Mohon tunggu...
Much Rojaki
Much Rojaki Mohon Tunggu... Guru - guru

elektronika, komputer, kuliner

Selanjutnya

Tutup

Foodie

Lanting dan Dawet Ireng

10 Maret 2023   07:49 Diperbarui: 10 Maret 2023   07:55 411
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sumber: Foto Agus Roy (ramingkem)

Masih bersama kuliner dari daerah purworejo bagian barat perbatasan dengan kabupaten kebumen tidak lengkap jika tidak membicarakan dua kuliner ini, yaitu lanting dan dawet ireng.  Bagi orang-orang perantau yang hidupnya mencari nafkah jauh dari kampung halaman makanan khas dikampung merupakan salah satu obat mengurangi rindu akan kampung halaman.  Lanting merupakan makanan berbahan dasar ketela pohon atau orang menyebutnya sebagai ubi kayu kalau tetangga menyebutnya bodin. Oleh masyarakat sekitar pituruh, butuh dan prembun banyak diolah menjadi makanan yang terkenal dengan nama lanting. Bentuknya seperti angka 8 rasanya gurih yang bila sekali makan rasanya malas untuk berhenti mngunyah sampai gusi kita babak belur karena sebagian lanting itu teksturnya keras.

Lanting juga bermacam rasa walau bentuknya hampir sama ternyata dengan cara dan tahapan pengolahan yang berbeda juga menghasilkan bermacam rasa dan sensasi tersendiri pada jenis lantingnya. Misalnya seperti kegemaran penulis adalah lanting yang cara pengolahannya melalui tahap seperti pembuatan gethuk, setelah jadi gethuk kemudian dibuat lanting. Lanting jenis ini teksturnya keras namun gurihnya tak tertandingi dan tak akan berhenti mengunyah kalau sudah terlanjur menggitinya.  Lanting jenis ini termasuk jenis lanting yang langka dan sukar dicari, kebanyakan lanting yang dipasaran adalah lanting yang umum terdapat didaerah lain, terutama dilampung, Kebumen dan seputaran Banyumas. Sekarang hampir banyak daerah memproduksi lanting yang membedakan adalah bentuknya selain angka delapan bentuknya ada yang seperti cincin atau gelang.

Kuliner berikutnya adalah dawet ireng atau dawet item, dawet didaerah lain biasa dinamakan cendol, biasanya cendol terdapat pada minuman es.  Ada beberapa macam dawet yang terkenal salah satunya dawet ayu adalah makanan khas dari Banyumas, dawet dari daerah Purworejo tepatnya dibarat Kutoarjo yaitu daerah Kecamatan Butuh dan sekitarnya ada satu dawet yang terkenal yaitu dawet ireng, sesuai namanya dawet ireng cendonya berwarna hitam. Jadi yang membedakan dawet khas Purworejo adalah warna cendolnya yang berwarna hitam, sedangkan dawet ayu biasanya berwarna hijau. Perbedaaan lainnya adalah bahan pembuat cendolnya kalau dawet ayu menggunakan tepung beras sedangkan dawet ireng menggunakan tepung sagu aren yang diberi pewarna dengan abu merang padi.  Sensasi rasanya juga berbeda apalagi sudah dimodifikasi dengan toping yang berbeda. Topingnya bisa ditambahkan dengan durian, Nangka, tape ketan atau singkong, ditambah santan, serutan es dan siraman air gula.  Dijamin bagi yang sudah mencoba pasti ketagihan ingin kembali lagi merasakan kesegarannya, apalagi harganya relative murah jika dibandingkan dengan minuman es lainnya.  Dawet pada awalnya adalah minuman yang dijual pada saat panen padi, mereka menjajakan dawet disawah pada para petani yang sedang memanen padinya, cara pembeliannya juga dengan sistem barter yaitu untuk mendapatkan dawet ditukar dengan padi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Foodie Selengkapnya
Lihat Foodie Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun