Mohon tunggu...
M Saekan Muchith
M Saekan Muchith Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen UIN Walisongo Semarang dan Peneliti Pada Yayasan Tasamuh Indonesia Mengabdi

Pemerhati Masalah Pendidikan, Sosial Agama dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Saatnya Menikmati Hasil Pilkada

8 Juli 2018   10:27 Diperbarui: 8 Juli 2018   10:40 601
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemilu Kepala Daerah ( Pilkada) serentak telah usai. Hak sebagai rakyat Indonesia berupa memberikan hak suara atau hak pilih dan kewajibannya yaitu menjaga kelancaran, ketertiban, keamanan serta kesuksesan benar benar telah dilaksanakan sesuai regulasi yang ada. 

Apapun hasilnya harus dipahami sebagai bagian dari demokrasi. Bagi yang menang tidak boleh terlalu berbangga dan merasa sebagai raja. Bagi yang kalah juga tidak boleh putus asa dan merasa tidak berguna.

Tageline yang sering didengungkan dan ditanda tangani bersama " siap kalah dan siap menang" harus benar benar dilaksanakan dengan jiwa kenegaraan. Kita lupakan perbedaan dukungan dan pilihan. 

Kita hilangkan ketegangan yang terjadi saat sebelum pencoblosan. Mari kembali kepada jalinan atau ikatan tali persaudaraan, persatuan dan kesatuan serta kebangsaan yaitu Indonesia. Sekarang saatnya bangsa Indonesia menikmati hasil Pilkada, bukan saatnya menghujat dan mencaci maki gara gara kekalahan yang di derita.

Terpilihnya kepala daerah dan wakil kepala daerah periode 2018-2023 bukan merupakan hasil final melainkan  baru hasil antara  dari proses pilkada serentak tanggal 27 juni 2018. Artinya pasangan kepala daerah dan wakil kepala daerah yang meraih suara terbanyak bukan menjadi tujuan akhir tetapi menjadi awal mula untuk mewujudkan tujuan utama yaitu kesejahteraan, kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia.

Penyair atau sastrawan pada zaman jahiliyah bernama Afwah al Audi dalam kitab Al Ahkam Al Sulthaniyah karya Imam Al Mawardi berkata "Manusia pada dasarnya akan bertindak anarkhis dan sulit memperoleh kebahagiaan dan kesejahteraan jika tidak ada orang yang berhati mulia diantara mereka. Dan tidak akan pernah ada orang yang berhati mulia jika yang menjadi pemimpin dari orang orang yang bodoh karena mereka hanya berfikir untuk dirinya dan kelompoknya".

Sampai disini sangat jelas hubungan kausalitas antara integritas dan kredibilitas pemimpin dengan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyatnya. Artinya figur  pemimpin hasil pilkada bukan menjadi indikator satu satunya melainkan kemampuan menciptakan sistem yang menjamin kesejahteraan, kebahagiaan dan keadilan secara merata itulah yang diharapkan dan dirasakan seluruh rakyat Indonesia.

Prasyarat Kesejahteraan

Sekali lagi saya tegaskan bahwa tujuan utama pilkada serentak bukan sekedar menghasilkan pemimpin ( kepala daerah dan wakil kepala daerah) yang baru tetapi terwujudnya kesejahteraan dan keadilan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kesejahteraan tidak akan datang tiba tiba. Kesejaheteraan harus diawali dari sikap kepribadian pemimpin yang benar benar memperhatikan kemaslahatan rakyatnya. Dalam kaidah ilmu fiqh dikenal istilah " tasharruful imam 'ala al ra' iyyah manutun bi al mashlahah" yang artinya kebijakan ( sikap dan ucapan lesan maupun tulisan) seorang pemimpin harus selalu diperuntukan demi terwujudnya kemaslahatan bagi rakyatnya. 

Hal ini mengandung makna bahwa terwujudnya kemashlahatan yang didalamnya berisi kesejahteraan, kemakmuran dan keadilan sangat tergantung dari kebijakan yang diambil oleh sang pemimpin.

Sifat  atau karakteristik kebijakan seorang pemimpin dapat dilihat dari cara memimpin sahabat Abu Bakar Ash Shiddiq Ra. Dalam Kitab Sejarah Peradaban Islam Terlengkap karya Abdul Syukur al Azizi (2014:67) dikatakan, pada saat diangkat sebagai Khalifah, Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq RA berpidato dihadapan kaum muslimin "Wahai manusia, aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu, padahal aku bukan orang terbaik diantara kamu. Jikalau aku memjalankan tugas dengan baik maka ikutilah aku, tetapi jika aku berbuat salah maka luruskanlah. Orang-orang  yang kau pandang kuat aku pandang lemah agar aku bisa mengambil hak darinya, sedang orang-orang  yang kau pandang lemah, aku pandang kuat  agar aku bisa memgembalikan hak kepadanya".

Isi pidato itusekurang kurangnya memiliki 3 (tiga) makna,Pertama, seorang pimimpin harus bekerja secara total dan selalu berkomitmen untuk mewujudkan kesejahteraan serta menegakan kebenaran dan keadilan apapun resikonya. 

Kedua, seorang pemimpin harus siap di kritik atau diluruskan jika melakukan kesalahan dalam menjalankan tugas kepemimpinan. Konsekuensinya harus ada sistem atau mekanisme kebijakan kepemimpinan yang memberikan kebebasan berpendapat, demokratis, transparan dan memberi kesempatan rakyat untuk berpartisipasi dalam penyusunan kebijakan serta program pembangunan. 

Ketiga, seorang pemimpin harus bisa melindungi dan menjamin rasa aman bagi rakyatnya. Jika ada sebagian rakyatnya yang merasa kuat kemudian melakukan kesewenang wenangan maka harus bisa melemahkan atau mengendalikan, sebaliknya jika ada rakyat yang lemah sehingga mendapatkan  penindasan atau kedholiman maka harus bisa memberi kekuatan atau memberdayakan.

Menikmati Hasil pilkada

Mulai sekarang saatnya rakyat Indonesia tidak lagi mempermasalahkan perbedaan tetapi saatnya menikmati kesejahteraan. Hasil pilkada tidak hanya dinikmati segelintir orang tetapi seluruh rakyat tanpa dikecualikan. Sekarang ini saatnya merealisasikan visi misi ke dalam program pembangunan bukan sekedar sebagai dokumen yang di simpan rapi dalam arsip pemerintahan. Agar rakyat bisa dinikmati kesejahteraan maka para Pemimpin hasil dari pilkada harus bisa memberi kepastian dalam kehidupan.

Pelaksanaan Hukum harus benar benar untuk menegakan keadilan. Pelayanan pendidikan dan kesehatan benar benar dapat dirasakan tanpa hambatan. Kebutuhan sembilan bahan pokok ( sembako) menjadi mudah diperoleh tanpa monopoli segelintir orang. Rakyat merasa aman dan nyaman dalam bepergian tanpa intimidasi para preman jalanan. Sarana transportasi antar wilayah tidak lagi hancur berantakan. 

Pusat pusat  perekonomian rakyat selalu berputar sehingga mampu meningkatkan taraf kehidupan. Bagi yang kaya di dorong untuk membantu yang miskin, sedangkan yang miskin di dorong dan diberdayakan agar bisa memperbaiki tingkat perekonomian. 

Realitas seperti itulah yang sebenarnya diharapkan dapat dirasakan melalui proses pilkada serentak. Mampukah para pemimpin hasil pilkada mewujudkan semua harapan itu? Mari kita tunggu lima tahun kedepan dimulai dari pelantikan. Semoga hasil pilkada tidak menjadi pepesan kosong yang penuh hayalan melainkan benar benar menjadi realitas kesejahteraan dan keadilan. Amien yra.

Dr. M. Saekan Muchith, S.Ag, M.Pd Peneliti pada Tasamuh Indonesia Mengabdi (TIME) Jawa Tengah, Dosen IAIN Kudus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun