Mohon tunggu...
M Saekan Muchith
M Saekan Muchith Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen UIN Walisongo Semarang dan Peneliti Pada Yayasan Tasamuh Indonesia Mengabdi

Pemerhati Masalah Pendidikan, Sosial Agama dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Memaknai Ayat Perintah Perang dalam Alquran

27 Mei 2018   08:17 Diperbarui: 27 Mei 2018   08:50 2728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dilihat dari aspek kalimat, ayat ini memiliki makna atau pesan sangat mulia. Meskipun tekstualnya tentang perang tetapi dibalik teks perang terdapat nilai nilai atau makna yang sangat luhur. 

Ayat 190 memiliki pesan bahwa umat Islam tidak boleh memiliki sikap kepribadian yang berlebihan atau melampui batas. Bahkan jika seandainya harus melakukan peperangan juga tidak boleh melebihi batas atau kelewat batas. 

Dalam istilah lain adalah berlebihan. Sikap yang berlebihan dalam menghadapi atau melihat fenomena sosial akan berakibat buruk. Sebagai manusia yang nota benenya mahluk sosial tidak boleh berlebihan atau ekstrim dalam melihat dan bersikap. Moderat dalam berfikir dan bersikap merupakan karakter yang sangat baik untuk membangun tatanan sistem kehidupan. 

Dalam Islam juga sudah di atur, bahwa apa yang dianggap baik oleh manusia belum tentu baik menurut Allah, sebaliknya apa yang dianggap jelek oleh manusia juga belum tentu jelek menurut Allah swt. Oleh sebab itu sebagai manusia harus mampunbersikapnyang tengah tengah atau moderat dapam melihat dan mensikapi sesuatu.

Ayat 191 meskipun secara tekstual menjelaskan tentang perang, tetapi dibalik ayat tersebut memiliki makna edukatif yang harus diketahui dan dipahami oleh umat Islam. Perang yang dimaksud dalam ayat 191 adalah dimaksudkan untuk memberantas atau menghilangkan fitnah. Oleh sebab itu alasan untuk melakukan perang jika dalam realitas sosial benat benar telah terjadi saling fitnah satu dengan lainnya baik yang bersifat personal maupun kelompok. 

Sebagai umat Islam yang berkualitas, harus mampun menghindari dan menghilangkan fitnah antara satu dengan lainnya. Fitnah tidak akan bisa menyelesaikan persoalan bangsa. Semakin banyak fitnah akan semakin hancur bangsa ini, sebaliknya semakin bersih dari fitnah maka akan semakin baik tatanan sosial masyarakat.

Dalam konteks pendidikan, fitnah adalah mengatakan sesuatu atau memberikan informasi kepada pihak lain yang tidak sesuai dengan yang sebenanrnya. Fitnah sama dengan bohong atau dusta. Manusia yang suka memfitnah, bohong atau dusta tidak akan disenangi sesama sehingga manusia yang sering memfitnah akan mengalami kesulitan dan meraih keberhasilan. 

Kesuksesan seseorang ditentukan oleh aspek sosialnya yaitu bagaimana seseorang itu dianggap baik oleh pihak pihak lain sehingga akan mudah mencapai keberhasilan. Dilihat dari aspek tekstualnya adalah berbicara tentang perang, tetapi dibalik tekstualnya terdapat pelajaran sangat berharga bahwa sebagai umat Islam yang baik harus selalu menghindari fitnah, jangan sampai berkata bohong atau berdusta, karena suka memfitnah dan berkata bohong tidak hanya merugikan orang lain tetapi juga akan menghancurkan masa depan atau karir diri sendiri.

Perang juga di jelaskan dalam surah Ali Imron ayat 156 " Wahai orang orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang orang kafir yang mengatakan kepada saudara saudaranya apabila mereka mengadakan perjalanan di bumi atau berperang, sekiranya mereka tetap bersama kita, tentulah mereka tidak mati dan tidak terbunuh. Dengan perkataan yang demikian itu, karena Allah hendak menimbulkan rasa penyesalan di hati mereka. Allah menghidupkan dan mematikan dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan".

Ayat tersebut jika dibaca secara tekstual adalah menerangkan tentang perang, tetapi jika dilihat dari substansi dan latar belakang turunnya ayat menyimpan makna yang sangat baik. Ayat ini turun berkaitan dengan peristiwa perang uhud, dimana setelah kekalahan umat Islam dalam perang uhud mereka semua sedih dan tidak memiliki gairah untuk menjalani kehidupan dan apalagi perang menegakkan agama Allah swt. Ayat ini mengandung maksud untuk memberikan kabar gembira atau menghibur umat Islam yang sedang sedih akibat kekalahan dalam perang uhud.

Menghibur adalah memberikan informasi, bersikap dan berperilaku yang menyenangkan bagi orang lain. Lawan kata menghibur adalah menyakiti. Menghibur adalah memberikan informasi, kalimat, sikap dan perilaku yang menyenangkan orang lain, sedangkan menyakiti adalah memberikan kata kata atau kalimat, sikap dan perilaku yang menjadikan orang lain sedih.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun