Bedanya, Ayah di film Pareeksha tidak memanipulasi anaknya. Ia mengerti jika anaknya memiliki bakat dalam bidang pendidikan namun tidak mendapat kesempatan bersekolah di tempat yang lebih baik. Sang anak dalam film Pareeksha dikisahkan bersekolah di sekolah negeri yang kualitasnya kurang baik.
Sang Ayah yang berprofesi sebagai tukang becak pun tak menyerah untuk memasukkan anaknya di sekolah favorit agar bisa melanjutkan pendidikan yang berkualitas. Meski dengan sedikit memohon kepada kepala sekolah akhirnya Sang anak bisa diterima meski biaya sekolah mahal. Ayah dalam film Pareeksha sampai hutang besar untuk menyekolahkan anaknya.
Tak sampai disitu karena saking mahalnya biaya Sang ayah itu sampai menjadi pencuri dan akhirnya tertangkap manakala ingin membobol rumah. Sang Ayah akhirnya hidup dalam penjara sedang anaknya terus bersekolah ditempat yang biayanya mahal tersebut.
Dua penggalan kisah di atas mungkin bisa kita jadikan refleksi bagaimana bersikap terhadap pendidikan anak. Pada kasus film pertama, memang ceritanya cukup ekstrim yakni orang tua yang memanipulasi anaknya  dalam dunia pendidikan meski hal itu diluar kemampuannya.
Pendidikan yang masih mengarahkan anak lebih banyak menghafal serta memaksa anak untuk menekuni hal yang diluar dari kemampuannya memang kerap kita jumpai. Misalnya, ada anak yang tidak pandai dalam matematika namun pintar dalam bahasa dipaksa agar bisa mampu dalam dunia eksakta.
Hal ini ada dalam kasus film pertama sebagaimana diceritakan. Terkadang pola pendidikan dengan memaksa anak agar bisa menuruti kemauan orang tuanya dalam dunia pendidikan menghasilkan imbas negatif, meski adapula yang sukses dengan menggunakan model seperti itu. Hal itu tidak salah karena kembali kepada pola pikir kedua orang tua yang ingin mengarahkan anaknya.
Pada kasus film kedua, sang ayah hanya berusaha semaksimal mungkin agar anaknya bisa bersekolah di tempat yang kualitasnya baik. Ini sebenarnya adalah kriitik tentang kualitas dalam dunia pendidikan yang berjenjang. Tidak kaget dalam kasus India yang masih menggunakan sistem kasta. Tapi di Indonesia klasifikasi sekolah berdasarkan kualitas dan biaya juga masih ada.
Pendidikan memang memiliki posisi yang vital dalam kehidupan. Kedua ayah dalam film berbeda itu sepakat jika pendidikan bisa mengubah kehidupan lebih baik. Hanya saja cara mengarahkan pendidikan anaknya yang berbeda dari dua ayah dalam film tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H