Mohon tunggu...
Muchammad Hasyim Rifai
Muchammad Hasyim Rifai Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

saya sangat menyukai seperti sepakbola futsal dibidang keolahragaan di bidang pengetahuan saya menyukai filsafat

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Analisi Model Pembelajaran Efektif dalam Implementasi Kurikulum Merdeka di Sekolah

8 September 2024   15:15 Diperbarui: 8 September 2024   15:18 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Abstract

The Ministry of Education, Culture, Research, & Technology of Indonesia employs the Kurikulum Merdeka concept as an alternative to address learning recovery. They have released guidelines for the development of the Kurikulum Merdeka, offering solutions to enhance education. To successfully implement this new curriculum, teachers must adopt effective & contemporary learning models. This research utilizes a descriptive qualitative method with library research, employing documentary research & the content analysis technique. The study aims to analyze & describe the conceptualization of an independent curriculum in schools, the process of implementing learning within an independent curriculum, challenges faced in implementing it, & relevant learning models for teachers in Kurikulum Merdeka. The research findings emphasize the crucial role of choosing an appropriate learning model for the success of the independent curriculum. Five effective learning models are identified for the implementation of the independent learning curriculum: Problem-Based Learning, Active Learning, Cooperative Learning, Discovery Learning, & Think-Pair-Share.

Kata Kunci: Merdeka Curriculum; Learning Model; Effective

Abstrak
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Indonesia menggunakan konsep Kurikulum Merdeka sebagai salah satu alternatif untuk mengatasi pemulihan pembelajaran. Mereka telah mengeluarkan pedoman pengembangan Kurikulum Merdeka, yang menawarkan solusi untuk meningkatkan pendidikan. Agar berhasil menerapkan kurikulum baru ini, guru harus mengadopsi model pembelajaran yang efektif dan kekinian. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan penelitian kepustakaan, menggunakan penelitian dokumenter dan teknik analisis isi. Penelitian bertujuan untuk menganalisis dan mendeskripsikan konseptualisasi kurikulum mandiri di sekolah, proses pelaksanaan pembelajaran dalam kurikulum mandiri, tantangan yang dihadapi dalam penerapannya, dan model pembelajaran yang relevan bagi guru di Kurikulum Merdeka. Temuan penelitian menekankan pentingnya peran pemilihan model pembelajaran yang tepat bagi keberhasilan kurikulum mandiri. Diidentifikasi lima model pembelajaran yang efektif untuk penerapan kurikulum pembelajaran mandiri: Pembelajaran Berbasis Masalah, Pembelajaran Aktif, Pembelajaran Kooperatif, Pembelajaran Penemuan, dan Think-Pair-Share.
Keywords: Kurikulum Merdeka; Model pembelajaran; Efektif

PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dalam rangka menciptakan generasi yang cerdas, beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan berbudi pekerti luhur (Ihsan, 2016). Tidak hanya itu, pendidikan juga mendorong perbaikan dari generasi ke generasi. Pendidikan merupakan suatu usaha yang disengaja yang dilakukan oleh lembaga pendidikan, baik yang bersifat formal maupun informal. Usaha ini mencakup kegiatan bimbingan dan pembelajaran yang dilakukan secara berkelanjutan. Tujuan dari pendidikan ini adalah untuk mempersiapkan generasi bangsa agar memiliki kemampuan untuk bersaing dan berdaya saing di berbagai bidang keilmuan dalam konteks era modern (Rosdiana, 2018). Peran pendidikan sangat signifikan dalam persiapan generasi bangsa menghadapi era globalisasi. Pendidikan dianggap sebagai upaya berkelanjutan untuk mengoptimalkan potensi dan pembentukan kepribadian anak didik hingga mencapai tingkat puncaknya. Proses ini mencakup pengembangan aspek intelektual, emosional, dan spiritual secara menyeluruh (Romlah, 2011).
Pendidikan melibatkan peningkatan kemampuan dan pengembangan karakter dan internalisasi nilai-nilai jati diri bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik untuk menjadi manusia yang taat beragama, beriman, memiliki moral yang baik, sehat, berpengetahuan, berbakat, kreatif, mandiri, serta mampu menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab didalam kehidupannya. Seiring dengan kemajuan zaman dan dinamika masyarakat yang semakin berkembang, sistem pendidikan juga mengalami perubahan signifikan.(Suwartini, 2017, 221) Dalam hal ini pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, baik pada jenjang pendidikan sekolah dasar, menengah, bahkan sampai perguruan tinggi yang tidak lain adalah bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) yang dimiliki oleh bangsa Indonesia (Yulia Pramesta, 2023). Pendidikan diharapkan menjadi solusi utama dalam peningkatan kualitas manusia Indonesia menuju pembangunan bangsa yang unggul di tengah kemajuan zaman (Ainia, 2020).
Pengaruh perkembangan teknologi terhadap pendidikan sangat signifikan, di mana penggunaan teknologi digital telah mengubah cara siswa belajar, dari menggunakan buku menjadi menggunakan berbagai aplikasi dan perangkat berbasis teknologi digital.  Dinamisasi kemajuan IPTEK di era modern mengharuskan lembaga pendidikan perlu untuk beradaptasi dengan mengakomodir perkembangan teknologi ke dalam bidang pendidikan. Penting untuk menyadari bahwa teknologi dapat memberikan manfaat yang besar bagi siswa dalam memperoleh pengetahuan.(Handayani, Mantra, & Suw&i, 2019) Perkembangan ini membawa dunia pendidikan harus berhadapan dengan tuntutan kebutuhan generasi milenial dan masyarakat modern, sehingga sistem pendidikan mau tidak mau harus melakukan upaya reformulasi dalam segala aspek, baik aspek pendidik, peserta didik, kurikulum, metode, dan sarana pendidikan yang ada (Subayil, 2020).
 Adanya berbagai perubahan kebijakan pendidikan telah menjadikan berubahnya sistem dan kurikulum pendidikan nasional. Kurikulum Merdeka Belajar hadir dengan pendekatan pembelajaran yang beragam, yang lebih sederhana dan praktis. Kurikulum ini dirancang dengan fleksibilitas yang lebih tinggi dibandingkan kurikulum sebelumnya, sambil tetap berfokus pada materi yang penting untuk dipahami. Kurikulum ini mengidentifikasi dirinya sebagai suatu kurikulum yang memberikan kebebasan kepada pendidik untuk menyampaikan pembelajaran sesuai dengan kebutuhan individu peserta didik, dengan menyesuaikan dengan karakteristik belajar mereka (Adi Wibawa et al. 2022). Hal ini disebabkan oleh perbedaan yang signifikan antara peserta didik di berbagai wilayah di Indonesia, sehingga para guru diberi kebebasan untuk menyampaikan materi sesuai dengan kebutuhan mereka, dengan harapan materi tersebut dapat lebih efektif dan praktis dalam kehidupan sehari-hari (Usanto, 2022).
 Tujuan dari perubahan ini adalah untuk menjamin peningkatan pembelajaran di sekolah/madrasah. Perubahan kurikulum merdeka merupakan kelanjutan dari kurikulum 2013, sehingga sebagian kurikulum merdeka merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya. Perubahan kurikulum banyak menimbulkan masalah bagi guru seperti pendidik dan guru di sekolah/madrasah. Perubahan yang terjadi dianggap sebagai salah satu penyebab terhentinya proses pembelajaran di sekolah/madrasah, karena selama proses pembelajaran disadari harus tiba-tiba diganti dengan kurikulum baru, sedangkan kurikulum sebelumnya belum sepenuhnya terlaksana (Didiyanto, 2017). Namun disamping itu, lembaga pendidikan dituntut mampu selektif dalam mengadopsi berbagai perubahan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Pengaruh dinamika kemajuan ilmu pengetahuan, sains, dan teknologi tentu mendesak adanya upaya-upaya perbaikan dari lembaga pendidikan di berbagai bagiannya, terutama pada metodologi pembelajarannya (Sumantri, 2019).
 Dalam pelaksanaan kurikulum pendidikan, hal penting yang perlu diperhatikan oleh pendidik adalah memilih metode pembelajaran yang tepat untuk diterapkan terhadap peserta didik agar proses pembelajaran dapat berjalan efektif. Penggunaan model pembelajaran yang tepat akan mampu meningkatkan minat belajar dan kompetensi peserta didik. Terlebih lagi pola pembelajaran di abad ke-21 kini dituntut untuk mampu meningkatkan kompetensi digital yang kompleks dalam pembelajarannya (Redhana, 2019).
Dalam penelitiannya, Asy'ari menyampaikan bahwa pola pembelajaran abad ke-21 cenderung fokus pada penggunaan teknologi, terutama internet, untuk mendukung proses pembelajaran. Dalam konteks ini, peserta didik diharapkan untuk aktif dan mandiri dalam mengembangkan keterampilan 4C, yaitu critical thinking, communication, collaboration, dan creativity. Guru diharapkan merespons dinamika ini dengan merancang model pembelajaran yang adaptif sesuai dengan perkembangan zaman. (Asy'ari & Hamami, 2020). Kurikulum Merdeka, dalam proses pembelajarannya, berusaha mengakomodir dan adaptable terhadap beragam kompetensi yang diperlukan di era modern, terutama kompetensi-kompetensi pembelajaran abad 21.
Hal serupa diungkapkan oleh Puspitarini, bahwa dalam implementasi kurikulum merdeka, proses belajar-mengajar harus dapat menyesuaikan dengan pola pembelajaran abad ke-21. Pendidik harus mampu mengadopsi model pembelajaran terbaru yang relevan dengan karakteristik peserta didik yang merupakan generasi millenial. Pendidik tidak dapat lagi mengajar dengan model pembelajaran yang konvensional. Pendidik dituntut untuk inovatif dengan memperkaya ilmu pengetahuan dan keterampilan, serta mengembangkan beragam model pembelajaran untuk dapat menyuguhkan kegiatan pembelajaran yang menarik dan interaktif (Puspitarini, 2022).
Pentingnya model pembelajaran dalam mengasah kemampuan berpikir kritis siswa sangatlah signifikan. Berbagai jenis model pembelajaran, seperti pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran kooperatif, atau pembelajaran berbasis proyek, memiliki potensi untuk merangsang kemampuan pemikiran analitis siswa (Muhammad et al. 2023). Model pembelajaran yang efektif adalah model yang dapat mengakomodir seluruh elemen belajar, melibatkan siswa secara aktif, mendorong partisipasi dalam pemecahan masalah, dan mempromosikan pemikiran kritis siswa. Hal ini pada akhirnya akan membantu mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan (Sunarto & Amalia, 2022). Dengan demikian, seorang pendidik perlu memilah dan menerapkan model-model pembelajaran yang efektif dalam proses pembelajaran untuk mencapai suksesi kurikulum merdeka.
Berdasarkan pada realita diatas, kajian penelitian ini berusaha untuk menganalisis dan mendeskripsikan perbagai problematika pembelajaran yang dialami oleh para pendidik dan peserta didik dalam penerapan Kurikulum Merdeka dan memberikan analisis tentang bagaimana model pembelajaran yang efektif untuk diterapkan dalam penerapan pembelajaran Kurikulum Merdeka di sekolah atau institusi pendidikan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini adalah suatu bentuk penelitian kualitatif deskriptif yang menggunakan metode studi kepustakaan (library research). Dalam pengumpulan data, peneliti melakukan penelaahan data yang berasal berbagai sumber literatur yang meliputi buku, e-book, website, prosiding seminar, jurnal penelitian yang terindeks Sinta, dan artikel lain yang relevan dengan topik pembahasan tentang model-model dalam pembelajaran dan implementasi kurikulum merdeka. Sedangkan dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teknik analisis isi (content analysis). Peneliti menggunakan teknik content analysis untuk mendapatkan kesimpulan yang sahih sesuai dengan konteks penelitian melalui proses seleksi, perbandingan, penggabungan, dan penyaringan berbagai data hingga mendapatkan data yang relevan.

PEMBAHASAN

A.Model Pembelajaran

Secara  etimologi,  model  berasal  dari bahasa Italia   yakni   "modello"   yang   dapat memiliki arti  "berbagai  dimensi". Dengan kata   lain,   model   secara   etimologi   yakni sesuatu  contoh.  Dalam  kamus  besar  bahasa Indonesia (KBBI), model didefinisikan sebagai  pola, acuan, atau ragam dari  sesuatu  yang ingin  dibuat  atau yang  dihasilkan. Model dapat diartikan sebagai representasi konkret dari suatu pola yang diciptakan untuk menghasilkan sesuatu (Albina et al. 2022). Sedangkan pembelajaran merupakan serangkaian aktivitas yang disusun untuk memfasilitasi terjadinya proses belajar yang telah direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai secara sistematis dengan tujuan mencapai hasil pembelajaran secara aktif, efektif, dan inovatif (Syihabudin & Ratnasari, 2020).

Dengan pesatnya kemajuan informasi dan teknologi di berbagai bidang, termasuk bidang pendidikan, terjadi dorongan untuk mengembangkan media pembelajaran, baik dalam bentuk perangkat lunak maupun perangkat keras. Hal ini berimplikasi pada perubahan perlahan namun pasti dalam peran guru yang beralih dari menjadi sumber belajar menjadi fasilitator. Karena model pembelajaran berbasis media semakin dominan, baik dalam lingkungan kelas maupun di luar kelas, maka peran guru sebagai fasilitator menjadi semakin penting. Guru diharapkan mampu merancang model pembelajaran yang benar-benar mendukung peserta didik untuk mengembangkan kemampuan mandiri dalam memahami materi pelajaran, baik yang disampaikan di dalam maupun di luar kelas (Tayeb, 2017).

Pemanfaatan model pembelajaran menjadi salah satu elemen krusial dalam pelaksanaan kegiatan belajar di dalam kelas. Model pembelajaran merujuk pada pendekatan yang diciptakan dan disusun dengan tujuan pencapaian hasil belajar tertentu. Penggunaan model pembelajaran memiliki potensi untuk mendukung dan mengoptimalkan pencapaian hasil belajar siswa. Model pembelajaran juga berperan sebagai fondasi kuat bagi jalannya proses pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai (Iryanto, 2021).

Pemilihan dan penerapan model pembelajaran akan menjadi kerangka awal guru dalam mendesain pembelajaran secara tepat, yang mencakup penentuan strategi dan metode belajar yang efektif dan efisien. Sering kali, pemilihan model dan strategi tidak dianalisis secara menyeluruh berdasarkan karakteristik peserta didik (Syihabudin & Ratnasari, 2020). Kegiatan pembelajaran sering kali terpusat pada guru karena pertimbangan kenyamanan orientasi tersebut. Guru perlu mengadopsi strategi yang dapat mendorong para siswa untuk menjadi mandiri dan aktif dalam proses belajar agar pembelajaran di dalam kelas berjalan secara efektif dan memungkinkan pengembangan pengetahuan yang bermanfaat bagi siswa. Oleh karena itu, pemilihan model harus dilakukan dan diterapkan dengan baik oleh pendidik sebagai manifestasi dari proses belajar yang bertujuan untuk mencapai hasil pembelajaran yang maksimal (Fitriana & Nurmawati, 2022).


B.Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) mengumumkan kurikulum merdeka sebagai opsi recovery pembelajaran dan menerbitkan pedoman pengembangan kurikulum merdeka. Satuan pendidikan diberi keleluasaan untuk memilih kebijakan pengembangan Kurikulum Merdeka ini, sebagai langkah berkelanjutan dalam menangani dampak krisis pembelajaran akibat pandemi COVID-19 pada periode 2022-2024. Kebijakan kurikulum dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dijadwalkan untuk direvisi pada tahun 2024, berdasarkan evaluasi pemulihan pembelajaran dan mempertimbangkan kondisi di mana pandemi COVID-19 telah mengakibatkan hambatan dan dampak serius pada proses pembelajaran di satuan pendidikan. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dipaparkan oleh Amalia & Sa'adah bahwa proses belajar mengajar di sekolah terdampak oleh COVID-19 dengan berbagai tantangan terkait keterbatasan kemampuan beradaptasi dan pengelolaan TI oleh guru dan siswa, sarana dan prasarana yang tidak memadai, akses internet terbatas dan kurangnya anggaran (Amalia & Sa'adah 2020).

Dalam menyikapi dinamika perkembangan zaman yang pesat, pemerintah menaruh harapan besar pada pendidikan untuk menjadi solusi atas beragam permasalahan muncul.  dengan upaya pemulihan pembelajaran yang tidak hanya fokus pada siswa di dalam kelas tetapi juga bereksplorasi di luar kelas. Proses pembelajaran harus bermetamorfosis dari model konvensional yang monoton menuju pembelajaran yang menyenangkan dan interaktif. Sistem pembelajaran yang demikian membentuk karakter percaya diri, mandiri, cerdas sosial dan kompetitif (Fetra Bonita Sari, Risda Amini, 2020). Merdeka Belajar Kampus merdeka menjadi sebuah kurikulum yang berorientasi membentuk peserta didik yang memiliki karakter-karakter unggul, yakni karakter dalam butir-butir penting Pancasila, akhlak mulia, taqwa, mandiri, berpikir, kritis, keterampilan gotong royong dan kreativitas (Yusuf & Arfiansyah, 2021).

Kurikulum merdeka tidak hanya memfokuskan pada pembelajaran di dalam ruangan kelas, melainkan juga mendorong eksplorasi di luar kelas, menciptakan pengalaman belajar yang lebih mengasyikkan dan menarik, serta mengalihkan fokus pembelajaran dari guru semata. Pendekatan pembelajaran ini membantu membentuk kepribadian yang percaya diri, mandiri, memiliki keterampilan sosial yang baik, dan siap bersaing. Selain itu, pendekatan ini juga membantu membentuk karakter-karakter penting seperti yang tercantum dalam Pancasila, nilai-nilai akhlak yang mulia, keimanan yang kuat, kemandirian, kemampuan berpikir kritis, keterampilan kolaboratif, dan daya kreasi (Madhakomala, Aisyah, & Rizqiqa, 2022).

Kurikulum merdeka bertujuan untuk mencapai keterampilan membaca dan berhitung. Penyelenggaraan kurikulum merdeka, yang memberikan solusi untuk meningkatkan kurikulum, dapat dilaksanakan secara bertahap, tergantung pada kesiapan masing-masing sekolah. Di Indonesia, kurikulum merdeka telah diterapkan di 2.500 sekolah terhitung sejak tahun pelajaran 2021/2022. Sedangkan lembaga pendidikan yang berpartisipasi adalah sekolah yang termasuk dalam Mobilisches School Program (Program Sekolah Penggerak) dan sekolah kejuruan sebagai bagian dari pusat kompetensi (Fauzi, 2022). Pembaharuan pendidikan dilakukan sebagai bagian dari pengarus utama paradigma baru pendidikan yang inklusif. Kurikulum merdeka ini telah dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pendidikan di berbagai tingkatan (Vhalery, Setyastanto, & Leksono, 2022). Selanjutnya di tahun 2022/2023 dapat menentukan dan menyesuaikan kesiapan dari satuan pendidikan dalam mengimplementasikannya. Evaluasi tindakan mandiri melalui kurikulum merdeka, dalam hal ini negara mengusulkan survei untuk mendukung satuan pendidikan dalam menilai tingkat kematangan pelaksanaan dan pelaksanaan kurikulum merdeka (Usanto, 2022).

Sesuai dengan kurikulum merdeka, satuan pendidikan dapat mengambil tiga pilihan yang menentukan tentang pelaksanaan yang akan dilaksanakan pada tahun ajaran 2022/2023 dalam rencana pembelajaran merdeka. Pertama, terapkan beberapa prinsip kurikulum merdeka tanpa menghilangkan sama sekali yang lama. Kedua, penerapan kurikulum merdeka dengan bahan ajar yang sudah jadi. Ketiga, penerapan kurikulum merdeka dengan pengembangan merdeka berbagai bahan ajar (Indarta et al. 2022). Kurikulum Merdeka mencakup tiga jenis kegiatan pembelajaran berikut:

1)Pembelajaran intrakurikuler dilaksanakan dengan cara yang berbeda-beda, sehingga siswa memiliki waktu yang cukup untuk membiasakan diri dengan konsep dan memperkuat keterampilannya. Hal ini juga memberikan keleluasaan bagi guru untuk memilih bahan ajar yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik siswa.

2)Co-learning berupa proyek penguatan profil pelajar dan mahasiswa Pancasila, dengan menggunakan prinsip pembelajaran interdisipliner yang menitik beratkan pada pengembangan karakter dan kompetensi umum.

3)Pembelajaran ekstrakurikuler berlangsung sesuai dengan minat siswa dan sumber daya satuan pengajaran (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, 2022).

Adapun dalam pelaksanaan pembelajaran Kurikulum Merdeka, proses belajar-mengajar terintegrasi dalam suatu siklus pembelajaran yang melalui tiga tahapan, yaitu sebagai berikut:

1)Penilaian diagnostik : Asesmen awal oleh guru bertujuan untuk memahami potensi, karakteristik, kebutuhan, perkembangan, dan tahapan belajar siswa. Proses penilaian ini umumnya dilakukan pada awal tahun pelajaran, sehingga hasilnya dapat digunakan sebagai dasar untuk perencanaan metode pembelajaran yang lebih lanjut.

2)Buat rencana : Guru mengatur proses pembelajaran berdasarkan hasil asesmen diagnostik dan mengelompokkan siswa sesuai dengan tingkat kemampuannya.

3)Belajar: Selama proses pembelajaran, guru secara berkala akan melaksanakan penilaian kemajuan atau formatif untuk mengetahui kemajuan belajar siswa dan menyesuaikan metode pembelajaran jika diperlukan. Sedangkan di akhir proses pengajaran, guru juga dapat melakukan penilaian sumatif sebagai proses menilai ketercapaian tujuan pengajaran (Usanto, 2022).

Terkait pemberlakuan Kurikulum Merdeka, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan merumuskan prinsip-prinsip kurikulum m&iri yang terbagi menjadi empat prinsip pembelajaran Merdeka Belajar dalam Kurikulum Merdeka (Usanto, 2022). Pertama, merubah Ujian Sekolah Berstanandar Nasional (USBN) menjadi asesmen kompetensi. Dalam kurikulum merdeka, USBN di sekolah-sekolah di Indonesia digantikan oleh asesmen kompetensi. Perubahan ini bertujuan untuk mengembalikan kebebasan sekolah dalam menetapkan kelulusan sesuai undang-undang pendidikan nasional. Asesmen keterampilan dapat berupa tes tertulis atau bentuk asesmen komprehensif lainnya untuk mengevaluasi keterampilan tambahan siswa. Perubahan ini dianggap menguntungkan sekolah, guru, dan siswa, dengan siswa dapat menunjukkan keterampilan tanpa tekanan, guru dapat lebih mandiri dalam pengajaran dan penilaian, serta sekolah memiliki hasil pembelajaran dan nilai positif (Arisanti, 2022).

Kedua, mengubah Ujian Nasional (UN) menjadi penilaian atau asesmen keterampilan minimum dan survei kepribadian.  Fokus utama ujian nasional telah digantikan oleh asesmen keterampilan minimum dan survei kepribadian untuk mengurangi tekanan pada siswa, orang tua, dan guru untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Penilaian keterampilan akan mengukur keterampilan berpikir kritis seperti literasi, numerasi dan karakter serta pemecahan masalah pribadi dan profesional berdasarkan praktik internasional. Sedangkan rentang kepribadian diukur dari faktor yang mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan profil Pancasila di sekolah. Ketiga, meminimalkan rencana penerapan pembelajaran (RPP). Kegiatan ini dirancang untuk mengoptimalkan kinerja guru di kelas. Sebelumnya, RPP memiliki banyak sekali segmen sehingga jika disusun menjadi lebih dari 20 halaman. Namun saat ini RPP dapat disusun dalam 1 halaman, meliputi 3 unsur penting yaitu tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan penilaian. Tujuannya untuk mempermudah pengelolaan guru sehingga waktu guru lebih terarah pada pembelajaran dan sekarang RPP sudah diganti dengan modul ajar yang sifatnya lebih beragam (Febrianti 2022; Adi Wibawa et al. 2022).

Keempat, peraturan tata batas siswa baru batas. Sistem zonasi yang diterapkan dalam Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) lebih fleksibel. Rancangan peraturan sebelumnya membagi sistem pemartisian PPDB menjadi tiga, yaitu zonasi 80%, pencapaian prestasi 15%, dan perpindahan 5%. Sementara itu, proyek regulasi terbaru terbagi menjadi empat, yakni roadmap zonasi 50%, roadmap afirmatif 15%, roadmap transfer 5%, roadmap prestasi 0-30% (Vhalery, Setyastanto, & Leksono, 2022).
Program MBKM menjadi program unggulan yang menjadikan pembelajaran berorientasi pada pemahaman dasar dan evolusi bertahap kompetensi siswa. Pembelajaran dilakukan mendalam, bermakna, tanpa terburu-buru, dan menyenangkan. Keunggulan lainnya adalah memberikan kemandirian yang lebih besar. Di tingkat menengah, siswa diarahkan pada mata pelajaran sesuai minat, bakat, dan ambisi mereka. Bagi guru, pendekatan ini mendorong pengajaran yang sesuai perkembangan dan evaluasi kemajuan siswa. Sekolah yang menerapkan program ini memiliki wewenang mengembangkan dan mengelola proses belajar-mengajar sesuai karakteristik setiap satuan pengajaran dan kebutuhan siswa. Keuntungan lainnya adalah peningkatan relevansi dan interaktivitas pembelajaran (Arisanti, 2022).
Kurikulum Merdeka Belajar memiliki karakteristik khusus yang menjadi keunggulannya. Kurikulum ini menekankan pada pengembangan kompetensi dan karakter siswa.  Dalam praktiknya, beberapa karakteristik proses pembelajaran kurikulum Merdeka dapat dideskripsikan sebagai berikut:
1)Pembelajaran berbasis proyek untuk mengembangkan soft skill dan sesuai dengan kepribadian siswa Pancasila.
2)Berfokus pada materi penting untuk menghabiskan lebih banyak waktu mempelajari keterampilan dasar seperti literasi dan numerasi. Program Kurikulum Merdeka Belajar menitikberatkan pada materi esensial dengan mengurangi jumlah pembelajaran di setiap mata pelajaran. Pendekatan ini mencerminkan prioritas pada kualitas daripada kuantitas. Dampaknya, hasil pengajaran bahan-bahan esensial dirasakan oleh sekolah, memberikan keleluasaan dalam pemanfaatan materi konseptual sesuai dengan visi dan misi sekolah serta lingkungan sekitar (Idhartono, 2022).
3)Keleluasaan bagi guru untuk melaksanakan pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan kemampuan dan karakteristik belajar siswa. Guru dapat menyesuaikan materi belajar dengan konteks muatan lokal.
4)Program Merdeka belajar dinilai lebih fleksibel dib&ing program sebelumnya. Dengan kata lain, guru, siswa dan sekolah lebih "mandiri" dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran di sekolah. Siswa tidak lagi belajar di kelas dengan membaca atau menghafal buku, tetapi siswa bisa belajar di mana saja untuk membuat suatu karya atau proyek. Selanjutnya pada program studi mandiri, kompetensi tidak lagi ditentukan oleh tahun, tetapi oleh periode. Dalam pembelajaran m&iri, jam-jam tersebut tidak ditargetkan per minggu, melainkan per tahun. Dengan cara ini, sekolah dapat merancang program mereka dengan lebih fleksibel, para siswa bebas pelajaran sesuai minat dan bakatnya, dan mereka juga diberikan kebebasan untuk memilih topik yang ingin mereka fokuskan (Idhartono, 2022).

