Mohon tunggu...
Muchammad Akbar Kurniawan
Muchammad Akbar Kurniawan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Mahasiswa

Hi...

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memahami Behaviorisme: Fondasi Psikologi dalam Pengkondisian Operan

1 Oktober 2023   21:25 Diperbarui: 1 Oktober 2023   22:03 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar : Dictio Community

Setelah sebelumnya penulis memaparkan Pengkondisian Klasik yang dicetuskan oleh Ivan Pavlov. Teori Behavioristik selanjutnya adalah Pengkondisian Operan. Sebelum itu, Penulis akan memberikan gambaran terhadap Pengkondisian Operan.

Pada awal tahun 1900-an, psikolog perilaku bernama BF Skinner, yang juga dikenal sebagai bapak pengkondisian operan, membangun konsep penguat dan penghukum untuk menciptakan teori pengkondisian operan (Reinforcement Theory ). Skinner percaya bahwa pengkondisian Pavlov terlalu sederhana untuk menjelaskan perilaku manusia yang kompleks secara menyeluruh. Dia percaya cara terbaik untuk memahami perilaku operan adalah dengan mengamati penyebab dan konsekuensinya (Staddon & Cerutti, 2003). Berbeda dengan pengkondisian klasik, yang melibatkan perilaku refleksif yang tidak disadari, perilaku operan adalah perilaku yang berada di bawah kendali sadar. Tujuan utama dari pengkondisian operan adalah untuk mendorong perilaku yang diinginkan melalui penghargaan dan mengurangi perilaku yang tidak diinginkan melalui hukuman. Menerapkan penguatan dan hukuman menciptakan proses pembelajaran operan yang disengaja dan disadari.

Dalam paradigma pengkondisian operan Skinner, perilaku yang dapat diamati dapat dimanipulasi jika diikuti dengan penguatan atau hukuman. Untuk mempelajari pengkondisian operan, BF Skinner membuat sebuah ruangan yang disebut Kotak Skinner dan memasukkan hewan kecil ke dalamnya. Dalam percobaan pengkondisian operan, setiap kali hewan menekan tuas atau batang, ia menerima makanan atau air sebagai penguat (Duncan et al., 1970). Dalam laboratorium, Skinner memasukkan tikus yang telah dilaparkan dalam kotak yang sudah dilengkapi dengan berbagai peralatan, yaitu tombol, alat memberi makanan, penampung makanan, lampu yang dapat diatur nyalanya, dan lantai yang dapat dialiri listrik. Karena lapar, tikus pun berusaha keluar  mencari makan. Hanya perlu gerakkan tikus maju mundur untuk keluar dari kotaknya, jika tidak sengaja  menekan tombol maka makanan akan keluar. Berdasarkan berbagai eksperimennya dengan tikus dan  merpati, Skinner berpendapat bahwa faktor terpenting dalam pembelajaran adalah penguatan.. Maksudnya adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus-respon akan semakin kuat bila diberi penguatan (Malcolm & Sunarji, 1988). Melalui eksperimennya, Skinner membedakan dua jenis konsekuensi yang dapat mempengaruhi pembelajaran baru: penguatan vs hukuman.

Penguatan (Reinforcement)

Pengkondisian Operant menunjukkan dengan jelas bahwa tingkah laku yang diberi penguatan (reinforcement) akan cenderung diulang. Konsep penguatan yang digunakan dalam pengkondisian operant ini menduduki peranan yang paling penting (kunci) dalam teori Skinner (Gredler, 2011). Dalam teorinya, Skinner mengatakan bahwa komponen belajar terdiri dari stimulus, penguatan (reinforcement) dan respon. Penguat didefinisikan sebagai suatu konsekuensi yang memperkuat, berarti meningkatkan ferkuensi perilaku (Dahar, 2011). Reinforcement dapat dipahami sebagai suatu yang berarti reward, tapi dalam psikologi istilah ini memiliki makna khusus. Reinforcement adalah konsekuensi yang memperkuat perilaku yang mengikutinya (Woolfolk, 2019). Sehingga perilaku yang diikuti oleh reinforcement atau reward akan diperkuat dan cenderung diulangi lagi pada masa yang akan datang (Baharuddin, 2015). Jadi dapat dipahami bahwa penguatan adalah suatu rangsangan yang diberikan untuk memperkuat kemungkinan munculnya suatu perilaku yang baik sehingga respons menjadi meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung.

Terdapat dua jenis penguatan -- penguatan positif dan penguatan negatif. Dalam psikologi, positif mengacu pada penambahan stimulus dan negatif menghilangkan stimulus (Santrock, 2008). Penguatan positif  menambahkan konsekuensi yang bermanfaat sebagai penguat positif terhadap perilaku, sehingga memperkuat atau meningkatkan kemungkinan munculnya kembali perilaku yang diinginkan. Contoh penguatan positif, antara lain :

Orang tua memberi anak mereka uang saku ekstra (penguat) untuk mencuci piring (perilaku yang diinginkan).

Seorang manajer menawarkan bonus (penguat) kepada pekerjanya karena menyelesaikan proyek tepat waktu (perilaku yang diinginkan).

Seorang guru memberi siswa bintang emas (penguat) karena mengangkat tangan sebelum berbicara (perilaku yang baik).

Anda menerima tepuk tangan dari penonton (penguat) setelah bermain piano (perilaku yang diinginkan) dalam sebuah resital. 

Anak kecil menepuk kepala anjing (penguat) ketika anjing itu duduk dengan tenang di depannya (perilaku yang diinginkan.)

Penguatan negatif  menghilangkan stimulus yang tidak menyenangkan untuk meningkatkan perilaku yang diinginkan di masa depan. Contoh penguatan negatif, antara lain :

Seorang anak tidak perlu membersihkan meja (peristiwa yang tidak menyenangkan) setelah makan jika mereka memakan sayurnya (perilaku yang diinginkan.)

 Membuang sampah (perilaku yang diinginkan) menghilangkan bau busuk (stimulus tidak menyenangkan) di dapur.

 Menyikat gigi (perilaku yang diinginkan) mencegah kerusakan gigi (peristiwa yang tidak menyenangkan.)

Pekerja tidak akan dimarahi (stimulus yang tidak menyenangkan) ketika mereka tiba di tempat kerja tepat waktu (perilaku yang diinginkan.)

Seorang remaja membersihkan kamarnya (perilaku yang diinginkan) agar ponselnya tidak diambil (peristiwa yang tidak menyenangkan.).

Hukuman (Punishment)

Ajaran atau aturan tidak akan berlaku, tidak akan dipatuhi jika tidak ada hukuman yang melanggarnya, hukuman atau pendisiplinan adalah bagian dari pendidikan. Skinner menambahkan konsekuensi negatif yaitu hukuman (Koswara;, 1991). Konsep hukuman sebagai satu cara yang sempurna dan efektif untuk menangani tingkah laku. Punishment berbeda dengan reinforcement yang merupakan penguatan perilaku, punishment berperan memperlemah atau mengurangi perilaku yang bisa terjadi pada masa mendatang (Gredler, 2011). Dengan adanya reinforcement (penguatan) maka anak akan mengulangi penguatannya, dan punishment akan menekan/menghentikan perbuatannya (Sheldon, 2002). Hukuman adalah kebalikan dari penguatan. Hal ini bertujuan untuk mengurangi perilaku buruk. Seperti halnya penguatan, hukuman juga hadir dalam dua bentuk: hukuman positif dan hukuman negative (Todd & Morris, 1983). Hukuman positif  menambahkan stimulus yang tidak menyenangkan untuk melemahkan atau menghilangkan suatu perilaku. Hukuman positif biasanya kita sebut sebagai "hukuman" dalam kehidupan kita sehari-hari. Contoh hukuman positif, antara lain :

Orang tua memberi anak tugas tambahan (konsekuensi tidak menyenangkan) karena terlalu banyak bermain video game (perilaku buruk.)

Guru memberi siswa pekerjaan rumah tambahan (stimulus permusuhan) karena membuat keributan di kelas (perilaku yang tidak diinginkan.)

Orang tua memukul anak (stimulus yang tidak menyenangkan) karena membolos (perilaku yang tidak diinginkan.)

Seorang anak dimarahi (peristiwa yang tidak menyenangkan) karena mengabaikan pekerjaan rumah (perilaku yang tidak diinginkan.)

Hukuman negatif  menghilangkan rangsangan yang menyenangkan untuk menghentikan perilaku yang tidak diinginkan. Contoh hukuman negatif, antara lain :

Orang tua mengambil ponsel anaknya (stimulus menyenangkan) karena terlalu banyak menonton video (perilaku buruk.).

Polisi mencabut SIM (stimulus yang menyenangkan) karena mengemudi ugal-ugalan (perilaku yang tidak diinginkan.).

Siswa kehilangan waktu istirahat (stimulus yang menyenangkan) karena terlalu banyak membuat keributan (perilaku yang tidak diinginkan.).

Seorang remaja tidak bisa pergi ke mal (stimulus yang menyenangkan) karena melewatkan jam malam (perilaku buruk.).

Pengkondisian operan adalah sesuatu yang sering kita lihat di sekitar kita. Terkadang kita melakukannya dengan sengaja namun terkadang tidak. Mengenali pro dan kontra dari jenis modifikasi perilaku ini dapat membantu kita menghindari kesalahan dan mencapai hasil terbaik.

Daftar Pustaka

Baharuddin. (2015). Teori Belajar dan Pembelajaran (Yogyakarta). Ar-Ruzz Media.

Dahar, R. W. (2011). Teori-Teori Belajar dan Pembelajaran (Jakarta). Erlangga.

Duncan, I. J. H., Horne, A. R., Hughes, B. O., & Wood-Gush, D. G. M. (1970). The Pattern of Food Intake in Female Brown Leghorn Fowls as Recorded in a Skinner Box. Animal Behaviour, 18, 245--255. https://doi.org/10.1016/S0003-3472(70)80034-3

Gredler, M. E. (2011). Learning and Instruction: Teori Dan Aplikasi (Jakarta). Kencana Prenada Media.

Koswara;, E. (1991). Teori- Teori Kepribadian (Bandung). PT Eresco.

Malcolm, H. & Sunarji. (1988). Pengantar Psikologi. Erlangga.

Santrock, J. W. (2008). Educational Psychology (2nd ed.). Kencana.

Sheldon, J. P. (2002). Operant Conditioning Concepts in Introductory Psychology Textbooks and Their Companion Web Sites. Teaching of Psychology, 29(4), 281--285. https://doi.org/10.1207/S15328023TOP2904_04

Staddon, J. E. R., & Cerutti, D. T. (2003). Operant Conditioning. Annual Review of Psychology, 54(1), 115--144. https://doi.org/10.1146/annurev.psych.54.101601.145124

Todd, J. T., & Morris, E. K. (1983). Misconception and miseducation: Presentations of radical behaviorism in psychology textbooks. The Behavior Analyst, 6(2), 153--160. https://doi.org/10.1007/BF03392394

Woolfolk, A. (2019). Educational Psychology (Fourteenth edition). PEARSON.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun