Mohon tunggu...
M Saekan Muchith
M Saekan Muchith Mohon Tunggu... Ilmuwan - Dosen UIN Walisongo Semarang dan Peneliti Pada Yayasan Tasamuh Indonesia Mengabdi

Pemerhati Masalah Pendidikan, Sosial Agama dan Politik

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Inspiratif dari Sosok "Sayyidina" Umar RA dan Abbas

24 Mei 2018   20:55 Diperbarui: 24 Mei 2018   21:02 823
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu ketika Sayyidina Umar (selanjutnya disebut Umar), bertemu dengan paman Rasulullah bernama Abas ibn Abdul Munththalib. Pada suatu hati Umar bermaksud ingin mengembangkan Masjid peninggalan Rasulullah SAW. Umar menginginkan tanah dan rumah Abbas untuk pelebaran Masjid. 

Umar berkata kepada Abas; Wahai Abbas, berikanlah tanah dan rumahmu untuk pengembangan masjid, karena kami dan umat Islam akan mengembangkan pembangunan masjid. Nanti rumah dan bangunanmu akan kami ganti sesuai dengan aturan yang ada.

 Abbas menjawab : Aku tidak akan memberikan dan tidak akan melakukannya. Umar menjawab: Kalau begitu aku akan mengambil rumahmu dengan paksa. Abbas menjawab, hal itu bukan urusanmu dan kamu tidak memiliki hak untuk urusan ini.

Cari penengah (hakim) untuk memutus perkara ini. Lalu Umar bertanya; Siapakah yang kau anggap hakim yang adil untuk memutus perkara ini?. Abbas menjawab : " Aku memilih Hudzaifah ibn al Yaman.

 Akhirnya Umar menemui Hudzaifah, saat itu Hudzaifah memegang jabatan tinggi dalam kekhalifahan Umar. Abbas adalah sebagai penasehat kekhalifahan dan negara. Kedua belah pihak (Umar dan Abbas), menghadap Hudzaifah dan saling menceritakan kronologisnya.

Setelah Hudzaifah mendengarkan cerita, kemudian Hudzaifah berkata : " Aku mendengar cerita Nabi Daud bermaksud memperluas Baitul Maqdis, kemudian Daud menemukan sebuah rumah didekat Baitul Maqdis. Rumah itu milik anak yatim. Nabi Daud kemudian memintanya dari anak itu, tetapi anak yatim tersebut enggan untuk memberikannya.

Lalu Daud berusaha untuk memintanya secara paksa kepada anak yatim tersebut. Lantas Allah berfirman: " Sesungguhnya rumah yang bersih dari kedzaliman adalah rumah-Ku. Setelah firman Allah tersebut, akhirnya Daud mengembalikan rumah tersebut kepada pemiliknya.

 Mendengar cerita tersebut, Umar dan Abbas tertegun, kemudian Abbas berkata kepada Umar, " wahai Umar apakah engkau masih tetap mengambil rumahku?, Umar menjawab Tidak, aku tidak akan memaksa apa yang menjadi hakmu wahai Abas.

Mendengar perkataan Umar, Abas merasa tersentuh hatinya untuk memberikan tanah dan rumahnya untuk pelebaran masjid. Kemudian Abbas pun berkata " aku telah memberikan rumahku untuk memperluas masjid Rasulullah, silahkan engkau ambil.

Kisah ini mengandung pelajaran bahwa walaupun pemimpin memiliki kekuasaan untuk memaksa untuk memiliki sesuai keinginannya, tetapi kekuasaan itu tidak seharusnya dilakukan. Karena Allah Swt tidak menyukai para pemimpin yang memiliki karakter memaksakan kehendak. Pemaksaan kehendak akan cenderung mengarah kepada kedholiman.

Makna lainnya, proses untuk menyelesaikan permasalahan atau sengketa harus dilakukan melalui jalur atau prosedur yang baik dan benar. Pemimpin setinggi apapun jabatannya harus tunduk dan patuh dnegan keputusan hukum. Seperti yang dilakukan Sayyidina Umar daam kisah tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun