Mohon tunggu...
M Saekan Muchith
M Saekan Muchith Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen UIN Walisongo Semarang dan Peneliti Pada Yayasan Tasamuh Indonesia Mengabdi

Pemerhati Masalah Pendidikan, Sosial Agama dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kalau Tokohnya Begini, Rakyat Ikut Siapa?

1 Juni 2018   07:26 Diperbarui: 1 Juni 2018   08:07 861
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tokoh lain yang juga wakil ketua DPR, Fadli Zon langsung merespon pernyataan Mahfud MD tentang uang 1 milyar yang diterima anggota DPR. Fadli Zon membantah pernyataan Mahfud tentang uang Rp 1 miliar yang mengalir ke kantong anggota dewan. Fadli membantah setiap anggota dewan memegang dana aspirasi yang diperuntukkan untuk tiap daerah pemilihan (dapil). "Ya nggak ada, nggak benar. Nggak tahu info dari mana itu. Itu nggak ada dana aspirasi Rp 1 M, nggak ada, itulah reaksi  Fadli Zon terhadap kritik Mahfud MD tentang uang 1 Milyar yang diteriam anggota DPR.

Berbeda dengan  Fadli Zon, Wakil Ketua DPR Taufik Kurniawan mengatakan dnegan kalimat yang cukup "sadis" yaitu  kepada 'orang waras' untuk mengalah.

"Sing (yang) waras ngalah. Artinya itu (pernyataan Mahfud) tidak dalam porsi sebenarnya. Kalau dikatakan anggota DPR Rp 1 M masuk kantong masing-masing anggota DPR, itu ngawur. Karena semuanya (anggaran) soal anggota DPR sudah diatur dalam persetujuan Menkeu," ungkap Taufik menanggapi pernyataan Mahfud MD.

Para tokoh dan elit nasional sudah saling serang dan  emosional untuk mempertahankan pendapatnya dan saling mengungkapkan bahwa dirinya bersih tidak terlibat praktik yang kotor atau haram. 

Tokoh yang seharusnya memberikan pernyataan yang sejuk, damai penuh kekeluargaan justru memberikan pernyataan yang tidak layak untuk di contoh bagi rakyat. Inilah yang disebut tahun politik, dan itulah yang membuktikan bahwa politik itu seakan akan menghalalkan segala cara yang penting tujuannya tercapai. Inilah yang membedakan cara berpolitik manurut Ibnu Khaldun dan Nicollo Machiavelli. 

Menurut Ibnu Khaldun dalam karya monumental "Muqaddimah" mengatakan bahwa politik harus di tempuh dengan cara cara yang bermoral, beretika, tidak saling menjatuhkan sehingga politik itu terasa indah. Sementara politik menurut Nicollo Machiavelli dalam karyanya "The Princes" mengatakan bahwa politik itu dijalankan dengan penuh muatan trick trick tipu muslihat, licik, tidak jujur asalkan tujuan tercapai. Akibatnya politik terasa kotor dan jahat.

Pilihan ada pada masing masing tokoh nasional kita, apakah mau berpolitik menurut Ibnu Khaldun atau Nicollo Machiavelli. Semua pilihan ada resiko atau konsekuensinya masing masing. Lagi lagi rakyat kecil yang menanggung beban penderitaan. Terus rakyat ikut siapa?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun