Mohon tunggu...
Muchammad Nasrul Hamzah
Muchammad Nasrul Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Asli

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Rendah Hati dan Bersikap Tegar dari Sosok Keanu Reeves

4 Desember 2019   16:46 Diperbarui: 4 Desember 2019   17:07 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih Pantaskah Berperilaku Songong? 
Baru-baru ini dunia hiburan malam dikejutkan dengan berita aksi barbar seorang tamu lantaran tawarannya mengajak hubungan intim ditolak oleh seorang pemandu lagu di sebuah karaoke di Kota Malang.  

Salah satu pelaku yang diketahui merupakan direktur utama sebuah perusahaan, menyalakkan pistol miliknya. Karaoke itu gaduh. Banyak tamu dikabarkan semburat keluar, dan "sang koboi" itu harus berurusan dengan pihak kepolisian.

Kejadian yang sama juga kerap terjadi di daerah yang lain. Bahkan, diberitakan ada juga seorang oknum aparat kepolisian yang sampai meledakkan pistol miliknya di tempat hiburan malam. Aksinya itu, membuat rekan sejawat harus memeriksanya demi keadilan hukum.

Aksi songong dan sok orang penting juga kerap terjadi tidak hanya di dunia hiburan malam. Saya pernah menjumpai, seorang yang menolak ditilang oleh polisi dan mengatakan bahwa ia mengenal para pejabat yang ada di daerah tersebut.

Tiga kejadian itu lantas mengajarkan kepada kita bahwa perilaku songong karena merasa orang penting atau sok kenal dengan pejabat tertentu masih.

Seorang direktur utama perusahaan, sebagaimana kasus pertama, dalam beberapa berita dikabarkan merayu salah satu pemandu lagu di sebuah karaoke. Sayangnya, rayuan untuk mengajak berhubungan intim di "room" karaoke itu berbuntut penolakan oleh sang Ladies Companion (LC). Direktur utama marah-marah hingga melempar microphone dan saking kalapnya, menembakkan pistol.

Meski dikabarkan sang direktur utama dalam pengaruh alkohol, namun saya menduga bahwa posisinya sebagai orang penting, merasa lebih dibandingkan para LC yang pekerjaannya melayani tamu.

Alhasil, ketika ditolak oleh orang yang ia rasa status sosialnya berada di bawahnya, maka amarah dan keegoisan yang berbicara. Pistol menyalak. Menimbulkan kegaduhan. Akibat ulah sok-nya.

Mohon maaf, saya punya banyak teman yang hobi karaoke dan beberapa kali mengajak sang LC untuk berhubungan intim dan tertolak. Tapi reaksi mereka biasa saja dan tidak songong seperti itu. Karena apa? Teman saya masih menghargai nilai-nilai kemanusiaan dan tidak membedakan status sosial dari pekerjaan. Ajakan semacam itu tidak lebih hanya sekadar candaan dan tidak pernah dilakukan secara serius.

Apa yang dilakukan para oknum dalam kasus yang saya tulis di atas berbanding terbalik dengan perilaku seorang mega bintang Hollywood bernama Keanu Reeves. Jika anda tidak percaya, coba "googling" saja berita tentang bagaimana kesederhanaan, rendah hati dan kisah percintaannya yang cukup tragis.

Keaanu Reeves dikenal sebagai aktor yang memiliki hati bak emas, dan tak malu untuk menolong kawan yang sedang kesusahan dan berperilaku sosial dengan baik. Beberapa berita mengungkapkan, jika Reeves memiliki yayasan amal sendiri untuk membantu orang tidak mampu.

Salah satu media Amerika yang dilansir CNN Indonesia menceritakan, jika Reeves pernah memberikan tempat duduknya dalam bus kepada seorang wanita karena bawaannya terlalu berat. Bahkan, seolah tidak menunjukkan ke-artisannya, ia sampai rela antre panjang hingga gilirannya tiba.

Bahkan, Reeves sempat menghadiahi semua kru film Matrix dengan sepeda motor Harley Davidson dari penghasilannya. Seakan tidak terpapar nama besar yang membuatnya sombong layaknya artis Hollywood lainnya, Reeves justru menunjukkan sikapnya yang baik. Itu tidak ia buat-buat demi meraih ketenaran, karena tanpa bergaya begitu, beberapa judul filmnya seperti "John Wick" toh sudah melambungkan kembali namanya.

Apa yang bisa kita petik dari Keanu Reeves? Terkadang saat kita menduduki posisi tertentu, ujian terbesar adalah tetap berperilaku rendah hati dan menyisihkan butir-butir kesombongan yang menghinggapi diri.

