Bullying di lingkungan sekolah terus menjadi permasalahan serius yang merenggut nyawa generasi muda. Dalam beberapa bulan terakhir, dua kasus memilukan terjadi di Subang dan Ternate, di mana anak-anak sekolah dasar menjadi korban perundungan hingga meninggal dunia. Kedua kasus ini tidak hanya mencerminkan lemahnya pengawasan, tetapi juga perlunya langkah konkret untuk mengakhiri siklus kekerasan ini.
Kasus di Subang: Derita ARO, Siswa Kelas 3 SD
ARO, seorang siswa kelas 3 SDN Jayamukti, Subang, mengalami perundungan brutal yang dilakukan oleh kakak kelasnya. Setelah dijedotkan ke tembok dan ditendang, ia mengeluhkan sakit kepala dan muntah-muntah selama beberapa hari. Kondisi korban semakin memburuk hingga koma. Setelah enam hari dirawat di RSUD Ciereng, nyawa ARO tidak tertolong.Â
"Diagnosa awal terjadi pendarahan di otak, curiganya ke benturan... Kami tetap melakukan observasi," jelas Wakil Direktur Pelayanan Medik RSUD Ciereng, Syamsu Riza ini memicu kemarahan banyak pihak, termasuk Pj. Bupati Subang, Imran, yang langsung menonaktifkan kepala sekolah. "Pemerintah Subang anti-bullying. Kepala sekolah saya nonaktifkan sampai pemeriksaan selesai," tegasnya .
Belum lam juga Di Ternate, seorang siswa bernama Nabil juga menjadi korban perundungan teman sekelasnya. Akibatnya, ia mengalami demam, muntah, dan sakit kepala hingga akhirnya meninggal setelah dirawat di RS Chasan Boesoirie. Keluarga menolak autopsi, namun polisi tetap menyelidiki penyebab kematian korban .Kasat Reskrim nate, Iptu Bondan Manikotomo, menyatakan pihaknya masih menyelidiki kasus ini. "Kami belum bisa menjelaskan secara detail karena masih lidik," ungkapnya .
Refleksi dan Solu kasus ini menunjukkan betapa seriusnya dampak bullying terhadap kehidupan anak-anak. Untuk mencegah tragedi serupa, pendekatan holistik diperlukan. Berdasarkan perspektif psikologi, berikut adalah langkah-langkah yang dapat diterapkan:
1. Edukasi dan Kesadaran
  Meningkatkan pemahaman semua pihak tentang bahaya bullying, termasuk kepada siswa, guru, dan orang tua, melalui program edukasi rutin.
2. Pengawasan Ketat
  Sekolah harus memperkuat pengawasan di lingkungan pendidikan, termasuk menyiapkan protokol pelaporan jika terjadi tanda-tanda bullying.
3. Pendekatan Psikologis
  Anak-anak yang menjadi korban perlu mendapatkan bantuan psikologis segera. Menurut RS Mardi Rahayu, dukungan emosional dan pemulihan trauma menjadi langkah penting untuk membantu korban pulih .
4. Penegakan Hukum
  Pelag yang menyebabkan dampak fatal perlu diberikan sanksi tegas untuk memberikan efek jera.
Penutup
Kasus di Subang dan Ternate adalah pengingat bahwa bullying bukanlah masalah sepele. Perundungan dapat menghilangkan masa depan generasi muda jika tidak ditangani dengan serius. Dibutuhkan kerja sama semua pihak untuk menciptakan lingkungan yang aman, sehingga anak-anak dapat belajar dan tumbuh tanpa rasa takut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H