a’lam bi al shawab!
REMBANG, 02 September 2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H