C.Model Pembelajaran Efektif dalam Implementasi Kurikulum Merdeka
Model pembelajaran merujuk pada metode pengajaran atau cara menyampaikan materi kepada siswa selama proses belajar. Dalam konteks lain, model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu perancangan pembelajaran yang bertujuan untuk memfasilitasi pemahaman peserta didik terhadap penyajian materi pembelajaran dengan susunan yang terstruktur dan menarik (Kurniawan & Mahmudah, 2020). Model pembelajaran menjadi faktor kunci dalam menentukan keberhasilan keterampilan berpikir kritis siswa adalah penggunaan model pembelajaran yang tepat. Keterampilan berpikir kritis ini mencakup kemampuan siswa untuk menganalisis, mengevaluasi, dan merumuskan argumen secara mendalam (Meila Rahmawati, Sutarni, & Muhammad, 2023).
Model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu pendekatan yang melibatkan berbagai aspek, dan klasifikasinya dapat dilakukan berdasarkan tujuan pembelajaran, urutan langkah-langkah yang diambil, serta karakteristik lingkungan belajar. Pemilihan dan implementasi model pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, sambil memperhitungkan karakteristik lingkungan dan peserta didik yang terlibat dalam proses pembelajaran (Kosassy, S.O., Gistituati, N., & Montesori, 2019). Model menyangkut suatu cara yang memungkinkan siswa memperoleh kemudahan dalam mempelajari bahan ajar yang diberikan oleh guru kepada siswa melalui proses pembelajaran yang telah direncanakan. Ketepatan pemilihan model pembelajaran akan mampu menciptakan kondisi belajar yang kondusif dan menyenangkan bagi kegiatan belajar-mengajar di kelas. Hal ini menjadikan proses pembelajaran akan berjalan yang efektif dan efisien serta membantu siswa mencapai hasil belajar yang diharapkan.
Merujuk pada karakteristik Kurikukulum merdeka belajar yang penulis paparkan di atas, ada beberapa metode belajar efektif yang dapat diterapkan pada program kurikulum ini. Berikut beberapa metode belajar yang efektif untuk digunakan dalam kurikulum merdeka belajar, antara lain:

1)Model Project Based Learning (PBL)
Program pembelajaran kurikulum merdeka ini memiliki karakteristik utama dengan tujuan mendukung proses pemulihan pembelajaran. Karakteristik utama yang disebutkan adalah pembelajaran berbasis proyek atau berbasis proyek dengan tujuan mengembangkan karakter dan keterampilan teknis siswa (Rahmadani, 2019).. Sedangkan model pembelajaran Project Based Learning merupakan model belajar yang berorientasi pada pemecahan permasalahan yang berl&askan ilmu pengetahuan dan pengalaman (Rahmadani, 2019). Penyusunan dan penerapan model ini memiliki fleksibilitas tinggi. Hal ini memungkinkan guru dalam melaksanakan pembelajaran dapat menyesuaikan kemampuan siswa dan menyesuaikan dengan konteks dan muatan lokal (mulok). Pembelajaran dengan model pemecahan masalah dapat dinilai sebagai model yang efektif  dan relevan dengan etos pembelajaran kurikulum MBKM yang mengutamakan pengembangan kompetensi dan karakter siswa.
Pembelajaran berbasis proyek adalah model pembelajaran dimana siswa memiliki banyak kesempatan untuk mengeksplorasi dan memperdalam materi pembelajaran yang telah diajarkan sambil mengembangkan keterampilan atau kemampuan dalam upaya memecahkan masalah, dan penyelidikan. Pembelajaran berbasis proyek adalah cara belajar yang menggunakan proyek atau kegiatan yang terencana sebagai tujuan. Kegiatan pembelajaran memiliki jangka panjang yang melibatkan siswa dalam merancang, membuat, dan mewujudkan suatu produk atau hasil untuk memecahkan masalah nyata (Nurfitriyanti, 2016).
Dalam model pembelajaran PBL, proyek menjadi pusat pembelajaran dengan berfokus pada pemecahan permbasalahan dengan melalui analisis yang mengarahkan siswa untuk mencari solusi dengan menggunakan konsep atau prinsip ilmiah yang relevan. Dengan cara ini, siswa membangun pengetahuan mereka dengan melakukan investigasi m&iri dan guru bertindak sebagai pembimbing (Fauzia, 2018). Para siswa dituntut untuk tetap aktif karena model pembelajaran ini berpusat pada siswa atau student centered. Siswa bertindak sebagai pemecah masalah. Kegiatan siswa berfokus pada kegiatan yang menyerupai kegiatan atau situasi kehidupan nyata. Kegiatan ini mengintegrasikan tugas etis untuk menciptakan sikap profesional (Junedi, Mahuda, & Kusuma, 2020). Dengan demikian, dari paparan di atas dapat dipahami bahwa karakteristik dalam program kurikulum merdeka belajar bahwa pembelajaran berbasis proyek merupakan metode yang paling terfokus dalam upaya pengembangan kepribadian siswa.
2)Model Active Learning
Model pembelajaran active learning merupakan sebuah model pembelajaran yang menitikberatkan pada keterlibatan siswa secara lebih aktif selama proses pembelajaran. Proses pembelajaran dengan model ini dimulai dari memikirkan sesuatu, kemudian berdiskusi, mendiskusikan sesuatu, kemudian menyelidiki, dan terakhir secara khusus adalah penciptaan sesuatu. Semua proses ini dilakukan di kelas saat menggunakan metode ini (Hidayat & Syahidin, 2019).
Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran aktif, beberapa keuntungan dapat diperoleh, terutama dengan penguatan materi dengan metode ini akhirnya guru dapat terbantu. Selain itu, siswa akan dapat memahami keterampilan dan konsep yang diajarkan secara mendalam, karena proses metodi ini dapat membantu siswa memperdalam pemahaman mereka (Anggara, 2021). Model pembelajaran aktif akan memberikan siswa lebih banyak kesempatan untuk mendemonstrasikan pengetahuan, keterampilan dan pengalaman-pengalaman yang mungkin atau sedang mereka peroleh dari berbagai literartur atau kehidupan nyata. Para siswa juga dapat menggali lebih jauh soft skill yang dimiliki melalui proses pembelajaran yang berbentuk kerjasama tim, kerja kelompok atau kolaborasi dengan guru (Isya', 2017).
Keuntungan dari pendekatan ini adalah akan membantu memperkuat materi, dan keterampilan serta konsep siswa juga akan meningkat saat bekerja dengan teman sebaya karena pembelajaran mendorong mereka untuk aktif. Tidak jauh berbeda dengan metode pertama, dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa metode ini dapat meng&ung keistimewaan dalam program pengajaran m&iri yaitu belajar untuk mengembangkan aktivitas siswa.
3)Model Cooperative Learning
Pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning) adalah pembelajaran yang efektif dengan membentuk kelompok-kelompok kecil untuk bekerja sama, berinteraksi dan bertukar pikiran selama proses pembelajaran. Dalam pembelajaran kooperatif, pembelajaran dikatakan belum tuntas jika salah satu anggota kelompok tidak menguasai materi pelajaran (Prasetyawati, 2021). Filosofi dibalik pembelajaran kooperatif dalam pendidikan adalah "homo homini socius" yang memandang manusia sebagai makhluk sosial (social creatures) yang selalu menjalin kerjasama dengan makhluk lain. Model pembelajaran kooperatif memiliki perbedaan yang mencolok jika dibandingkan dengan pembelajaran tatap muka. Selain dirancang untuk mencapai hasil pembelajaran, model pembelajaran kooperatif juga terbukti efektif dalam memperkaya keterampilan sosial siswa (Israil, 2019).
Model pembelajaran kooperatif didesain dengan tujuan mencapai prestasi akademik, toleransi, penerimaan terhadap keberagaman, dan pengembangan keterampilan sosial sebagai hasil pembelajaran. Untuk mencapai tujuan tersebut, model pembelajaran kooperatif menekankan pada kerjasama dan ketergantungan antara siswa dalam hal struktur tugas, tujuan, dan penghargaan. Struktur tugas mengacu pada seberapa baik siswa dapat mengatur tugas-tugas tertentu. Struktur tujuan dan penghargaan mengacu pada tim kompetitif atau kerja sama yang diperlukan untuk mencapai tujuan dan penghargaan yang diinginkan (Khoerunnisa & Aqwal, 2020). Model Cooperatif Learning sesuai dengan karakteristik pembelajaran kurikulum merdeka belajar, yang mana terkandung dalam metode pembelajaran ini jelas mencerminkan poin-poin penting  kepribadian Pancasila untuk dapat membentuk menjadi pelajar yang aktif-kolaboratif dan berkepribadian.
4)Model Discovery learning
Discovery learning adalah model pembelajaran yang prinsipnya menyatakan bahwa materi pelajaran tidak disampaikan dalam bentuk final, melainkan siswa sebagai pembelajar didorong untuk menentukan apa yang ingin mereka ketahui. Selanjutnya, siswa diarahkan untuk mencari informasi sendiri dan mengorganisir atau merumuskan temuan mereka. Model Discovery akan membentuk pengetahuan dari apa yang siswa ketahui dan mereka memahaminya dalam bentuk definitif  (Sunarto & Amalia, 2022).
Dalam penemuan, masalah yang dihadapi siswa adalah suatu jenis masalah yang dirancang oleh guru untuk memperoleh hasil tentang masalah itu melalui proses penelitian. Oleh karena itu, penerapan Discovery Learning yang berulang-ulang dapat meningkatkan kapasitas individu untuk penemuan kemampuan diri. Penggunaan model Discovery Learning untuk mengubah kondisi pembelajaran yang pasif menjadi pembelajaran yang aktif dan kreatif. Pergeseran dari pengajaran yang berpusat pada guru menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (Salmi, 2019).  
Pembelajaran model Discovery Learning dapat mengembangkan cara belajar yang lebih mandiri dan aktif dalam segala pengertian belajar, karena selama proses pembelajaran para siswa akan mampu menemukan jawaban atas pertanyaan dan permasalahan yang ia miliki. Oleh karena itu, gaya belajar ini tergolong pembelajaran yang efektif dan efisien untuk diterapkan dalam pelaksanaan Kurikulum Merdeka.
5)Model Think-Pair-Share
Model pembelajaran Think, Pair, & Share bertujuan untuk mengembangkan interaksi siswa. Akibatnya, minat dan keingintahuan siswa terhadap konten pembelajaran meningkat. Sintaks sederhana model TPS dimulai dengan menyajikan konten dokumen dengan cara seperti biasa. Guru kemudian menempatkan siswa secara berpasangan sehingga mereka dapat berkolaborasi (berpikir berpasangan). Selama proses kerjasama tersebut, tentunya akan banyak sekali pembahasan yang akan mereka lakukan. Setelah banyak melakukan diskusi, barulah antar siswa dapat saling mendemonstrasikan hasil diskusinya (Putri et al. 2023).
Model TPS memiliki ciri khas di mana siswa diberi arahan untuk mengatasi tantangan secara mandiri atau berkolaborasi dengan pasangan untuk menemukan solusi. Pendekatan ini mendorong interaksi, pembagian informasi, dan kerja sama antara siswa dalam pemecahan masalah (Putri et al. 2023). Selain menghubungkan dan memfasilitasi proses belajar-mengajar, model ini memberikan manfaat signifikan bagi perkembangan siswa. Ini berarti siswa memiliki peluang untuk berinteraksi secara langsung dengan teman sekelasnya, sehingga mereka dapat berbagi informasi, bertukar pikiran, dan berlatih untuk mempertahankan pandangan mereka sendiri jika dianggap tepat.
Dalam kegiatan Think-Pair-Share, siswa menghabiskan lebih banyak waktu mengerjakan tugas dan aktif mendengarkan satu sama lain. Penerapan model ini akan berdampak positif pada partisipasi siswa di kelas, dan lebih banyak siswa merasa percaya diri untuk menjawab pertanyaan setelah berdiskusi dengan teman mereka. Dalam hal ini, kegiatan tersebut juga membantu meningkatkan daya ingat siswa karena waktu tunggu yang diberikan meningkatkan kesempatan untuk merespons dan menjelaskan jawaban dengan lebih baik (Kurjum, Muhid, & Thohir, 2020) Selain itu, guru juga dapat memiliki lebih banyak waktu untuk berpikir dengan menggunakan Think-Pair-Share. Mereka dapat berfokus pada mendengarkan tanggapan siswa, mengamati tanggapan siswa, dan mengajukan pertanyaan tingkat tinggi.

KESIMPULAN
Penerapan Kurikulum Merdeka melalui program Merdeka Belajar Kampus Merdeka merupakan upaya signifikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan nasional pasca Pandemi Covid-19, yang pantas mendapat apresiasi tinggi. Kurikulum Merdeka, yang diterapkan di beberapa negara termasuk Indonesia, memberikan kebebasan lebih besar kepada lembaga penyelenggara pendidikan, kepala sekolah, dan para guru dalam merancang kurikulum serta menentukan model pembelajaran yang relevan sesuai dengan kebutuhan kompetensi siswa dan tuntutan perkembangan zaman modern. Meskipun memiliki tujuan positif, Kurikulum Merdeka menghadapi beberapa tantangan dalam implementasinya. Oleh karena itu, pemilihan model pembelajaran yang sesuai dan efektif menjadi krusial untuk memastikan proses pembelajaran yang optimal dan pencapaian tujuan pembelajaran.
Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka memiliki karakteristik menonjol, terutama dalam pendekatan pembelajaran berbasis proyek untuk mengembangkan baik hard skill maupun soft skill siswa, yang didasarkan pada profil pelajar Pancasila. Fokus pada materi penting, seperti literasi dan numerasi, menjadi prioritas utama, dan memberikan keleluasaan bagi guru untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi sesuai dengan kemampuan siswa dan konteks muatan lokal. Pentingnya pemilihan model pembelajaran terlihat dalam lima (5) model yang efektif untuk diterapkan dalam implementasi Kurikulum Merdeka, yaitu Problem Based Learning, Active Learning, Cooperative Learning, Discovery learning, dan Think-Pair-Share. Keberhasilan penerapan kurikulum ini sangat bergantung pada kesesuaian model pembelajaran yang dipilih dengan karakteristik siswa dan tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Daftar Pustaka

Adi Wibawa, Kadek, Made I Legawa, I Made Wena, & Ida Bagus Seloka. 2022. 'Meningkatkan Pemahaman Guru Tentang Kurikulum Merdeka Belajar Melalui Directinteractive Workshop'. Cakrawala Ilmiah 2 (2): 489--96.
Ainia, Dela Khoirul. 2020. 'Merdeka Belajar Dalam P&angan Ki Hadjar Dewantara Dan Relevansinya Bagi Pengembanagan Pendidikan Karakter'. Jurnal Filsafat Indonesia 3 (3): 95--101. https://doi.org/10.23887/jfi.v3i3.24525.
Albina, Meyniar, Ardiyan Safi'i, Mhd. Alfat Gunawan, Mas Teguh Wibowo, Nur Alfina Sari Sitepu, & Rizka Ardiyanti. 2022. 'Model Pembelajaran Di Abad Ke 21'. Warta Dharmawangsa 16 (4): 939--55. https://doi.org/10.46576/wdw.v16i4.2446.
Amalia, &ina, & Nurus Sa'adah. 2020. 'Dampak Wabah Covid-19 Terhadap Kegiatan Belajar Mengajar Di Indonesia'. Jurnal Psikologi 13 (2): 214--25. https://doi.org/10.35760/psi.2020.v13i2.3572.
Anggara, Reky Tri Prasetyo. 2021. 'Penerapan Model Pembelajaran Active Learning Type Quiz Team Dapat Menuntaskan Hasil Belajar Mata Diklat Di Smk'. Jurnal Kajian Pendidikan Teknik Bangunan.
Arisanti, Dewa Ayu Kade. 2022. 'Analisis Kurikulum Merdeka Dan Platform Merdeka Belajar Untuk Mewujudkan Pendidikan Yang Berkualitas'. Jurnal Penjaminan Mutu 8 (02): 243--50. https://doi.org/10.25078/jpm.v8i02.1386.
Asy'ari, Ari, & Tasman Hamami. 2020. 'Strategi Pengembangan Kurikulum Menghadapi Tuntutan Kompetensi Abad 21'. IQ (Ilmu Al-Qur'an): Jurnal Pendidikan Islam 3 (01): 19--34. https://doi.org/10.37542/iq.v3i01.52.
Didiyanto, Didiyanto. 2017. 'Paradigma Pengembangan Kurikulum Pai Di Lembaga Pendidikan'. Edureligia; Jurnal Pendidikan Agama Islam 1 (2): 122--32. https://doi.org/10.33650/edureligia.v1i2.740.
Fauzi, Achmad. 2022. 'Implementasi Kurikulum Merdeka Di Sekolah Penggerak'. Pahlawan: Jurnal Pendidikan-Sosial-Budaya 18 (2): 18--22. https://doi.org/10.57216/pah.v18i2.480.
Fauzia, Awaliya Hadist. 2018. 'Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika SD'. PRIMARY 7 (April): 40--47.
Febrianti, Nur Azizah. 2022. 'Analisis Penerapan Kurikulum Merdeka Pada Pembelajaran Bahasa Dan Sastra Indonesia Sebagai Pembentukan Keterampilan Berpikir Kritis'. Prosiding Samasta, 1--11.
Fetra Bonita Sari, Risda Amini, M. 2020. 'Implementasi Kurikulum Prototype'. BASICEDU 6 (4): 524--32. https://journal.uii.ac.id/ajie/article/view/971.
Fitriana, & Nurmawati. 2022. 'Pengaruh Strategi Pembelajaran Tadzkirah Dan Sikap Religius Terhadap Hasil Belajar Fiqh Di Ma Muq Langsa'. Tarbiyatuna: Jurnal Pendidikan Islam 15 (2): 160--74. https://medium.com/@arifwicaksanaa/pengertian-use-case-a7e576e1b6bf.
H&ayani, Nengah Dwi, Ida Bagus Nyoman Mantra, & I Nyoman Suw&i. 2019. 'Integrating Collaborative Learning in Cyclic Learning Sessions to Promote Students' Reading Comprehension & Critical Thinking'. International Research Journal of Management, IT & Social Sciences 6 (5): 303--8. https://doi.org/10.21744/irjmis.v6n5.777.
Hidayat, Tatang, & Syahidin Syahidin. 2019. 'Inovasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Melalui Model Contextual Teaching & Learning Dalam Meningkatkan Taraf Berfikir Peserta Didik'. Jurnal Pendidikan Agama Islam 16 (2): 115--36. https://doi.org/10.14421/jpai.2019.162-01.
Idhartono, Amelia Rizky. 2022. 'Literasi Digital Pada Kurikulum Merdeka Belajar Bagi Anak Tunagrahita'. Jurnal Teknologi Pembelajaran 6 (1): 91--96.
Ihsan. 2016. 'Penguatan Pendidikan Agama Islam Pada Madrasah Aliyah Di Kudus'. Nadwa: Jurnal Pendidikan Islam 6 (1): 115--36. https://doi.org/10.21580/nw.2012.6.1.464.
Indarta, Yose, Nizwardi Jalinus, Waskito Waskito, Agariadne Dwinggo Samala, Afif Rahman Riy&a, & Novi Hendri Adi. 2022. 'Relevansi Kurikulum Merdeka Belajar Dengan Model Pembelajaran Abad 21 Dalam Perkembangan Era Society 5.0'. Edukatif: Jurnal Ilmu Pendidikan 4 (2): 3011--24. https://doi.org/10.31004/edukatif.v4i2.2589.
Iryanto, Nindy Dewi. 2021. 'Jurnal Basicedu'. Jurnal Basicedu 5 (5): 3829--40.
Israil, Isnawati. 2019. 'Implementasi Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe STAD Untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPA Di SMP Negeri 1 Kayangan'. Jurnal Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian Dan Kajian Kepustakaan Di Bidang Pendidikan, Pengajaran Dan Pembelajaran 5 (2): 117. https://doi.org/10.33394/jk.v5i2.1807.
Isya', Muhammad &i. 2017. 'Pengembangan Model Pembelajaran Instruksional Design Dengan Model Addie Mata Pelajaran PAI Pada Materi Mengulang-Ulang Hafalan Surah Al Ma'un Dan Al Fil Secara Klasikal, Kelompok Dan Individu Kelas V SDN Gedongan 2 Kota Mojokerto'. Ta'dibia: Jurnal Ilmiah Pendidikan Agama Islam 7 (1): 71. https://doi.org/10.32616/tdb.v7i1.37.
Junedi, Beni, Isnaini Mahuda, & Jaka Wijaya Kusuma. 2020. 'Optimalisasi Keterampilan Pembelajaran Abad 21 Dalam Proses Pembelajaran Pada Guru MTs Massaratul Mut'allimin Banten'. Transformasi: Jurnal Pengabdian Masyarakat 16 (1): 63--72. https://doi.org/10.20414/transformasi.v16i1.1963.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia. 2022. 'Latar Belakang Kurikulum Merdeka'. Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik Indonesia. 2022. https://pusatinformasi.guru.kemdikbud.go.id/hc/en-us/articles/6824331505561-Tentang-Kurikulum-Merdeka,.
Khoerunnisa, Putri, & Syifa Masyhuril Aqwal. 2020. 'Analisis Model-Model Pembelajaran'. JF 4 (1): 1--27. https://doi.org/10.36088/fondatia.v4i1.441.
Kosassy, S.O., Gistituati, N., & Montesori, M. 2019. '1st International Conference on Innovation in Education (ICoIE 2018)'. In The Effect of Contextual Learning Approach, 141--45. Atlantis Press.
Kurjum, Mohammad, Abdul Muhid, & Muhammad Thohir. 2020. 'Think Pair Share Model As Solution To Develop Students' Critical Thinking In Islamic Studies: Is It Effective?' Cakrawala Pendidikan 39 (1): 144--55.
Kurniawan, Ary, & Fitri Nur Mahmudah. 2020. 'PELAKSANAAN PEMBELAJARAN BERBASIS TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN'. AL-TANZIM: Jurnal Manajemen Pendidikan Islam 4 (2): 66--78. https://doi.org/10.33650/al-tanzim.v4i2.1156.
Madhakomala, Layli Aisyah, & Fathiyah Rizqiqa. 2022. 'Kurikulum Merdeka Dalam Perspektif Pemikiran Pendidikan Paulo Freire'. At- Ta'lim: Jurnal Pendidikan 8 (2): 162--72. https://doi.org/10.55210/attalim.v8i2.819.
Meila Rahmawati, Siti, Nani Sutarni, & Ilham Muhammad. 2023. 'Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Melalui Model Contextual Teaching & Learning: Quasi-Eksperimen' 4: 969--76. http://jurnaledukasia.org.
Muhammad, Ilham, Dika Faiz Himmawan, Syifa Mardliyah, & Dadan Dasari. 2023. 'Analisis Bibliometrik: Fokus Penelitian Critical Thinking Dalam Pembelajaran Matematika(2017 -- 2022)'. JPMI (Jurnal Pembelajaran Matematika Inovatif) 6 (1): 19--32. https://doi.org/10.22460/jpmi.v6i1.14759.
Nurfitriyanti, Maya. 2016. 'Model Pembelajaran Project Based Learning Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika'. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA 6 (2): 149--60. https://doi.org/10.30998/formatif.v6i2.950.
Prasetyawati, Vianita. 2021. 'Metode Cooperative Learning Dalam Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar Siswa Pada Masa P&emi Covid-19'. Epistema 2 (2): 90--99. https://doi.org/10.21831/ep.v2i2.41275.
Puspitarini, Dyah. 2022. 'Blended Learning Sebagai Model Pembelajaran Abad 21'. Ideguru: Jurnal Karya Ilmiah Guru 7 (1): 1--6. https://doi.org/10.51169/ideguru.v7i1.307.
Putri, Easter Valupi, Adi Winanto, Universitas Kristen, & Satya Wacana. 2023. 'Model Pembelajaran Think Pair Share Dengan Media Video Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Siswa' 9 (3): 1302--7. https://doi.org/10.31949/educatio.v9i3.5597.
Rahmadani. 2019. 'Metode Penerapan Model Pembelajaran Based Learning (PBL)'. Lantanida Journal 7 (1): 75--86. https://jurnal.ar-raniry.ac.id/index.php/lantanida/article/view/4440/pdf.
Redhana, I Wayan. 2019. 'Mengembangkan Keterampilan Abad Ke-21 Dalam Pembelajaran Kimia'. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia 13 (1): 2239--52.
Romlah. 2011. 'Implementasi Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Dengan Pendekatan Kontekstual Sebagai Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Di SMPN 13 Kota Malang'. Jurnal PROGRESIVA 5 (1): 13--28.
Rosdiana. 2018. 'Penggunaan Media Pembelajaran Berbasis ICT Dan Pengaruhnya Terhadap Tingkat Kelulusan Ujian Nasional Siswa Pada Sekolah Menengah Di Kota Palopo (Studi Kasus Di 5 Sekolah Menengah Di Kota Palopo)'. Al-Khwarizmi: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam 4 (1): 73--82. https://doi.org/10.24256/jpmipa.v4i1.253.
Salmi. 2019. 'Penerapan Model Pembelajaran Discovery Learning Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Ekonomi Peserta Didik Kelas Xii Ips.2 Sma Negeri 13 Palembang'. PROFIT: Jurnal Kajian Pendidikan Ekonomi Dan Ilmu Ekonomi 6 (1): 1--16. https://doi.org/10.36706/jp.v6i1.7865.
Subayil. 2020. 'Kebijakan Pendidikan Di Era Globalisasi'. DIDAKTIKA: Jurnal Pemikiran Pendidikan 23 (1): 30--44. https://doi.org/10.24853/ma.3.
Sumantri, Budi Agus. 2019. 'Pengembangan Kurikulum Di Indonesia Menghadapi Tuntutan Kompetensi Abad Ke-21'. At-Ta'lim: Media Informasi Pendidikan Islam 18 (1): 27--50. https://ejournal.iainbengkulu.ac.id/index.php/attalim/article/view/1614.
Sunarto, Muhammad Fikri, & Nur Amalia. 2022. 'Penggunaan Model Discovery Learning Guna Menciptakan Kem&irian Dan Kreativitas Peserta Didik'. Bahtera 21 (1): 1--23.
Suwartini, Sri. 2017. 'Pendidikan Karakter Dan Pembangunan Sumber Daya Manusia Keberlanjutan'. Trihayu: Jurnal Pendidikan Ke-SD-An Vol. 4 (1): 220--34.
Syihabudin, Syahna Apriani, & Trisna Ratnasari. 2020. 'Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Yang Efektif Pada Anak Usia Sekolah Dasar'. Jurnal BELAINDIKA (Pembelajaran Dan Inovasi Pendidikan) 2 (1): 21--31. https://doi.org/10.52005/belaindika.v2i1.26.
Tayeb, Thamrin. 2017. 'Analisis Dan Manfaat Model Pembelajaran'. Jurnal Pendidikan Dasar Islam 4 (02): 48--55.
Usanto, S. 2022. 'Implementasi Kurikulum Merdeka Belajar Dalam Meningkatkan Pemahaman Siswa'. Cakrawala Repositori IMWI 5 (2): 494--502. https://www.cakrawala.imwi.ac.id/index.php/cakrawala/article/view/142.
Vhalery, Rendika, Albertus Maria Setyastanto, & Ari Wahyu Leksono. 2022. 'Kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka: Sebuah Kajian Literatur'. Research & Development Journal of Education 8 (1).
Yulia Pramesta, Siska. 2023. 'Pengalokasian Beasiswa Pendidikan Guna Meningkatkan Prestasi Siswa Di SMA Antartika Sidoarjo'. Jurnal Pendidikan Sosial Humaniora 2 (2): 1135--2962. https://doi.org/10.30640/dewantara.v2i2.1044.
Yusuf, M., & Witrialail Arfiansyah. 2021. 'Konsep "Merdeka Belajar" Dalam P&angan Filsafat Konstruktivisme'. AL-MURABBI: Jurnal Studi Kependidikan Dan Keislaman 7 (2): 120--33. https://doi.org/10.53627/jam.v7i2.3996.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun