Semakin bertambahnya tahun peran Wasit sebagai pengambil keputusan semakin di ragukan oleh semua kalangan dan lebih memilih teknologiGoal line technologyresmi diterapkan pada Piala Dunia 2014. NegaraPrancis yang memetik keuntungan dari teknologi yang sudah menjadi bahan kontroversi sejak bertahun-tahun lamanya itu. Untuk kali pertama, teknologi garis gawang menjalankan tugasnya. Salah satu gol kemenangan 3-0 Prancis atas Honduras Senin dini hari (16/6) ditentukan berdasar teknologi anyar tersebut.
Sang pencetak gol adalah striker Real Madrid Karim Benzema. Gol Prancis pada menit ke-72 itu terjadi saat Benzema menendang bola ke tiang jauh gawang Noel Valladares. Bola membentur tiang dan memantul menuju Valladares. Kiper 37 tahun tersebut menangkap bola kembali. Tetapi, bola sudah melewati garis gawang meski sangat tipis.
Kiper klub Liga Honduras, Olimpia, itu terlihat hendak menarik cepat bola keluar gawang. Namun, wasit Sandro Ricci telah menerima pemberitahuan via arlojinya bahwa bola sudah masuk. Ricci pun meniup peluit panjang tanda terjadinya gol.
Jika teknologi itu tidak diterapkan, bukan tidak mungkin tendangan Benzema tidak dianggap gol. Seperti yang terjadi pada tendangan Lampard ke gawang Jerman empat tahun lalu.
Bagaimana teknologi garis gawang itu dioperasikan? Tiap perusahaan penyedia teknologi memiliki sistem berbeda. Pada Piala Dunia kali ini sejatinya ada dua perusahaan yang mengajukan diri. Yakni, GoalControl asal Jerman dan Hawk-Eye asal Inggris. FIFA lantas menunjuk GoalControl lantaran memiliki tawaran yang lebih bagus.
’’Salah satu kelemahan manusia, dalam hal ini wasit, adalah mereka sering dalam posisi yang tidak menguntungkan. Mereka tidak mendapatkanvantage pointyang tepat untuk membuat keputusan. Apakah itu gol atau tidak gol,’’ papar Johannes Holzmuller yang menjadi kepala proyek implementasigoal line technologydi FIFA. ’’Kamera televisi yang normal juga begitu. Jarak pandangnya terbatas,’’ lanjut dia.
Mata manusia, tambah Holzmuller, hanya bisa merekam 16frameskejadian per detik. Tidak bisa dibandingkan dengan kamera berkecepatan rekam tinggi. Yang tidak kalah penting adalah sistem buatan GoalControl ituoff linealias tidak menggunakan koneksi internet. Jadi, tidak mungkin di-hack.
Cara kerja pertama , Ilustrasi pada gambar pertama telah menjelaskan secara sederhana bagaimana sistem ini bekerja. Empat belas high speed camera dengan kecepatan hingga 500 capture/second ditempatkan pada langit-langit stadion. Tujuh buah kamera masing-masing dapat mengcover seluruh bagian di dalam kotak penalti. Jadi setelah bola memasuki kotak penalti, ketujuh kamera secara otomatis akan meng-track posisi 3 dimensi dari bola tersebut secara kontinyu (setiap 2 milisekon) dan real time.
Image sequence yang ditangkap setiap kamera akan dikirim secara realtime, melalui kabel fiber optik ke sebuah central evaluation unit, yang terdiri dari 2 komputer berperforma tinggi yang terdapat pada server room. Dengan menggunakan software khusus, bola dapat dideteksi dengan cara memfilter setiap image yang diterima. Dari proses ini didapat posisi X,Y, dan Z bola, ditambah dengan kecepatan bola.
Jika bola telah melewati garis gawang, maka central evaluation unit mengirimkan sinyal RF kepada goal control 4D receiver watch yang dipakai oleh wasit dalam waktu kurang dari 1 detik ! sinyal pun telah dienkripsi sehingga goalControl sang penyedia teknologi, mengatakan bahwa sistem ini anti hacking, ditambah lagi pemrosesan dilakukan secara offline, untuk vidio cara kerjanya bisa di buka di link ini http://www.youtube.com/watch?v=wSKEZuTZ8mA
Cara kerjanya kedua , GoalControl menanamkanchipdi dalam bola. Setelah itu, 14 kamera berkecepatan tinggi dipasang di sejumlah sudut stadion. Tujuh kamera dipasang mengarah ke masing-masing gawang. Tiap kali bola memasuki kotak penalti, kamera akan menangkap momen pergerakan bola dari berbagai sudut pandang.
Tiap detik kamera-kamera tersebut memproduksi lebih dari 500imagesdari sekuen pergerakan bola. Seluruhimagesitu dikirim kecentral evaluation unit(CEU) via kabel serat optik. CEU akan menghitung posisi bola dalam format 3D. Jika bola melintasi garis gawang, CEU langsung mengirim pesan ke arloji wasit.
Seperti halnya tiap produk teknologi, tentu adamargin of error. Secara resmi, toleransi kesalahan mencapai sekitar 1,5 sentimeter. Namun, Holzmuller bilang tidak mungkin lebih dari setengah sentimeter. ’’Dalam uji coba, 2.400 insiden gol dikenali secara akurat oleh sistem ini. Jadi, kita percaya 100 persen,’’ lanjut dia.
Banyak yang menyambut gembira penerapan teknologi tersebut pada Piala Dunia. Petenis Denmark Caroline Wozniacki langsungnge-twitsaat gol Benzema disahkan. ’’Rasanya luar biasa melihat teknologi diterapkan dengan baik untuk melihat bola melewati garis gawang#PialaDunia2014,’’ demikian bunyi Twitterresmi petenis yang gila bola itu.
Masalahnya, banyak yang menganggap teknologi tersebut membuat keindahan sepak bola berkurang. Para penolak teknologi beralasan bahwa sepak bola adalah olahraga ’’manusia’’. Dengan melibatkan terlalu banyak ’’mesin’’, olahraga menjadi kehilangan unsur subjektif. Padahal, itulah serunya. Tetapi, Presiden FIFA Sepp Blatter sudah bersikap tegas. ’’Tidak ada alasan lagi. Teknologi inilah yang kita butuhkan,’’.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H