Mohon tunggu...
Muchammad Nasrul Hamzah
Muchammad Nasrul Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Asli

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Antara Hazard, Griezmann, dan Kajoe Tangan Heritage yang Tidak Sesuai Ekspektasi

22 Desember 2020   19:11 Diperbarui: 22 Desember 2020   19:38 416
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rencananya, berdasarkan bangunan narasi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang, Kajoe Tangan Herritage ini bakal disulap layaknya salah satu kawasan ikonik yang ada di Jogjakarta karena dinilai memiliki kesamaan karakter. Sepanjang jalan mulai dari Pertigaan Jalan Jaksa Agung Suprapto yang memiliki bundaran ikonik hingga Jalan Basuki Rahmat akan disulap layaknya salah satu kawasan di Jogjakarta.

Kajoe Tangan Herritage juga dinarasikan dengan penuh pengharapan agar wisatawan bisa mampir ke Kota Malang dan menambah Pendapatan Asli Daerah (PAD) jika Pandemi Covid - 19 mereda.

Narasi panjang yang meyakinkan publik Kota Malang akan legendarisnya kawasan Kajoe Tangan ini dimulai dari Festival Kajoe Tangan Heritage yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Malang pada tahun lalu. Masih ingat di benak penulis, kala itu Wali Kota Malang, Sutiani mendeklarasikan kawasan Kajoe Tangan sebagai pusat Herritage di Malang Raya (Kota Malang, Kota Batu dan Kabupaten Malang).

Memang, masih ada banyak bangunan di kawasan Kajoe Tangan yang merupakan peninggalan kolonial, sehingga klaim sebagai pusat Herritage di Malang Raya bisa saja dilakukan oleh Kota Malang. Akan tetapi, Pemerintah Kota Malang dari sudut pandang subjektif penulis masih kurang konsisten dalam hal ini. 

Jika memang ingin membangun kawasan itu murni sebagai kawasan Herritage seharusnya Pemerintah tidak kecolongan saat baliho iklan rokok terpampang jelas depan mata di sebuah toko legendaris bernama Avia di Jalan Jaksa Agung Suprapto. Toko Avia itu ada yang menyebut sebagai bangunan cagar budaya, sehingga sangat disayangkan kehadiran baliho merek rokok di atasnya.

Bermula dari situ saja, sudah terdapat inkonsistensi dalam upaya membangun kawasan Herritage sebagaimana dimaksud di awal. Namun, Pemerintah Kota Malang tak berhenti disitu dalam melancarkan narasinya. Tetap membuat masyarakat optimis dengan hasil Kajoe Tangan Herritage bakal menjadi kawasan ikonik baru di Kota Malang yang mampu mendatangkan wisatawan.

Pembangunan Kajoe Tangan Heritage di hari pertama pun menuai protes dari publik. Sebab, kawasan Jalan Basuki Rahmat hingga Jalan Jaksa Agung Suprapto termasuk kawasan jalan tengah kota yang menghubungkan banyak titik. Pembangunan Kajoe Tangan Heritage di dua titik kawasan itu menyebabkan jalan terpaksa ditutup dan pengguna jalan harus berputar arah.

Kondisi ini menyebabkan terjadinya kemacetan sehingga banyak warga melalui cuitannya di media sosial menyampaikan keresahan dan protes. Menanggapi itu pun Wali Kota Malang menegaskan jika ia juga terkena macet akibat penutupan jalan tersebut sembari meyakinkan warga agar bersabar, karena harus rela berkorban demi Kota yang indah.

Kalau tidak salah Wali Kota Malang memberikan narasi pengandaian seperti ini. Ibarat membangun rumah, maka pemilik rumah harus bersabar sejenak karena setelah rumah selesai dibangun nantinya akan indah dan nyaman untuk di huni. Berhenti sampai titik ini, saya sangat hormat dengan kalimat dan analogi Wali Kota Malang yang membuat masyarakat yakin dan tenang bahwa Kajoe Tangan Herritage akan indah, sehingga warga rela memutar arah dan terjebak macet demi melihat Kota tercinta naik kelas keindahannya.

Dua bulan berlalu, akhirnya penutupan jalan akibat pembangunan Kajoe Tangan Heritage dibuka kembali. Masyarakat Kota Malang penasaran seperti apa hasil dari pembangunan pedestrian itu. Termasuk penulis, sampai rela jalan ke kawasan tersebut untuk melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana hasil keindahannya. Namun sayang, apa yang ada dibenak penulis dan sebagaian masyarakat tentang keindahan pedestrian itu tidak sesuai dengan kenyataan, meski pembangunan Kajoe Tangan Herritage belum sepenuhnya usai.

Media sosial ramai membicarakan hasil sementara dari bangunan ini. Bahkan ada yang membandingkan dengan yang ada di Jogjakarta dengan meng-kolase dua foto. Hasilnya apa yang ada di benak masyarakat lantaran kehebatan narasi yang diciptakan tidak sesuai dengan realita yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun