Proses perwakilan simbolik dari perilaku pemandu dibahas dalam bagian ketiga dari modeling. Siswa harus mengumpulkan berbagai jawaban yang didasarkan pada pola model untuk memulai proses mengkreat perilaku. Sejauh mana apa yang telah dipelajari diubah menjadi tindakan atau kinerja ditentukan oleh proses penanaman perilaku.
Tidak hanya pengkodean informasi yang tidak mencukupi yang menyebabkan masalah perilaku model, tetapi juga sulit bagi siswa untuk mengubah informasi yang mereka ingat menjadi tindakan. Seorang anak mungkin tahu cara mengikat sepatu, tetapi mereka mungkin tidak bisa melakukannya. Guru harus menguji siswa dengan cara yang berbeda jika mereka percaya bahwa sulit bagi siswa untuk membuktikan apa yang telah mereka pelajari. Latihan, umpan balik, dan bimbingan diperlukan sebelum siswa dapat mengikuti model tindakan. Contoh lain adalah anak kecil dapat belajar mengemudikan mobil dan mengamati perilaku mobil, tetapi jika usia mereka terlalu pendek untuk menggunakan perangkat kendali mobil, mereka tidak akan dapat mengemudikan mobil.
Motivasi
Setelah tiga peroses sebelumnya, proses memotivasi orang untuk berpartisipasi adalah preseden keempat dari pendapat bandura. Model tindakan motivasi ini dianggap sebagai penguatan dari luar, yang berdampak pada kediri individu. Awilson (2006) menjelaskan bahwa selama proses ini, siswa harus terinspirasi untuk bertindak sebagai contoh. Siswa memiliki motivasi dan alasan untuk meniru. Ini disebut motivasi. Dorongan internal, eksternal, dan internal adalah semua sumber motivasi yang penting untuk melihat proses pembelajaran.
Teori Bandura dilihat dalam konteks Teori Perilaku Kognitif karena melibatkan atensi, ingatan, dan motivasi, teori belajar sosial membantu memahami bagaimana perilaku agresif dan penyimpangan psikologi muncul dan bagaimana perilaku dapat diubah. Teori ini menjadi dasar dari perilaku pemodelan, yang digunakan secara luas dalam berbagai program pendidikan.
Selain itu, menurut Bandura (1982), penguasaan keterampilan dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses retensi, perhatian, motor reproduksi, dan motivasi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh elemen internal pembelajar. seperti "sense of self efficacy" dan "self -- regulatory system". Sense of self efficacy adalah keyakinan pembelajar bahwa mereka memiliki kemampuan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang sesuai standar yang digunakan. Self-regulatory mengacu pada dua subproses kognitif: satu struktur kognitif yang menunjukkan tingkah laku dan hasil belajar, dan satu lagi struktur kognitif yang dirasakan, mengevaluasi, dan mengatur tingkah laku kita. Pembelajaran self regulatory menetapkan "setting tujuan" dan "evaluasi diri" siswa untuk mendorong mereka untuk mencapai prestasi akademik yang tinggi atau sebaliknya. Untuk menghasilkan siswa yang sukses, Bandura mengatakan bahwa guru dan pendidik harus dapat menciptakan model yang dapat mempengaruhi siswa. Model-model ini harus mencakup menumbuhkan self of efficacy, self mastery, dan reinforcement bagi siswa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H