Mohon tunggu...
Muchammad Nasrul Hamzah
Muchammad Nasrul Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Asli

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Sedikit Memperdalam Makna "Sehat Itu Aset"

15 November 2019   16:25 Diperbarui: 15 November 2019   16:26 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya mulai dari analogi yang sangat sederhana. Ketika kita telah sukses membeli ponsel yang kita idamkan, atau bahkan harganya bisa dibilang tidak murah, maka, hal pertama yang ada dalam benak kita, tentu melindunginya dari segala sesuatu yang membuat ponsel itu rusak.

Beranjak dari situ, maka pelindung ponsel untuk perangkat keras maupun perangkat lunaknya menjadi sesuatu yang mutlak diperlukan, agar barang kesayangan kita itu tidak "cacat" dalam bentuk apapun. Maka, dari sini bisa kita katakan bahwa "Ponsel itu Aset" yang mendapat perlakuan istimewa.

Sama halnya, ketika kita berhasil membeli mobil mewah. Semua perangkat pendukung keselamatannya pasti akan kita penuhi agar mobil itu tidak tergores, bahkan jika terjadi kecelakaan sudah ada asuransi yang menyelesaikannya.

Harusnya sikap itu juga berlaku pada diri kita dan keluarga. Melindungi kesehatan tubuh dan keluarga, menjadi wajib dan harus dilakukan. Maka dari titik ini stigma tentang "Tubuh sebagai Aset" menjadi filosofi awal yang melandasi kita melindungi diri dan keluarga dari berbagai macam hal termasuk penyakit.


Namun stigma "Tubuh sebagai Aset" saja tidak cukup. Pemikiran itu, harus kita perluas jangkauannya. Sebab, berbicara tentang tubuh, maka ia selalu berada dalam dua kondisi. Sehat atau sakit. Jika memang kita hendak menghindari sakit atau meminimalisir datangnya penyakit dan juga untuk menyembuhkan penyakit, maka kita perluasan pemikiran dari "Tubuh itu Aset"  menjadi "Sehat itu Aset" mutlak adanya.

Maka makna "Sehat itu Aset" sudah mencakup pengertian "Tubuh itu Aset".  Kenapa? Karena berdasar berbagai pengalaman, baik dari diri sendiri maupun orang lain, kesehatan merupakan hal yang ternilai harganya, bahkan dengan uang sekalipun.

Agama mengajarkan kita untuk mengantisipasi beberapa hal. Yakni, menjaga masa muda sebelum datangnya masa tua. Menjaga masa kaya sebelum jatuh miskin, dan menjaga kesehatan sebelum kita jatuh sakit. Jika kita ambil saripati dari tiga antisipasi berdasarkan anjuran agama itu, maka kata kuncinya adalah sehat.

Agar masa muda kita bermanfaat dan memberikan hasil positif, maka faktor penting untuk menjalankannya adalah kita harus sehat terlebih dahulu. Begitu pula agar kita tetap bisa bekerja keras dan menghasilkan materi, lagi-lagi kata sehat itu menjadi kunci-nya.

Maka menjadikan "Sehat itu Aset" sebagai landasan hidup, sejatinya adalah salah satu esensi daripada kehidupan yang kita jalani.

Suatu waktu, mendiang Ibu saya didiagnosa menderita penyakit kanker payudara. Kondisi keuangan keluarga sedang jatuh. Saya dan ibu saya hanya hidup berdua saja. Waktu itu, akses informasi belum segencar ini, sehingga pemahaman tentang pentingnya asuransi kesehatan belum masif dan benar-benar diresapi kebutuhannya.

Sehingga anda bisa membayangkan sendiri bagaimana jatuh bangun seorang anak yang mencoba menyembuhkan ibu-nya yang terkena kanker, dan biaya pengobatan dan kesehatannya tidak terbantu asuransi kesehatan.  

Padahal beberapa masa sebelumnya, keluarga saya adalah keluarga mampu. Ibu saya seorang pekerja keras, dan pantang menyerah. Namun sayang, karena keterbatasan informasi atau bahkan salah informasi, menyebabkan hasil kerja kerasnya tidak disalurkan untuk "investasi terhadap kesehatan".

Beranjak dari situlah, maka "Sehat itu Aset" menjadi prioritas utama agar keluarga saya bisa terlindungi dengan baik. Bahkan, ketika membaca di laman website resmi tentang Sun Medical Platinum ruoanya memberikan salah satu manfaat yang cukup istimewa, yakni operasi berbiaya besar, cuci darah, hingga perawatan kanker.

Belajar dari masa lalu untuk menatap masa depan yang cerah adalah hal yang harus kita lakukan. Pengalaman berobat kanker untuk mendiang Ibu saya, menjadikan mindset "Sehat itu Aset" adalah sebagai sebuah kewajaran. Karena, kita baru akan terasa manfaat sehat jika kita sedang sakit.

Sama seperti analogi ponsel diatas. Jika kita memperlakukan ponsel dengan sangat istimewa, melindunginya dari segala yang membuatnya rusak, maka pemikiran yang sama tentu harus kita aplikasikan pada diri kita dan keluarga. Menjaga diri dan keluarga agar tetap sehat, tak lain merupakan cara kita menikmati dan mensyukuri kehidupan indah yang telah diberikan oleh Tuhan Yang Maha  Kuasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun