Mohon tunggu...
M Saekan Muchith
M Saekan Muchith Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen UIN Walisongo Semarang dan Peneliti Pada Yayasan Tasamuh Indonesia Mengabdi

Pemerhati Masalah Pendidikan, Sosial Agama dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kekuasaan, Politisi, dan Negarawan

23 Juli 2018   15:53 Diperbarui: 23 Juli 2018   16:04 1160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh : M. Saekan Muchith

Politisi dan Negarawan memiliki peran interaksi fungsional terhadap kekuasaan yaitu baik buruknya suatu kekuasaan dalam suatu negara dipengaruhi oleh dominasi antara karakter politisi atau karakter negarawan. Antony Giddens (2002) dalam buku " Kelompok Kekuasaan dan Konflik " mengatakan kekuasaan yang di dalamnya banyak politisi akan cepat hancur, jika diisi negarawan akan cepat makmur. Artinya para pemimpin suatu bangsa disemua level harus selalu mengedepankan sifat atau karakter kenegarawanan ketimbang karakter politisi.

Istilah politisi dan negarawan selalu menarik di diskusikan terutama saat saat menjelang pergantian kepemimpinan nasional. Mudah sekali mendefinisikan pengertian dan ciri ciri (teori) politisi dan negarawan tetapi dalam kenyataan (praktis) kedua istilah tersebut memiliki perbedaan sangat signifikan. Apa bedanya? Politikus mudah ditemukan sedangkan negarawan sangat sulit diwujudkan. Menemukan sosok negarawan di Indonesia sama sulitnya menemukan sebutir jarum di padang pasir atau hutan belantara. Merdeka selama 73 tahun belum banyak negarawan yang berhasil diahirkan oleh sistem politik bangsa Indonesia. Kenapa demikian? Menjadi seorang negarawan lebih sulit dan berat di banding politisi.

James F. Clarke (1972), mengatakan negarawan thinking of the next generation sedangkan politisi thinking of the next election. Negarawan selalu berfikir dan berorientasi untuk generasi yang akan datang. Negarawan berusaha memberikan yang terbaik untuk negara, rela mengorbankan harta bahkan nyawa untuk kejayaan bangsa dan negara.
Politisi selalu berfikir dan berorientasi untuk kesuksesan dirinya dalam kontestasi pemilu. Orientasi perjuangan untuk kejayaan dirinya, keluarga dan kelompoknya. Sulit berfikir untuk bangsa dan negara. Apa yang dikerjakan untuk mengejar dan menumpuk kekayaan pribadi dan keluarganya.

Walaupun banyak keburukannya, karakter politisi tetap memiliki nilai positif (manfaat). Nilai positif dari politisi adalah perjuangan atau usaha yang dilakukan secara optimal. Politisi tidak kenal menyerah. Prinsip yang di pakai adalah bahwa kesuksesan bukanlah orang yang tidak pernah kalah atau gagal. Kesuksesan yang sejati adalah orang yang selalu belajar dari kegagalan di masa lalu.

Para elit kekuasaan (negara) tidak mungkin mampu menjalankan secara total karakteristik seorang negarawan, tetapi juga tidak mungkin bisa menghindari atau meninggalkan karakteristik seorang politisi. Artinya apapun kelemahannya, para elit kekuasaan harus mengetahui kapan bertindak sebagai politisi dan kapan harus bersikap sebagai negarawan sejati. Ini merupakan kunci sukses untuk mewujudkan kekuasaan yang mampu membawa kesejahteraan bagi rakyatnya.

Pada saat proses meraih kekuasaan harus ditempuh berdasarkan karakter politisi yaitu berjuang keras agar dirinya sukses. Orientasi ditujukan untuk mensukseskan dirinya sendiri yang didukung oleh keluarga dan kelompoknya. Semangat yang dilandasi kepentingan pribadi dan kelompok untuk meraih kesuksesan merupakan ciri utama sifat seorang politisi.

Ketika sudah berhasil menduduki kekuasaan maka mutlaq di perlukan karakter negarawan yaitu saatnya memikirkan kepentingan rakyat dan menafikan ego pribadi, keluarga dan kelompok. Pemegang kekuasaan adalah milik seomua golongan, bekerja untuk kepentingan semua kelompok, tidak akan membeda bedakan golongan dan kelompok apapun. Siapapun yang memiliki kewenangan menjalankan kekuasaan harus rela berkorban demi kejayaan negara. Jangan pernah berharap berapa banyak yang dapat saya ambil dari negara melainkan harus selalu berfikir dan bercita cita sudah berapa banyak yang bisa saya berikan kepada bangsa dan negara. Semoga Pileg dan Pilpres tahun 2019 bisa menghasilkan para negarawan sejati agar bangsa Indonesia bisa memperoleh predikat Baldatun Thoyyibatun Warabbun Ghofuur..

Dr. M. Saekan Muchith, S.Ag, M.Pd Peneliti Pada Tasamuh Indonesia Mengabdi ( Time), Ketua IKA PMII Kudus, Dosen Tetap IAIN Kudus. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun