Mohon tunggu...
Muchammad Nasrul Hamzah
Muchammad Nasrul Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Asli

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar Rendah Hati dan Bersikap Tegar dari Sosok Keanu Reeves

4 Desember 2019   16:46 Diperbarui: 4 Desember 2019   17:07 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Keanu Reeves | Foto: Newyorker

Banyak review dari film ini yang menjelaskan jika John Wick adalah representasi dari sang sutradara Chad Stahelski. Ada sampai yang menulis jika John Wick adalah imajinasi Chad Stahelski itu sendiri. Tapi bagi saya tidak.

John Wick adalah Keanu Reeves itu sendiri. Apa sebabnya? Ada banyak alasan. Pertama, jika mengulik kehidupan Reeves terutama kehidupan percintaan dia, maka kisah Wick hampir mirip dengan cerita Reeves di dunia nyata. Ditinggal mati kekasih tercinta, adalah fakta yang harus diterima Reeves tepat 18 bulan setelah anak hasil percintaan dengan kekasihnya itu meninggal dunia pula.

Tentu, dalam memerankan John Wick yang selalu terngiang cinta sang istri, Reeves hanya butuh membayangkan kisahnya sendiri yang penuh duka.

Kekasihnya meninggal, masa kecil mengidap disleksia, merawat adiknya yang sakit hingga sempat berhenti main film tahun 2003 adalah sederet kisah pemeran film "The Matrix" itu. Dengan kata lain, duka adalah bagian dari hidup Reeves.

Sama halnya, duka adalah kekuatan John Wick bertahan hidup. Tak terlalu berlebihan jika saya mengatakan John Wick adalah representasi Reeves itu sendiri. Pria yang kalem, tenang, tapi mampu memporak-porandakan segala hal sendirian.

Jika Marvel butuh semua superhero-nya turun di film Avengers: End Game untuk meraup penghasilan maksimal. Maka John Wick berbeda. Hanya butuh satu sosok saja bernama John Wick untuk menandingi penghasilan Avengers: End Game sebagai film terlaris di jagat raya.
Kembali ke pembahasan "duka", dalam sebuah wawancara Reeves pernah mengatakan jika "Duka bisa berubah bentuk, namun tak akan pernah berakhir".

Kalimat itu bukan destruktif, namun ujaran itu keluar sebagai penguat dirinya. Sama seperti John Wick yang bisa bertahan hidup dari duka. Duka karena berpisah dari istri yang dicintainya. Sama seperti tulisan saya sebelumnya. Duka adalah perspektif. Duka memiliki kisahnya sendiri. Duka memiliki pesannya tersendiri. Duka adalah kekuatan lain yang kadang tidak kita sadari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun