Prinsip selanjutnya adalah perang harus dilakukan di jalan Allah (fi sabilillah), bukan karena kehendak kita apalagi nafsu. Sebagian dari kita khususnya umat muslim kurang memperhatikan tentang waktu terjadinya perang. Perang yang pertama yakni perang badar terjadi pada bulan ramadhan, bisa kita bayangkan bahwa di bulan Ramadhan marah saja tidak diperbolehkan, ini kok malah perang. Ini bisa terjadi karena Allah ingin mengajarkan kepada kita bahwa perang pun tidak boleh karena nafsu, marah, benci, dan lain sebagainya, melainkan dengan cinta. Maka dari itu, perang dalam islam berorientasi kepada perdamaian dan mengubah seseorang untuk menjadi pribadi yang baik.
Prinsip yang selanjutnya adalah jangan berlebihan atau harus bersifat proposional, sehingga tercipta etika-etika perang dalam islam. Ada hadis yang mengatakan bahwa perang harus diawali dengan persiapan lebih dahulu. Maka dari itu, nabi menganjurkan umatnya untuk belajar cara menggunakan pedang, memanah, menunggangi kuda, dsb. Hal ini bukan berarti bahwa nabi mengendaki sebuah peperangan, tapi hanya memberikan kesan bahwa umat islam juga sangat kuat, atau istilah militernya deterrent effect, sehingga mereka yang memusuhi umat islam memurungkan niatnya untuk berperang.
Etika yang selanjutnya adalah ketika perang tidak boleh keluar dari medan perang, dikhawatirkan adanya orang-orang yang tak berdosa ikut menjadi korban. Juga perang dalam islam tidak boleh kaum wanita dan anak-anak, bahkan dilarang untuk membunuh hewan ataupun merusak tumbuh-tumbuhan. Bayangkan! Mana ada perang yang aturannya sampai tak boleh menginjak rumput? Oleh karena itu, perang yang terjadi pada masa nabi dahulu hanya seperti pertunjukkan teater saja, bukan brutal seperti sekarang.
Etika selanjutnya bersikap sangat baik terhadap semua tawanan dan mengistimewakan mereka. Allah mengatakan bahwa mereka memberi pangan yang mereka sukai kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan (QS Al-insan: 8). Ada sebuah cerita ketika Aziz bin Umar menjadi salah satu tawanan kaum anshar, beliau dikasih roti yang lezat dan kurma yang istimewa.Â
Sedangkan mereka sendiri hanya makan kurma biasa. Kemudian beliau merasa malu dan mengembalikan makanannya kepada mereka, namun mereka menolaknya dan tetap memberikannya kepadaku. Pada akhirnya banyak tawanan yang masuk Islam karena melihat akhlak yang mulia pada umat islam.
Dari penjelasan di atas kita bisa simpulkan bahwa Islam tidak menghendaki adanya peperangan, kecuali dalam keadaan terpaksa, dan itupun bertujuan untuk menegakkan kedamaian. Jadi kita patut heran terhadap orang muslim yang sukanya perang sana-sini tanpa sebab apapun.
Sumber referensi: Husein Al-Hadar
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H