Mengetahui puasa ramadhan sebentar lagi, yang Insya Allah akan jatuh pada tanggal 13 April 2021, maka kita sebagai umat islam seperti pada umumnya melakukan ziarah ke makam-makam leluhur (nyekar) untuk mendo'kannya.
Menyambut hal tersebut, pada hari Minggu, 11 April 2021 Pondok Pesantren Ulul Albab Balirejo Yogyakarta mengadakan kegiatan ziarah pra ramadhan. Ziarah yang diketuai oleh Ustadz Faqih Alihsany, diikuti oleh 58 santri PonPes Ulul Albab. Dalam wawancara yang sudah saya lakukan, beliau menyampaikan bahwa, "Ziarah ini bertujuan sebagai pengamalan ajaran dari Rasulullah SAW. agar selalu ingat akan kematian, juga sebagai wasilah/pengantar do'a-do'a kita agar diijabah oleh Allah, kemudian untuk mengenang, sekaligus mengenal tokoh-tokoh ulama di wilayah  Yogyakarta", ujar ustadz Faqih.
Adapun tujuannya, yakni makam KH. M. Munawwir, makam Hj. Siti Ning Rumiati (Makam Keluarga Umi Arum - Ulul Albab), makam KH. Nawawi Abdul 'Aziz, makam Syekh Bela-belu, dan makam Syekh Maulana Maghribi.
Makam KH. M. Munawwir
Makam KH. Munawwir terletak di samping Masjid Patok Negara Dongkelan Kauman, Tirtonirmolo, Bantul, Yogyakarta. Disana juga terdpat makam  Mbah Ali Maksum, Gus Kelik, dan Mbah Warso. Letak makam tersebut cukup jauh dari daerah PonPes Krapyak.
Dari hasil wawancara bersama Ustadz Faqih, beliau pernah mendengar cerita dari salah seorang pengurus masjid, bahwasannya sebelum meninggal KH. Munawwir berwasiat untuk dimakamkan sama dengan Mbah Syihabuddin (penghulu pertama Keraton Jogja yang ditugaskan untuk mengarahkan warga Dongkelan). Menurut cerita  yang ustadz Faqih dapat, dulunya Keraton Jogja memiliki 5 patok negara, yakni Mlangi, Dongkelan, Plosokuning, Wonokromo, dan Babadan. Â
KH. M. Munawwir wafat pada tahun 1942, karena mengalami sakit yang semakin hari semakin parah, kurang lebih 16 hari.
Makam Hj. Siti Ning Rumiati (Makam Keluarga Umi Arum - Ulul Albab)
Hj. Siti Ning Rumiati merupakan istri dari seorang kyai bernama KH. Abdul Chafid. Juga merupakan ibunda dari Umi Arum, pengasuh Pondok Pesantren Ulul Albab Balirejo, Yogyakarta.
Hj. Siti Ning Rumiati lahir pada tanggal 8 Agustus 1933 di desa Pagu Papar, Kediri, Jawa Timur. Dari pasangan Raden Mas H. Tohir bin H. Syukur dan Roro Sri Nainun binti H. Hasyim. Hj. Rumiati terkenal dengan sosok yang begitu sabar, istiqomah, lumo (dermawan) dan telaten dalam mengajarkan sesuatu kepada putra-putrinya. Hingga usia sepuh saat gerah tidak pernah lepas dzikir dan sholawat selalu di lantunkan tanpa henti. Hingga pada 19 Agustus 2017 Hj. Rumiati dipanggil oleh Allah. (sumber dari hasil wawancara dengan ustadz Faqih)
Makam KH. Nawawi Abdul 'Aziz
KH. Nawawi pernah menyantri di Pondok Pesantren Lirap Kebumen, Jawa Tengah dan Pondok Pesantren Tugung, Banyuwangi, Jawa Timur. Tekat beliau sangat kuat untuk menghafalkan al-Qur'an, akhirnya beliau mondok ke al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta, yang saat itu diasuh oleh KHR. Abdul Qodir Munawwir.
Niat beliau dibuktikan dengan usahanya yang begitu tekun. Benar saja, beliau hanya membutuhkan waktu 18 bulan saja dalam mengafalkan 30 juz al-Qur'an. Karena KHR. Abdul Qodir terkesima dengan KH. Nawawi, akhirnya KH. Nawawi dinikahkan dengan adiknya yang bernama Walidah Munawwir pada 28 Agustus 1952.
Kemudian beliau berguru tentang Qiro'ah Sab'ah pada KH. Arwani Amin di Pondok Pesantren Yanbu'ul Qur'an, Kudus, Jawa Tengah.
Pada tahun 1956, KH. Nawawi diutus oleh KHR. Abdullah Affadi (pengasuh al-Munawwir) untuk mengimami Masjid Agung Magelang setiap bulan ramadhan. Kemudian di tahun 1961, beliau diutus kembali ke Krapyak untuk mengajar tahfidzulqur'an.
Dalam perjalanannya menuju kantor dari Krapyak ke Bantul beliau mengendarai sepeda ontel, beliau selalu menyempatkan untuk mampir shalat dzuhur di Masjid ar-Ridlo Ngrukem. Lama kelamaan beliau dikenal oleh warga setempat, dan diberikan tanah yang kemudian digunakan untuk membangun Pondok Pesantren An-Nur.
KH. Nawawi Abdul 'Aziz meninggal pada 2014 lalu, dan dimakamkan di daerah Ngrukem, Bantul dekat pondok an-Nur.
Makam Syekh Bela-belu
Makam Syekh Bela-belu terletak di Bukit Banteng, Kretek, Bantul, Yogyakarta. Makam ini tak pernah sepi dari peziarah, apalagi menjelang puasa seperti ini. Bagi para peziarah harus menyiapkan tenaganya, karena makamnya berada di atas bukit.
Raden Jaka Bandem (Syekh Bela-belu) merupakan putra dari Prabu Brawijaya V. Menurut informasi yang beredar, beliau mengasingkan diri ke Bukit Pemancingan, Parangtritis dekat dengan makam Syekh Maulana Maghribi. Hal ini dilakukan karena ekspansi yang dilakukan Raden Patah terhadap Kerajaan Majapahit.
Syekh Bela-belu merupakan orang yang dimualafkan oleh Syekh Maulana Maghribi. Beliau tertarik dengan ajaran yang dibawa oleh Syekh Maghribi, karena cara Syekh Maghribi begitu lembut dalam menyampaikan dakwahnya.
 Syekh Bela-belu memiliki pengaruh yang besar bagi masyarakat sekitar padepokan. Alhasil, hampir warga disekitar dataran Pantai Parangtritis masuk Islam.
Makam Syekh Maulana Maghribi
Makam Syekh Maulana Maghribi menjadi penutup bagi perjalanan ziarah santri Ulul Albab. Makam Syekh Maghribi terletak di atas Bukit Sentana, Parangtritis. Sama dengan makam Syekh Bela-belu, peziarah harus jalan kaki naik ke atas bukit. Makam ini juga tak pernah sepi dari peziarah.
Syekh Maulana Maghribi merupakan ulama dari Maroko, Afrika Utara yang termasuk pada penyebar agama Islam generasi pertama di Pulau Jawa. Ketika Syekh Maghribi sampai di Parangtritis, beliau bertemu dengan putra Raja Majapahit Brawijaya V, yakni Joko Dandung dan Joko Jantrung (Syekh Bela-belu). Misi beliau menyebar Islam direstui oleh kedua putra tersebut. Hingga akhirnya, ajaran Islam mampu menyebar luas ke daerah Parangtritis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H