Tak sedikit, seorang artis yang dulunya dikenal sebagai orang yang supel, baik, rendah hati, mendadak perliakunya berbalik arah, karena merasa derajat sosialnya lebih tinggi. Bukan saja artis, penyakit sosial itu juga bisa terjadi pada pejabat hingga pengusaha yang sudah mendapatkan posisi tertentu.

Mungkin berperilaku sombong dan songong itu menjadi hak anda. Tapi, jangan sampai aksi songong itu malah membahayakan orang lain. Menganggap rendah orang yang status sosialnya di bawah, lalu berperilaku seenaknya tanpa menghargai nilai-nilai kemanusiaan.

Apapun derajat sosial seseorang baik dari pejabat, pengamen hingga seorang pemandu lagu, hak mereka masih sama di depan hukum. Kedudukan mereka masih sama di depan Tuhan yang Maha Kuasa.

Keanu Reeves, John Wick dan Kisah Pecinta Sejati
Menarik bagi saya membahas sosok John Wick alias Baba Yaga yang begitu fenomenal dalam jagat perfilman dunia. Dikenal sebagai sosok penjahat yang licin, berbahaya dan melegenda, ternyata John Wick adalah seorang yang sangat romantis dan sangat mencintai istrinya.

Ya, rasa cintanya kepada wanita pujaannya yang kuat itu, tergambar jelas di seri ketiga film itu. Jika anda sudah menonton filmnya, maka dialog antara John Wick dengan salah satu pimpinan "Table" di gurun pasir adalah buktinya. Saya masih merekam dialog itu meski mungkin tidak sama persis.
Intinya begini.

Ketika John Wick sedang diburu oleh "Table" karena perbuatannya, ia menjadi incaran karena siapa yang mampu membunuhnya mendapat imbalan puluhan juta. Alhasil, berbagai cara ditempuh si Baba Yaga untuk survive. Salah satu caranya adalah menemui pimpinan "table" di sebuah gurun pasir.

Saat bertemu dengan pimpinan itu, John Wick ditanya apa alasan ia untuk hidup. Secara romantis dia menjawab "ingin hidup agar bisa memelihara kenangan indah bersama istrinya yang telah wafat". Wow.

Sungguh ini jawaban spektakuler dari sosok penjahat ternama dan melegenda.

Banyak review dari film ini yang menjelaskan jika John Wick adalah representasi dari sang sutradara Chad Stahelski. Ada sampai yang menulis jika John Wick adalah imajinasi Chad Stahelski itu sendiri. Tapi bagi saya tidak.

John Wick adalah Keanu Reeves itu sendiri. Apa sebabnya? Ada banyak alasan. Pertama, jika mengulik kehidupan Reeves terutama kehidupan percintaan dia, maka kisah Wick hampir mirip dengan cerita Reeves di dunia nyata. Ditinggal mati kekasih tercinta, adalah fakta yang harus diterima Reeves tepat 18 bulan setelah anak hasil percintaan dengan kekasihnya itu meninggal dunia pula.

Tentu, dalam memerankan John Wick yang selalu terngiang cinta sang istri, Reeves hanya butuh membayangkan kisahnya sendiri yang penuh duka.

Kekasihnya meninggal, masa kecil mengidap disleksia, merawat adiknya yang sakit hingga sempat berhenti main film tahun 2003 adalah sederet kisah pemeran film "The Matrix" itu. Dengan kata lain, duka adalah bagian dari hidup Reeves.

Sama halnya, duka adalah kekuatan John Wick bertahan hidup. Tak terlalu berlebihan jika saya mengatakan John Wick adalah representasi Reeves itu sendiri. Pria yang kalem, tenang, tapi mampu memporak-porandakan segala hal sendirian.

Jika Marvel butuh semua superhero-nya turun di film Avengers: End Game untuk meraup penghasilan maksimal. Maka John Wick berbeda. Hanya butuh satu sosok saja bernama John Wick untuk menandingi penghasilan Avengers: End Game sebagai film terlaris di jagat raya.
Kembali ke pembahasan "duka", dalam sebuah wawancara Reeves pernah mengatakan jika "Duka bisa berubah bentuk, namun tak akan pernah berakhir".

Kalimat itu bukan destruktif, namun ujaran itu keluar sebagai penguat dirinya. Sama seperti John Wick yang bisa bertahan hidup dari duka. Duka karena berpisah dari istri yang dicintainya. Sama seperti tulisan saya sebelumnya. Duka adalah perspektif. Duka memiliki kisahnya sendiri. Duka memiliki pesannya tersendiri. Duka adalah kekuatan lain yang kadang tidak kita sadari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun