Mohon tunggu...
Muchammad Rafi
Muchammad Rafi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya memiliki hobi sepak bola dan membaca buku sejarah konten yang mau di buat tentang sejarah

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sejarah Pemberontakan PETA 14 Februari 1945

29 April 2024   12:15 Diperbarui: 29 April 2024   12:31 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sejarah pemberontakan Pembela Tanah Air (PETA) di Blitar, Jawa Timur, terjadi pada masa akhir pendudukan Jepang atau beberapa bulan sebelum kemerdekaan Indonesia. Lantas, apa penyebab peristiwa pemberontakan PETA di Blitar dan bagaimana nasib sang pahlawan, Supriyadi?

Wilayah Indonesia yang semula dijajah Belanda mulai diduduki Jepang atau Dai Nippon sejak tahun 1942 seiring kekalahan di Perang Asia Timur Raya yang merupakan bagian dari Perang Dunia II.

Sejarah Dibentuknya Pembela Tanah Air (PETA)

Salah satu cara Jepang untuk menarik minat bangsa Indonesia adalah dengan membentuk berbagai organisasi militer dan semi militer yang melibatkan rakyat pribumi. Beberapa di antaranya adalah Heiho, Seinendan, Keibodan, Barisan Pelopor, juga PETA.

Tujuan pembentukan organisasi-organisasi militer maupun semi militer tersebut adalah untuk mendukung militer Jepang dalam upaya mempertahankan diri dari serangan pasukan Sekutu, termasuk Belanda, yang berkeinginan merebut wilayah Indonesia kembali.

Tentara Sukarela Pembela Tanah Air atau PETA dibentuk pada 3 Oktober 1943. Pembentukan PETA sebenarnya merupakan usulan dari pihak Indonesia. yang disusun Ahmad Mansyur Suryanegara, keinginan membentuk PETA didukung penuh oleh Gatot Mangkoepradja.

Gatot Mangkoepradja sendiri adalah salah satu tokoh pergerakan nasional. Pada 4 Juli 1927, ia turut membentuk Partai Nasional Indonesia (PNI) bersama Ir. Sukarno dan sejumlah tokoh lainnya. Gatot Mangkoepradja juga ikut ditangkap pada 1929 dan dipenjara oleh Belanda bersama Sukarno.

Dalam struktur PETA, dikenal tingkatan pangkat yaitu Daidanco (Komandan Batalyon), Cudanco (Komandan Kompi), Shodanco (Komandan Peleton), Budanco (Komandan Regu), dan Giyuhei (Prajurit Sukarela)

PETA dijadikan tentara teritorial untuk mempertahankan Jawa, Bali, dan Sumatera oleh Jepang. Hal itu sebagai langkah antisipasi apabila pasukan Sekutu menyerang.

Saat itu, Jepang mendapat tekanan dengan kemungkinan serangan dari Amerika Serikat, Inggris, Australia, hingga Belanda yang berada di garis depan pertempuran Asia Pasifik yang menjadi rangkaian Perang Dunia II.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun